10. Me & You Like Sky & Earth. It's Too Far.

24.3K 3K 72
                                    

Seminggu sudah aku dan Lukas tidak saling menyapa, tidak saling menghubungi satu sama lain, dan jika bertemu selalu membuang muka. Menurut kalian yang harusnya patut untuk disalahkan siapa? Aku atau dia?

Awalnya aku sempat ingin menghapus rasa gengsiku dan memilih meminta maaf pada Lukas. Namun, kubu hawa justru tidak membolehkanku melakukan hal itu. Lantas, kubu adam berusaha membujuk Lukas untuk segera meminta maaf padaku. Tapi, gagal.

Baiklah, sekarang aku harus kembali menerima kenyataan untuk menjadi Aretta yang biasa saja. Aretta yang segala sesuatunya akan selalu dikerjakan sendiri. Aretta yang mampu tanpa sosok Lukas.

"Ta, Papi bilang besok kita disuruh ikut meeting sekaligus bikin laporan lagi. Tapi, laporang diminta cuma laba ruginya doang."

Lagi ngelamun jadi gak fokus karena tiba-tiba datang ke kubikelku untuk membicarakan laporan lagi dan laporan lagi.

"Meeting di mana, deh?"

"Sentul."

"Ngapain sih kita ngikut juga, Tam? Kita kan cuma kerjanya bikin-bikin laporan terus. Mana ngerti juga kalau mereka tiba-tiba ngomongin luas tanah."

"Ta, lo bego jangan kebangetan dong. Masalah cinta sampe segitunya."

Hah? Emang aku ngomong apa?

"Tam, barusan .... "

"Intinya lo sama gue ikut dan kita ngga ada ngomongin luas tanah."

Tama kembali ke kubikelnya dan seorang Aretta melongo sendirian. Yak, sip.

"Nih, gue tau Aa Lukas gak bakal pernah beliin Good Day lagi."

Aku tau itu sindiran untuk Lukas saat Alan dengan sengaja memberikan aku sebotol Good Day dan suara yang dikeraskan. Tapi, yang disindir justru santai-santai aja. Per-cu-ma.

"Thanks, Lan."

"Yoi. Lo kalau butuh Good Day lagi bilang sama gue. Nggak usah ngarepin siapa-siapa."

"Emang Aretta ngarepin siapa sih, Lan?" tanya Disty yang nyaut gitu aja.

"Kali aja si Aretta ngarep yang gak kunjung peka, Dis."

"Lan, gak sekalian itu nasi padang?" Sekarang ganti Sashi bertanya.

"Rumah makan Sayang Bundo tutup, Restu Bundo bangkrut, Sarikayo kejauhan, Doa Bundo gak pernah buka. Jadi, untuk saat ini gue gak bisa ngasih nasi padang."

"Kalau kampuang nan jauh dimato, Lan?" Mas Bagas ikut-ikutan memanasi suasana.

"Itu lagu, Mas Bagas."

"Ya rabb, berisik ih sumpah lo pada. Kerja woy kerja," kataku supaya obrolan ini selesai. Kasihan juga si Lukas.

"Gaya, sok-sok nyebut."

"Anjir, julid banget lo lamtur."

"Ta, itu bukan julid. Itu sebuah komentar."

"Komentar apaan kalau yang keluar dari mulut modelan lo, Lan."

"Anjir, gini-gini bibir gue disukain Gigi Hadid."

"Najis." Kompak aku, Sashi, Disty, dan Davienna dari kubu hawa berkata seperti itu.

"Kenal Gigi dari mana lo, bocah?" toyor Disty persis emak-emak yang sen kanan belok kiri.

"Gigi lo gigi tonggos," ujar Davienna.

"Alergi kali Gigi sama lo," tambah Sashi.

Lalu, aku? Diam aja, kasihan Alan diserbu habis-habisan sama kaumku.

08:20Where stories live. Discover now