18. Who Is He?

24K 2.7K 51
                                    

Sebenarnya aku masih kepikiran banget sama orang itu. Kok serem juga ya kalau dipikir, dia ngapain coba ngeliatin aku terus. Tapi, hal ini justru bikin tingkat kewaspadaanku menjadi lebih tinggi. Aku lebih rajin melihat kanan dan kiri kalau sedang di luar, takut aja gitu sesuatu yang gak ingin terjadi malah terjadi.

"Ta, gimana? Ngerasa ada yang ngikutin nggak?"

Sashi yang baru datang langsung menghampiriku dan menarik bangkunya supaya lebih dekat.

"Nggak, sih."

"Siapa ya, Ta?"

"Yah, lo nanya juga gue gak tau."

"Apa Lukas?"

Lukas? Masa iya dia masih nyimpan dendam ke aku? Tapi, bisa jadi sih.

"Kok Lukas, Sas?"

"Menurut gue aja, sih. Kali aja dia masih nggak terima atau gimana," jawabnya, "bisa jadi juga Rahajeng."

Rahajeng? Atau iya ini orang suruhan Rahajeng? Mau apa coba?

"Kenapa Rahajeng, Sas?"

"Ibaratnya lo rival dia buat dapat Lukas."

"Masa sih, Sas? Gue aja jelas-jelas gak ngejar Lukas."

"Kan bagi dia."

Saat sedang serius berbincang dengan Sashi, tiba-tiba dua cangkir teh tersajikan di depan kami. Ternyata Mas Bagas yang berbaik hati membuatkannya dan dia ikut bergabung bersama kami.

"Pagi-pagi udah rumpi."

Anjir, nyinyirnya si bapak satu ini.

"Ini tuh ngebahas yang kemarin, Om."

"Om?"

Aduh, maafkan aku tertawa saat Sashi memanggil Mas Bagas dengan panggilan om.

"Ada yang ngeliatin lagi, Ta?"

"Nggak sih, Mas. Ini si Sashi cuma lagi nebak-nebak aja orangnya siapa."

"Siapa emang?"

"Menurut gue kalau gak Lukas ya Rahajeng, Mas."

"Atau bisa dua-duanya, ya?" Mas Bagas manggut-manggut setuju dengan Sashi.

"Masa, sih?"

"Ya, kalau dipikir menang aneh, Ta. Cuma gini, lo ibaratnya pernah jadi pacar Lukas, terus pernah disakitin Lukas. Rahajeng gak terima bisa aja dia ngajak Lukas buat makin nyakitin lo lagi."

"Ah, jangan bikin gue takut dong, Mas."

"Gue nggak mau bikin lo takut. Cuma dijaman sekarang ini orang gampang banget dibayar buat sekali bunuh."

"Maksud lo gue mau dibunuh gitu?"

"Enggak gitu juga."

"Mas, gue beneran takut."

"Pokoknya saran gue sih gini, lo kalau mau ke mana-mana ngajak teman jangan sendiri. Sekalipun ke kamar mandi, sih. Namanya kejahatan nggak ada yang tau. Ini buat antisipasi doang, sih."

Aku mengangguk paham. Oke, mulai sekarang kalau mau ke mana-mana aku akan mengajak Sashi atau yang lain. Harus.

***


"Makan di mana?" tanya Alan saat aku, Sashi, Davienna, dan Mas Bagas mau memasuki lift.

"Bawah aja," saran Mas Bagas.

"Bapindo, kuy? Sekalian liat yang bening-bening siapa tau ada."

Yeh, si Sashi kalau urusan cowok aja paling cepet. Ini anak kepalanya harus diisi siraman rohani sekali-sekali.

08:20Where stories live. Discover now