12. I'm Fine and I'm Happy.

24.7K 2.8K 55
                                    

Pagi ini mungkin mataku sembap dan tidak enak dipandang. Tapi, biarlah saja. Buat apa juga harus kututupi kalau nantinya semua orang akan tau. Iya, teman sekantor pasti tau.

Jangan tanya aku nangis semalam suntuk atau enggak? Jawabannya, ya iya lah. Ini aja belum sempat tidur. Hehehe.

"Ta, lo oke kan?" tanya Sashi saat kami baru saja memasuki lift kantor.

Iya, semalam Tama meminta Sashi untuk menemaniku dan semalam penuh aku diberi wejangan olehnya. Makasih banyak, Sas.

"I'm okay, Sas."

Tak butuh waktu lama, aku dan Sashi sudah sampai di lantai tempat divisi kami berada. Aku pun langsung masuk dan ya, tatapan iba dari teman-temanku terlihat jelas. Kulihat meja si cowok brengsek itu kosong, dia sepertinya tidak masuk.

Hah, kenapa kubilang cowok brengsek? karena dia emang brengsek bukan?

"Ta." Davienna langsung memelukku begitu saja.

"Gue minta maaf, Ta. Ternyata Lukas bukan orang yang baik buat lo."

Aku bingung dengan maksud Davienna ini. Oh, apa dia merasa bersalah karena pernah memintaku untuk mencoba menerima Lukas?

"Dav, I'm okay. Lo nggak usah minta maaf," jawabku. Ini bukan salah Davienna.

"Tapi, Ta .... "

"Enggak, Dav. Ini bukan salah lo."

"Tapi, gue merasa bersalah, Ta."

"Dav, ini memang takdirnya gue ketemu dia. Pokoknya, lo jangan nyalahin diri lo." Aku lihat dia mengangguk, kemudian memelukku lagi.

Disty kemudian mengelus pundakku. Dia memintaku untuk sabar menghadapi masalah ini. Alan dan Mas Bagas juga begitu, mereka berdua memberikan banyak nasihat pagi ini. Tama, dia juga tidak lupa untuk menanyakan kondisiku.

"Lo semua tau?" tanyaku yang sebelumnya memang sudah kuduga.

"Jam pulang kantor, Ta. Siapa yang gak liat coba. Satpam aja hampir nyamperin tapi keburu ditahan Alan dan Mas Bagas," jelas Disty.

Hmm, sudah kuduga. Aku yakin mungkin nggak hanya divisi ini saja yang tau, bisa jadi orang-orang yang sedang lewat juga gak sengaja lihat.

"Tapi, gue minta sama kalian semua untuk nggak menghakimi atau sekadar menjauhi Lukas, ya? Please, kita masih dalam satu kantor dan satu ruangan yang sama."

Ya, dalam ruang lingkup yang seperti ini dan apabila terjadi masalah, menjauhi orang tersebut bukan hal yang benar. Kita cukup mengerti kondisinya, gak perlu untuk ikut campur masalahnya.

***

"Ta, pulang anterin gue ke Sephora, ya?"

Aku yang saat ini sedang bikin laporan laba rugi tiga bulan yang lalu, malah jadi gak fokus deh gara-gara mau diajak jalan. Apalagi mau belanja makeup.

"Lo mau beli apa?"

"Banyak. Soalnya bulan kemarin gue nitip foundie gitu ke teman gue yang lagi di New York, di sana malah stoknya abis. Kebetulan di Indo udah keluar."

"Menurut lo gue butuh apa?"

"Concealer, biar kantong mata lo ketutup."

"Anjir."

"Satu lagi."

"Apa?"

"Eyeshadow atau blush on, biar dikira orang lo bahagia."

"Anjir."

"Mau ke mana sih, genks?" Disty tiba-tiba nyempil diobrolan aku dan Sashi. Sementara Davienna diujung sana masih saja diam.

08:20Where stories live. Discover now