15. Sisi Lain Lukas

25K 2.7K 59
                                    

Pagi ini aku ngantor gak bareng Sashi, soalnya anak itu lagi izin gak bisa hadir hari ini gara-gara telpon mendadak dari keluarganya yang di Malang. Alhasil, aku berangkat sendiri.

Sengaja juga sih aku jam tujuh sampai kantor karena mau menyelesaikan pekerjaanku yang tinggal dikit lagi. Soalnya nanti udah diminta papi.

Tapi, baru aja mau masuk ke ruang divisiku, tiba-tiba tanganku ditarik seseorang.

"Lukas?"

Ini ngapain sih dia tarik-tarik tanganku dan ngapain juga dia jam segini udah datang. Dia malah diam aja setelah narik tangan aku. Yang ada sekarang kita cuma tatap-tatapan tinggal tunggu wasitnya.

"Lo mau ngapain narik tangan gue? Lo mau apa lagi?" Dia masih diam sambil menatapku. Gak, aku gak takut sama tatapanmu.

"Kalau lo cuma mau nakut-nakutin gue, sorry gak ngefek." Males banget, mending eyke tinggal.

Aww .... Gila ya nih cowok lama-lama. Tanganku ditarik kasar coba, dikira ini kambing mau disembelih apa.

"Lo ngapain sih? Hah? Mau apa? Lo mau tampar gue kayak apa yang gue lakuin kemarin? Iya? Jangan diam aja dong lo. Punya mulut masih berfungsi gak?" Kesel banget, deh. Berasa lagi mau main drama korea. "Atau lo mau jadi demit penunggu ruangan? Iya?"

"Lo bisa diam gak sih, Ta." Bagus, dia ngebentak aku sobat-sobat semua.

"Kenapa? Ini mulut gue, kenapa juga gue harus diam dan patuh sama omongan lo."

Dia maju mengikis jarak diantara kita berdua. Oke, lo mau apa?

"Kenapa lo sekarang jadi pemberontak?"

Hah? Cuma mau nanya itu doang? Oh, atau ada permainan lain. Aku tersenyum sinis. "Lo gak berhak tau."

"Gue berhak tau, Ta."

"Lo udah bukan bagian dari hidup gue, Kas. Lo cuma masa lalu gue doang." Aku pun mendorong pundaknya kasar. Tapi, dia keburu menahan tanganku.

"Nggak ada kata putus diantara kita."

Hah? Apa katanya? Wah, sarap nih orang. "Eh, lo amnesia atau apa? Lo udah mau jadi suami orang, inget tuh Rahajeng yang nangis-nangis sambil minta gue buat ikhlasin lo."

Kali ini aku udah muak banget sama Lukas. Apa coba maksudnya? Dia berencana mau punya dua istri atau gimana? Maaf, gak sudi.

"Lo harus bayar tamparan lo, Ta."

Wah, dia makin mendekat. Baiklah, aku semakin tersudutkan dan jangan kamu pikir aku nggak punya akal.

"Oh, lo minta gue bayar tamparan gue kemarin? Iya?" Oke, Lukas. Gue siap.

Plak ....

"Makan tuh, bayaran."

Aku pun langsung pergi meninggalkan dia setelah menampar kencang pipi kanannya. Namun, lagi dan lagi dia meraih tanganku. Tanpa kuduga, dia melayangkan sebuah tamparan keras di pipi kiriku.

Gila.
Seumur hidup, baru kali ini aku ditampar.
Apalagi ditampar seorang laki-laki.

Sialnya, air mataku ngalir begitu aja tanpa diminta. Iya lah, orang sakinya luar biasa. Tapi, tiba-tiba ada yang menarikku ke dalam dekapan seseorang, sedangkan Lukas sudah digeret paksa Mas Bagas dan hampir dihajar kalau aja gak ada Alan yang menengahi.

Aku menangis sejadi-jadinya. Aku benar-benar sakit hati sama Lukas. Setelah tega nyakitin hatiku, sekarang dia tega nampar aku. Dikira nggak sakit apa tamparannya ini. Untung ada Tama. Terima kasih banyak Tam, dadamu bisa membuatku sedikit tenang.

08:20Where stories live. Discover now