Part 5

62 13 0
                                    

"Weissss!!! Tumben lo berdua dateng bareng!" Teriak Bobby, mahasiswa jurusan International Business Management yang berbadan tinggi dan sedikit berisi saat melihat Arkan dan Angel memasuki ruang 210 bebarengan. Hari ini adalah kelas Multinational Corporation Management yang diampu oleh Ms. Fransisca. Sebenarnya, tadi malam sudah disampaikan di grup mata kuliah (matkul) bahwa hari ini, mahasisa ruang 210 kelasnya Ms. Fransisca harus sudah memahami mengenai concept of culture and multinational management. Bahkan, dosen tersebut sudah mengirim power point berjumlah 100 slide untuk materi hari ini.

"Mereka sering dateng berdua kali Bob, cemburu lo?" sahut seorang cowo berperawakan agak pendek dengan setelan kemeja polos pendek bewarna hitam dan slim fit pants bewarna putih dengan sneakers converse hitamnya. Dia Upi, salah satu anak bimbingan pak Jatmiko bersama Bobby. Upi juga baru memasuki kelas, tapi teriakan Bobby terdengar sampai keluar kelas ketika ia hendak masuk, jadi ia tau apa yang dikatakan Bobby.

"Kagak lah, gue mah tau Angel miliknya Arkan seorang."

"Tumben pinter lo Bob,"Arkan tampak cengengesan menanggapinya. Sedangkan Angel? ia sudah bersiap mengeluarkan amarahnya ke arah Bobby dan Arkan.

"Diem lo!" kesal Angel lalu duduk di bangku yang ada di belakang. Tempat teraman karena nanti ada 100 slide materi, jadi bangku belakang adalah pilihan yang paling tepat untuk scroll instagram.

Berlanjut tiba – tiba ada seorang gadis dengan rambut curly dan berbalut dress selutut, tidak lupa dengan heels yang ia kenakan. Gadis itu masuk kelas 210 dengan membawa kotak bekal warna pink. Tapi jelas - jelas gadis itu adalah seorang adek tingkat dan kelasnya bukan di 210. Namanya Syilla, ia merupakan gadis dengan wajah yang imut dengan pipi yang agak tembam. Syilla tersenyum ketika melihat seseorang yang ia cari sedang menaruh tas di bangku sebelah Angel. Suasana kelas mendadak hening karena kedatangan gadis itu.

"Kak Arkan, " gadis itu tersenyum senang menghampiri Arkan yang sudah duduk di sebelah Angel. Sayangnya Arkan tampak tidak peduli dengan kehadiran Syilla dan memilih memainkan ponselnya. "Ini buat kamu," ucap Syilla menyodorkan kotak bekal yang ia bawah kepada Arkan. Tetapi, Arkan tersenyum kecil. Bukan senyum senang ataupun ramah, melainkan dalam sedetik berubah menjadi senyum sinis.

"Ngapain lagi lo,"

"Bawain kamu bekal, nih!" Syilla menaruh kotak bekalnya tepat di depan Arkan. Sang empu malah memalingkan muka. "Oh ya, Kak Galva mana ko gaada," tanya Syilla masih terdengar sangat ceria padahal cowok di depannya tidak menunjukkan ekspresi penerimaan. Sekali lagi Arkan mendengus.

"Pergi lo," ucap Arkan sinis.

"Tapi..."

"Pergi!" Arkan sedikit membentak gadis di depannya. Gadis itu menunduk dengan mata berkaca - kaca. Angel yang mendengar intonasi Arkan meninggi segera menaruh handphone-nya, lalu menoleh ke arah Syilla yang menunduk menyembunyikan wajahnya.

"Lo pergi aja, bekalnya nanti dimakan sama Arkan ko," ucap Angel sehingga Arkan menoleh cepat ke arahnya.

"Angel!"

Syilla yang menunduk lalu mendongak menatap Angel berbinar, "Makasih Kak Angel, kalau gitu aku balik dulu ya." Akhirnya gadis itu pergi ke luar kelas membuat Arkan bernafas lega, tetapi tetap saja ia tidak terima dengan perkataan Angel.

"Eh bener juga kata dedek gemes tadi, mana Galva tumben tuh anak gaada," tanya Bobby ke arah Angel. Di sisi lain Natasha dan beberapa orang yang ada di ruangan juga sangat penasaran.

"Galva sakit, masuk rumah sakit dia," terang Angel.

"Buset dah!! sakit apaan Ngel? wah gila kita semua harus jenguk dia nih, babang tamvan lagi sakit gais," Upi bersuara sangat keras ke seluruh penjuru kelas. "Bapak Gara yang terhormat, Bapak Gara sebagai ketua anak bimbingan pak Jatmiko, mari bersatu untuk solidaritas lulus bersama, ayuk pak diatur pasukannya," Gara sebagai ketua kelas mengkerutkan dahinya berpikir sebentar.

ShavannaOnde histórias criam vida. Descubra agora