THE THOUGHT

133 14 0
                                    

Restoran d'Petit siang ini agak lebih sepi dari biasanya. Beberapa meja nampak masih kosong. Bau masakan lezat masih tercium seperti biasa. Membuat para pengunjung yang baru datang tergugah selera makannya. Alunan musik klasik sayup-sayup terdengar dari ruangan tersebut. Beberapa pelanggan restoran nampak berbicara serius. Ada juga yang sedang ngobrol santai.

Claire memasuki restoran dengan langkah anggun meski suasana hatinya sedang kacau dan kehilangan semangat sejak pagi. Seorang pelayan mengantarkannya menuju meja pesanan Ariana.

Ternyata Ariana memesan meja yang berada di dekat jendela. Jadi sambil makan siang, mereka bisa menikmati pemandangan kota. Ariana dan Jemima sudah datang dan mereka berdua terlihat sangat antusias berbicara satu dengan yang lain.

"Hai," sapa Claire memaksakan senyumnya yang terlihat tidak bersemangat. "Sudah pesan?"

Ariana dan Jemima bangkit dari duduknya untuk menyambut Claire dengan cipika-cipiki.

"Belum pesan. Kita nungguin kamu dulu." ujar Jemima ceria.

Claire langsung duduk lalu mulai membuka menu makanan yang dibawakan pelayan. Sebenarnya dia tidak merasa lapar karena pikirannya yang kacau. Tapi bagaimana pun juga tubuhnya perlu tenaga untuk menghadapi kenyataan hari ini yang begitu berat baginya.

Ariana dan Jemima menyadari keadaan Claire yang tidak seperti biasanya. Wajahnya sangat murung dan sorot matanya tidak bersemangat serta terlihat letih.

Setelah pelayan pergi, Ariana baru berani memulai pembicaraan dengan Claire.

"Kamu kelihatan letih sekali hari ini, Claire," ujar Ariana. "Lagi banyak kerjaan?"

Claire mengangguk. " Yah, kurang lebih begitu."

"Bukan karena setelah membaca undangan Alan?" tanya Jemima tanpa basa-basi.

Dahi Claire berkerut. Lalu dia menelengkan kepalanya dan mengangkat kedua bahunya sambil berkata, "Ya. Mungkin karena itu juga."

"Jadi kamu masih belum move on dari Alan?" tanya Ariana sambil menatap Claire dengan pandangan menyelidik.

Claire mendengus pelan. "Well... Aku rasa aku sudah lama move on darinya. Aku bahkan baru ingat padanya saat undangannya datang."

Ariana bertukar pandang dengan Jemima karena keheranan. Lalu apa yang membuat sahabat mereka yang biasanya penuh digdaya ini menjadi sangat layu dan tidak bersemangat?

"Ngomong-ngomong, kamu berencana tetap datang kan ke pesta ulang tahun Alan?" tanya Ariana.

"Iya," jawab Claire yakin. "Tapi aku nggak mau datang dengan biasa aja. Alan harus tahu aku sudah move on dari dirinya."

Jemima mendadak menjadi bersemangat.

"Bagus!" ujarnya senang. "Kami berdua akan mencari pemuda super keren untuk bisa datang bersamamu."

Ariana mengangguk penuh semangat.

"Iya, betul." sahutnya. "Kamu harus datang ke pesta itu bersama pemuda paling keren yang bisa bikin semua tamu undangan melongo melihatnya."

Claire diam sejenak untuk berpikir. Dalam hati sebenarnya dia sudah memikirkan rencana itu. Tapi masalahnya dia tidak tahu siapa pemuda yang bisa punya kemampuan membius pandangan semua tamu undangan yang berasal dari kalangan atas?

"Kamu nggak perlu bingung, Claire," sahut Ariana seperti bisa membaca arti diam Claire. "Kami berdua yang akan mencari pemuda itu untukmu."

Jemima mengangguk bersemangat. Dia mencondongkan badannya ke arah Claire sambil berkata pelan, "InshaAllah kamu akan terkejut dan puas dengan pilihan kami."

CLASSY MEANS BEAUTIFULWhere stories live. Discover now