Part 12

6 1 0
                                    


"Jadi bagaimana kabar Om Edwin dan Om Candra? Hopefully ia tambah muda," celetuk Jennifer memecah keheningan di meja itu. Shavanna tertawa menanggapi mulai memakan dessert di hadapannya. Verenita mendengar nama ayahnya disebut juga tergelak ringan, kapan terakhir kali gadis itu bertemu dengan ayahnya. Sebulan lalu? Mungkin jika Verenita pulang ke rumah utama akan mendapat sebutan anak durhaka. 

"Caraka belum pernah mampir ke mansion ya Shav sejak kamu pulang?" Shavanna menggeleng menanggapi. Gadis itu tidak pernah berkomunikasi dengan Caraka lagi semenjak ia pergi ke Paris. 

"Mbak Niana asli mana?" tanya Verenita karena menyadari bahwa Niana terlihat tidak nyaman dengan obrolan mereka. Jennifer yang sebelumnya memberikan kata 'she's good' tetapi tidak juga berniat untuk membuka obrolan dengan Niana. Sedangkan Sazkia? Gadis remaja yang biasanya cerewet mendadak menjadi pendiam.

"Saya asli Jakarta," jawab Niana akhirnya ditanggapi dengan anggukan Verenita. Caraka memang memegang perusahaan Adibrata yang berada di Jakarta. Disisi lain, Shavanna menatap Jennifer, mengapa gadis di depannya seperti tidak tahu apa - apa mengenai masalah Caraka. Apakah Caraka masih menutupinya? Jennifer hanya menggelengkan kepalanya pertanda tidak tahu.

"How's Caraka, does he treat you well? He's a good person." Ucap Shavanna akhirnya. Niana berganti melihat Shavanna. Jujur Niana terkagum dengan Shavanna, karena gadis itu terlihat anggun dengan dress yang ia perkirakan dapat dibeli dengan gajinya setahun.

"Dia orang yang sangat baik," jawab Niana dengan tersenyum sopan.

"Jadi bagaimana kalian bisa bertemu hingga pacaran?" tanya Verenita kembali. Well, dia hanya berusaha agar membuat Niana nyaman di meja itu sembari menunggu Caraka kembali.

"Oh, kami bertemu di salah satu acara kantor, kebetulan ada sedikit insiden hingga akhirnya membuat kami semakin dekat," Shavanna meneguk air putih yang ada di hadapannya. Ia melirik Sazkia yang sejak tadi diam. 

"Saya izin untuk ke toilet ya mba," ucap Niana  memutuskan untuk izin ke toilet dan menanyakan keberadaan toiletnya di mana.

"Sazkia kenapa?" tanya Shavanna. Jennifer memang menyadari jika Sazkia berubah menjadi diam sejak tadi karena tidak terlalu menyukai Niana. Gadis remaja itu juga masih perang dingin dengan Caraka, apalagi Evelyn. Sazkia juga tidak menyukai gadis yang tiba – tiba datang meminta pertanggungjawaban. 

"Tidak apa – apa, kak Shav dan kak Ve temenin aku yuk ke kamar, ada yang mau aku tunjukin hadiah buat kalian. Nanti nitip juga ya buat kak Angel," Shavanna dan Verenita mengangguk lalu berpamitan kepada Jennifer yang juga harus menyapa para tamu kembali karena sejak tadi ia tidak melihat ibu dan ayah mertuanya disini.

Ketiga gadis itu memasuki paviliun utama sembari mengobrol ringan. Langkah mereka terhenti ketika mendapati Niana berdiri di belakang tembok pemisah ruang keluarga dengan membekap mulutnya. Tampak Nyonya dan Tuan Adibrata, Caraka, Evelyn yang duduk di sofa merah tua. Tidak ada Anaka, dikarenakan mungkin pria itu akan meng-handle para tamu.

"Aku tidak bisa menikahi Evelyn, aku sudah punya pacar dan sudah ada rencana untuk serius ke Niana," ucap Caraka dengan wajah frustasinya. Evelyn hanya diam dan terlihat air mata yang mengalir memenuhi pipi cantik gadis itu.

"Mau jadi apa kamu Caraka? Siapa yang mengajarkan kamu seperti ini," Darian dengan wajah frustasinya menghela nafas kasar. "Kamu mau membuang anakmu sendiri demi gadis itu?Papa bukan tidak setuju kamu dengan Niana, tapi disini Evelyn sedang mengandung anakmu Caraka."

Sazkia mendengar yang diucapkan oleh Darian dan Caraka hingga tangannya mengepal. Meskipun ia tidak menyukai Evelyn, tapi yang dilakukan kakaknya adalah brengsek. Dengan tergesa – gesa Sazkia menghampiri keempat orang itu. Shavanna yang melihat berusaha mengejar tapi langkah Sazkia lebih cepat. Verenita menatap iba ke arah Niana, ia memutuskan untuk menghampiri Niana dan menenangkan wanita itu. 

ShavannaWhere stories live. Discover now