Part 10

57 6 0
                                    

"Waktu kita engga banyak, rapat pemegang saham diadakan tiga hari lagi di Singapore," Galva berucap sembari dengan telaten menggerakkan pisau dan garpu di kedua tangannya untuk mengiris wagyu ribeye with mashed potato pesanannya ketika sampai di Odysseia berhadapan dengan Verenita dan Gara.

"Karena suara Atmidjaja dilimpahkan ke lo, kita butuh bantuan lo buat berpihak kepada kita," pungkas Gara. Verenita mengangguk paham setelah penjelasan panjang lebar dari Gara dan Galva. Presentase saham Atmidjaja cukup berpengaruh jika berpihak kepada Janitra. "Dengan saham lo, kita masih butuh seenggaknya 40% saham lagi buat Sentra Food jatuh ke tangan kita."

"Okay, that can be easily arranged," jawab Verenita. "Jadi agenda rapat pemegang saham termasuk penggulingan Banu Natadisastra, i see." Admidjaja memang menanamkan saham di Sentra Food mengingat dulu hubungan mendiang kakek Verenita cukup baik dengan tetua Natadisastra. Sayangnya, saat ini Natadisastra jatuh ke tangan yang salah, Banu Natadisastra bukan orang yang tepat untuk memimpin perusahaan tersebut.

"Thank you for your help Ve," ucap Shavanna berterima kasih dengan Verenita yang mengangguk tersenyum. Sudah kewajibannya untuk membantu Tedja yang sangat berperan besar bagi Atmidjaja, sekaligus Shavanna yang menjadi sahabat karibnya.

"Well, besok sampai tiga hari ke depan kalian sibuk, hopefully it will end up good." Verenita menyipitkan matanya ke arah Shavanna. "We're also going to Bali tomorrow right Shav?"

"HAH! Ngapain ke Bali, baru aja ketemu udah ditinggal lagi, nasib deh nasib!" seru Gara memandang tidak suka ke arah dua perempuan di samping dan sebrangnya itu. Baru saja ia bertemu dengan pacar 'sibuk'-nya itu, sudah ditinggal lagi tanpa konfirmasi.

"Sorry babe, kami ada soiree exclusive invitation from Adibrata, you know Jennifer Putri Indonesia 2019 yang nikah sama keluarga Adibrata? We're best friend dan pernah beberapa kali collab sama clothing brand milik Jenn." Jelas Verenita diangguki oleh Shavanna.

"Besok sekalian pemotretan buat exclusive clothing brand Jennifer, Adibrata juga punya saham di Sentra, so give it to me." Shavanna terlihat sangat percaya diri jika berurusan dengan Adibrata, mengingat hubungan ia dengan nyonya Adibrata cukup baik sebelumnya. Sebenarnya berasal dari maminya yang dulu sangat menyukai seni, lukisan dan semua yang berhubungan dengan art. Nyonya Adibrata mempunyai one of the biggest art galery in Bali. Kebetulan, maminya selalu mengunjungi Nyonya Adibrata jika ke Bali, jadi menurutnya ini akan mudah.

"Aku temenin aja ya," ucap Galva posesif.

"Gila lo kalo mau ke Bali, we have to deal with others Gal, jangan sinting deh remuk ntar kalo lo dari ke Bali, London, Aussie, Malay, terus Singapore, nggak mau gue," gerutu Gara. Lagian Galva aneh – aneh, sudah tau waktu mereka tidak banyak, dan berdasarkan hasil rapat di ruang kerja Mahes tadi pagi, Shavanna yang akan menangani Adibrata. Sekarang berubah pikiran lagi, dasar labil.

"Kamu cemburu?" Shavanna geli mendengar Galva yang terkesan cemburu. Verenita dan Gara menyipitkan matanya memahami apa yang terjadi saat ini. Ternyata masa lalu. Dasar posesif.

"OH mas Caraka ya?" Verenita terbahak – bahak menyebutkan nama Caraka Adibrata – si bungsu Adibrata. Salah satu saingan terberat Galvanendra untuk mendapatkan Shavanna Tedja. Karena kedua ibu dari Shavanna dan Caraka cukup dekat menjadikan Galva was – was. Apalagi, Caraka dulu sempat terang – terangan menyatakan kalau ia menyukai Shavanna. Untungnya, Galva sudah curi start terlebih dahulu, pesona Janitra memang tidak main – main.

"Padahal Caraka cakep loh Shav, walaupun engga secakep yang ada di sebelah lo, gue akuin nih ya jangan kepedean lo," terang Gara dihadiahi jitakan oleh Galva yang tambah memberengut kesal. "Tapi okelah kalo buat kemana – mana, umurnya juga udah cukup kalo mau langsung nikah." Gara sengaja memanas – manasi Galva yang sudah seperti kepiting rebus menahan cemburunya.

ShavannaWhere stories live. Discover now