FMN - 33. Dukungan

115 29 2
                                    

‍‍‍Pintu di rumah megah keluarga Prayata masih terbuka lebar sejak matahari berganti bulan. Di sofa coklat, di sanalah seorang wanita muda menangis sesenggukkan.

“Aku harus bagaimana Tante, semua sudah kulakukan agar Yudha menerimaku. Tapi tetap saja tak berhasil.” Rachel menyeka pipi dengan tisu yang nyaris tak tersisa bagian kering sedikit pun lalu membuangnya di dekat kaki.

Anne menghembuskan napas pelan, wanita dengan marga terpandang itu berusaha tetap tenang meski emosi terkuras karena satu wanita penghancur hubungan anaknya. Menatap iba calon menantu idamannya. Ia berujar, “Lakukan apa yang kamu anggap benar. Tante selalu ada bersamamu.”

“Makasih, Tante.”

Wanita muda itu langsung memeluk Anne. Jujur, Rachel sudah lelah menghadapi Yudha. Penantiannya, semua usaha yang dilakukannya  terasa sia-sia saja selama wanita itu masih ada di hidup Yudha.

Suara Anne yang menyebut nama putra semata wayangnya, membuyarkan lamunan si gadis berambut panjang. Rachel lantas beringsut menjauh. Maniknya mendapati Yudha berdiri terdiam di anak tangga pertama.

“Yudha apa yang kamu lakukan pada Rachel sangat keterlaluan. Bagaimanapun dia ini calon istrimu.”

Pria itu menarik sebelah ujung bibirnya. Ia berbalik mengacungkan tangan sembari melempar tatapan merendah pada Rachel. “Mama mau memberiku istri seorang JALANG?”

“APA-APAAN KAMU YUDHA!”

“Saring kalimatmu sebelum diucapkan. Mama menyekolahkanmu tinggi-tinggi agar kamu menjadi putra yang baik, bukan seorang pembangkang seperti ini. Ingat! hanya Rachel yang akan menikah denganmu,” jelas sang Nyonya rumah dengan lantangnya.

Manik teduh itu memburam dipenuhi kabut amarah. Wajah putihnya memerah melihat tingkah sang putra. Anne masih tak sadar jika suaminya berdiri di lantai dua menyaksikan keributan yang di timbulkan istri juga anaknya.

Sedangkan pemuda bernama Yudha itu mendengus jengah. Ia lelah membahas masalah yang sama berulang kali. “Jadi benar, Mama melakukan segala cara demi keinginan Mama itu. Mama adalah penyebab dari perginya Ivy keluar negeri. Tak cukup ditolak, aku juga ditinggal olehnya.

Aku kira itu semua murni keinginan Ivy, tapi nyatanya itu adalah hasil paksaan Mama.” Anne membeku, dirinya terkejut atas apa yang dituturkan anaknya.

“Dan kamu,” Yudha menjeda kalimatnya seraya menunjuk ke arah Rachel lagi.

“Berhenti menyentuh tubuhku. Enyahlah dari sini, percuma, aku tak sudi dekat-deakat dengan wanita jalang sepertimu. Jadi bermimpilah agar bisa menikah denganku.”

“Kamu nuduh mama mengusir Ivy dari rumah ini, Yudha?” tanya Anne dengan nada lirih. Raut wajahnya berubah sendu seketika.

“Aku gak nuduh, Ma. Karena itu kenyataan, aku tahu yang se—”

“CUKUP! Itu gak bener,” potong Anne seraya berjalan mendekati Yudha.

Saat ini posisinya ia sudah berdiri di depan Yudha dan meremas lengan putranya. “Yudha, dengerin mama.”

Yudha mengeleng, menghempaskan cengkraman seraya mengambil dua langkah kebelakang.

“Aku kecewa sama Mama. Mama bohongin aku cuma buat wanita SIALAN ITU!” Pria itu membentak membuang wajah dari Ibundanya.

“HENTIKAN!” gema suara berat milik Tirta membuat keadaan sunyi dan tegang. Ia berjalan menuruni anak tangga. Langkahnya tertuju pada putra semata wayang keluarga Prayata.

“Lakukan yang menjadi pilihanmu, Yudha.” Tirta menepuk kedua bahu putranya.

Ia mengalihkan pandangan pada sang istri dan mulai berucap setelah Yudha menjauh menaiki anak tangga. “Berhenti memaksanya. Biar dia cari cintanya sendiri. Aku tak mau apa yang terjadi padaku terulang kembali pada diri Yudha.”

Forget Me NotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang