14. Meet Lukas & Rahajeng

24K 2.7K 37
                                    

Jika kamu bertanya-tanya ada apa aku bertemu dengan Lukas dan juga Rahajeng, jawabannya aku sendiri tidak tau. Iya, tidak tau karena aku sendiri saja enggan datang bertemu mereka. Kalau bukan karena teror telpon yang terus saja berdering.

Aku lagi duduk di salah satu restoran dekat tempat kost. Ya, kayaknya sih mereka sengaja milih tempat ini supaya aku bisa datang. Kulirik jam tanganku, ini udah jam satu lewat lima belas menit sedangkan janji mereka berdua adalah jam satu. Ih, dasar gak sopan.

"Hai, Aretta. Maaf banget ya kita telat." Rahajeng menyapaku kemudian diikuti Lukas di belakangnya.

"Iya, gak apa-apa kok," jawabku, "jadi kalian mau ngomong apa?"

"Kamu nggak mau pesan minum dulu?"

Aku tau mungkin Rahajeng bingung kenapa aku langsung to the point dan nada bicaraku terdengar jutek nyebelin parah. Ya, siapa sih yang gak kesel coy sama dua orang di depan ini. Mana si Lukas diem aja kayak kambing conge.

"Maaf, waktu saya nggak banyak. Durasi kamu .... Sorry, kalian buat ngomong nggak banyak karena sudah dipotong lima belas menit keterlambatan. Saya orang yang menghargai waktu, jadi silakan apa yang mau dibicarakan."

Idih, sok-sok adu pandang lagi ini berdua. Perlu ditegur, nih.

"Kalau cuma mau liat-liatan atau pamer kemesraan di depan saya, lebih baik saya pergi. Terima kasih telah membuang waktu saya." Aku berdiri namun ditahan oleh Lukas dan dia akhirnya mengeluarkan suara.

"Ta, aku mohon kamu jangan kayak gini."

"Kamu bilang apa? Saya nggak boleh kayak gini? Kamu pikir saya ini siapa kamu setelah kamu buang gitu aja."

"Ta, tolong kita mau ngelurusin masalah ini."

"Segampang itu kamu ngomong buat ngelurusin masalah ini?"

Aku lihat Rahajeng ikut berdiri dan siap-siap ini akan jadi tontonan. "Aretta, aku mau jelasin semuanya. Bisa tolong duduk dulu?"

"Apa? Kamu mau ngomong apa?" Oke, mari ikuti permainan dia sebentar.

"Maafin aku karena nggak tau apapun diantara hubungan kalian berdua. Aku minta maaf."

Ya elah, baru ngomong bentar udah nangis. Ini lagi satunya sok-sokan ngelus punggung ceweknya biar tenang.

"Aku benar-benar nggak tau kalau kalian berdua pacaran. Tapi, tolong ya Ta, ikhlasin Lukas buat aku. Aku, maksudnya kami berdua udah terlanjur dijodohkan dan orangtua masing-masing sudah saling kenal."

"Emangnya kamu pikir setelah saya dibuang cowok ini, saya masih ngejar-ngejar dia sehingga kamu minta saya buat ikhlas? Kalau iya, sorry kamu salah pilih lawan."

"Aretta, aku nggak anggap kamu musuh. Justru aku yang bersalah, karena Lukas juga nggak tau masalah perjodohan ini."

"Terus pegangan tangan di basemen itu apa?" Kali ini intonasiku meninggi. Mungkin mataku udah melotot.

"Kalian lagi berusaha buat ngebohongi saya? Iya?" tanyaku, "gila ya, dasar pasangan nggak tau malu."

"Ta," bentak Lukas, "kalau kamu marah, kamu marahnya cukup sama aku. Kamu nggak perlu bilang gitu sama Rahajeng."

"Oh, udah main pembelaan. Eh, tolong ya Mbak Rahajeng, dengar baik-baik. Kamu nggak perlu akting nangis buat dapat pembelaan kayak gini dari calon suami kamu. Karena nyatanya kamu dan dia akan tetap nikah kan? Kenapa kamu mesti akting gitu?"

"Aretta." Aku dan Lukas saling adu mata. Lo kira gue gak boleh nyinyirin orang.

"Apa? Lo mau bilang apa?" Rasanya tanganku kok gatel, ya. Bentar.

08:20Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang