20. A Guy From Melbourne

25.2K 2.8K 102
                                    

Hi, apa kabar dunia wattpad? Mohon maaf jika kalian merasa digantungkan dengan rasa penasaran dan inilah untuk kalian semua. Maaf kalau ada typo. Happy reading!

Hari ini, hari di mana aku dan Rakha janjian bertemu. Tapi, kali ini aku tidak sendiri karena ada Sashi yang menemani. Kata dia jaga-jaga kalau ada seseorang yang gerak-geriknya mencurigakan.

Awalnya aku agak sedikit keberatan, ya tau kan ya namanya juga mau ketemu sama seseorang masa dianterin eh dikawal ketat gini. Untung aja si Rakhanya gak keberatan sama sekali.

"Mana sih Rakha? Kayak apa orangnya, Sas?"

Aku dan Sashi saat ini sudah sampai di salah satu restoran tempat aku dan Rakha janjian. Tapi, sudah setengah jam menunggu belum ada juga kemunculan pria tersebut.

"Katanya masih di jalan, Ta. Sabar aja kalau es jeruk lo dah habis, pesan lagi aja. Rakha sanggup kok bayar es jeruk doang."

"Ya elah, Sas. Gue juga sanggup kali."

"Kali aja, Ta. Gaji sebulan nggak cukup beli es jeruk."

Sabar, tahan! "Ribut yuk, Sas?"

Dia mengangkat kedua tangannya. "Canda, Ta."

"Eh, Sas. Gue kok kepikiran terus ya orang misterius itu siapa."

"Mana gue tau, tapi apa lo gak curiga kalau dia itu deket sama lo maksudnya pasti orang yang ada di sekitar lo kan."

"Iya, sih."

Tiba-tiba Sashi berseru sambil memukul meja. "Nah, ini orang nih yang dari tadi ditungguin lama banget nyampenya."

Aku pun langsung menengok pada seseorang yang dimaksud Sashi. Dia berperawakan kurang lebih 175 cm lebih lalu potongan rambutnya sangat rapi dan juga dia berkacamata.

"Hi, maaf saya telat."

Aku langsung bangkit berdiri saat dia mengulurkan tangannya untuk menyalamiku. "Eh, iya nggak apa-apa."

"Lain kali kalau mau nge-date itu dipastiin jamnya, Kha. Untung aja si Aretta sabar menanti dalam ambang ketidakpastian."

Ya Rabb, ngomong apa dah ini orang. Bikin malu aja di depan Rakha yang jujur gak kalah ganteng dari si Rekha. Ya, iya lah orang abang adek.

"Jadi, kalian belum pesan makanan?"

"Belum, Kha. Si Aretta gak mau makan kalau belum ketemu lo." Ya ampun Sashi mulutnya itu lho, ya. Aku baru mau jawab dengan anggunnya eh keduluan dia yang langsung ceplas-ceplos.

"Eh, maaf Aretta."

"Gak apa-apa kok."

Awas aja lo, Sas. Ada lapangan kosong kita ribut.

***


Genks, ternyata kencanku hari ini gak berjalan mulus karena aku terlanjur badmood total. Gimana aku gak badmood coba kalau selama tadi kita makan dan kita ngobrol si Rakha itu fokusnya sama gadgetnya terus. Iya, dia itu generasi nunduk. Kezal khan.

Si Sashi dari awal juga udah berusaha buat negur dia sih, tapi jawabannya dia lagi ngurus kerjaan yang di Melbourne dan lain-lain. Ya elah, urusan kerjaan mah gue juga banyak cyinn. Sesibuk apa sih dia sampe ngeremehin acara nge-date kayak gini.

"Ta, buset dah. Bawa mobil gue yang sans gitu lho. Ini mah lo mau ngajak gue ke liang lahat."

Ya ampun, aku lupa kalau ini aku lagi nyetir pakai mobil Sashi dengan kecepatan 120 km/jam di tol. Pantesan dia dari tadi teriak-teriak kayak lagi nonton konser.

"Maaf, Sas."

"Ta, gue tau si Rakha gila kerja dan gue juga tau attitude dia tadi nggak banget. Tapi, gue harap sih lo gak ilfeel ya, Ta."

"Aduh, kayaknya gue udah ilfeel."

"Gue sebagai sepupunya minta maaf ya, Ta. Lain kali kalau bisa gue jitak pasti gue jitak si Rakha."

"Santai aja, Sas."

"Lo gak ada rencana shopping?"

Hmm, aku tau ini. Si Sashi lagi mencoba mencairkan suasana dengan ngajak aku belanja. Tapi, sorry aku gak mau. Ini beneran badmood dah level dewa.

"Ta, sephora gimana?"

"Sayang duit gue. Tar nunggu gajian ayo aja."

"Eh, tapi katanya lo nyari foundation."

Ciiiittttttttt ........

Aku berhenti mendadak dong karena gerbang tol yang harusnya aku keluar di sana udah kelewat 500 meter. Sashi tuh ya emang bikin nggak fokus aja kerjaannya. Belum lagi ditambah klakson mobil-mobil lain yang pastinya udah sumpah serapah aja.

***


"Ta, besok gue kenalin lagi deh sama sepupu gue. Tapi, dia masih berlayar kurang lebih sebulan lagi dah di sini."

Aku menghela napas kasar. Dipikir aku jomblo akut banget yah. Segala macem cowok dikenalin ke aku. Ini apa lagi? Mau dikasih cowok yang kerjaannya berlayar mengarungi luasnya samudera? Yang dari Melbourne aja gitu gimana yang berlayar gini?

"Makasih, Sas. Tapi, mendingan gak usah deh."

"Yah, Ta. Padahal yang ini orangnya ganteng."

"Semua yang lo kenalin juga ganteng tapi nyakitin."

Aku pun langsung meninggalkan Sashi dan segera masuk ke dalam kost ku. Bodo amat deh kalau abis ini aku sama Sashi kayak orang ribut. Ini tuh beneran ya, aku lagi kacau banget.

Hp ku tiba-tiba berbunyi tanda sebuah pesan masuk. Firasatku udah gak bagus nih. Soalnya aku jarang menerima sms dari seseorang kecuali operator yang selalu mengingatkan kapan kuotaku habis. Jujur aja.

Kencanmu gak seindah bayanganmu, ya? - S.

Siyap. Dugaanku benar sekali. Dia ini siapa sih? Kok kayaknya yang paling tau banget aku lagi apa dan di mana? Tapi, masa iya Sashi?

Ah, gak mungkin.

Iya, gak mungkin.

Tapi, bisa aja sih. Selama ini Sashi orang yang bisa dikategorikan dekat dengan aku. Namun, kalau mau nuduh Sashi lalu pria yang waktu itu dikejar sama Mas Bagas dan kawan-kawan siapa dong? Masa orang suruhan?

Aduh, Gusti. Mau hidup tenang, aman, dan damai aja kok susah banget sih.

***

08:20Where stories live. Discover now