4. 'Good Time', We Chat.

39.1K 4.1K 46
                                    

Hal yang pagi ini aku lakukan ketika sampai di kantor adalah menyeduh kopi di pantry. Kenapa? Karena aku lagi dan lagi tidak sempat sarapan. Lalu, kali ini nggak ada bubur karena memang aku sangat buru-buru.

"Ta, lo udah kasih kado buat Disty?"

Ya ampun, parah banget sih aku. Dikasih makan gratis langsung semangat. Giliran ngasih kado kayak kacang lupa kulit. Sumpah deh, beneran lupa kalau Daviena nggak nanya.

Aku menyengir. "Dav, pulang kerja nanti anterin gue ya buat cari kado."

"Sorry, gue sibuk. Males banget sama lo yang sok lupa." Daviena melenggang pergi sambil membawa secangkir teh hangat.

"Ya elah, Dav."

Baru saja merenggut kesal gara-gara Daviena pergi begitu saja. Tiba-tiba sebungkus Good Time terpampang nyata di depanku.

"Jangan cemberut gitu dong, Ta."

Aku mendongak saat bangku yang ada di depanku ditarik seseorang dan aku cukup terkejut saat mendapati Lukas sudah duduk manis di sana.

"Eh, Kas."

"Nih, ada Good Time." Dia menarik cangkir kopiku dan menggantinya dengan Good Time.

"Lo buka agen ya, Kas?"

"Agen?" Keningnya mengerut.

"Iya, kemarin Good Day sekarang Good Time."

"Oh, enggak," ucapnya, "gue sengaja beli buat lo. Biar semangat."

"Buat gue doang?"

"Gak boleh ya, Ta?"

"Eh, nggak gitu maksudnya," balasku cepat takut dia salah paham, "yang lain nggak lo kasih? Soalnya takut mereka ngira yang enggak-enggak."

"Kalau lo takut mereka ngira yang enggak-enggak, besok gue bawain buat mereka juga."

"Kas ... "

Baru saja mau berkata sesuatu, tiba-tiba dia memotong perkataanku. "Lo nanti mau cari kado buat Disty?"

Aku mengangguk. "Iya."

"Sama gue aja. Sekalian gue juga mau beli buat dia."

"Hah? Tapi, Kas ... "

"Soalnya gue nggak ngerti selera cewek kayak gimana." Lagi dan lagi dia memotong perkataan yang belum sempat kukeluarkan.

"Oh, oke." Aku mengangguk mengerti.

Dia membuka bungkus Good Time tadi dan mencelup biskuit tersebut di kopiku. "Lo suka gak sih nyelupin biskuit ke kopi atau teh?"

"Sering."

"Gue tanya suka atau nggak."

"Jangan kayak Sashi, deh."

Dia berhenti mengunyah. "Katanya Sashi hari ini gak masuk gara-gara sakit, ya?"

"Iya. Gejala flu gitu terus ada demamnya juga. Makanya dia gak bisa masuk."

"Nanti sekalian nengok Sashi yuk, Ta?"

Aku sejenak berpikir. Kalau aku tolak rasanya nggak enak. Tapi, kalau aku jawab iya takutnya yang lain bisa makin salah paham. Di sisi lain, niat Lukas baik. Mau jenguk teman yang lagi sakit.

Piye iki? Aku jawab opo?

"Iya boleh, Kas." Gak terpaksa sih jawab ini, soalnya aku kasian juga sama Sashi.

"Oke. Bubaran kantor langsung aja ya, Ta." Aku mengangguk dan pria itu bangkit berdiri meninggalkanku.

***

08:20Where stories live. Discover now