Part 9

53 8 0
                                    

Hari ini, Galva, Arkan, dan Gara berkumpul di mansion Tedja, tepatnya di ruang kerja Mahes yang nampak luas ditambah rak buku bisnis yang terpajang rapi di sana. Tampak Galva duduk di sofa dekat rak sedang memainkan rubik, sedangkan Gara tampak duduk dengan pandangan fokus ke arah laptop di kursi kebesaran Mahes, dan Arkan terlihat bergabung duduk di sebrang Galva.

Maheswara tampak membuka pintu ruang kerjanya dengan tangan yang membawa berkas berwadah map cokelat untuk diberikan kepada Galva. Laki-laki itu dengan sigap menerima uluran map cokelat yang diberikan oleh Mahes dan membuka penutup map tersebut, lalu tampak beberapa tumpukan kertas yang berisi informasi dari informan Maheswara. Mata tajamnya dengan serius membaca beberapa informasi yang tertera di kertas tersebut. Sesekali dahi mulus seorang Galva mengernyit membaca informasi yang dirasa baru diketahuinya.

"Sentra Food and Beverages, i got it," ucap Galva menyerahkan kertas yang sebelumnya ia baca ke arah Arkan yang berada di sebrangnya. Mahes yang sejak tadi menyilangkan kedua kakinya dengan badan bersandar di sofa kebesarannya menganggukkan kepala menyetujui ucapan Galva.

"Then, Nastra Construction kalah tender dengan Tedja menurut kalian apalagi kalau salah satu faktornya berasal dari masalah internal?" jawab Mahes. "Apparently not only in Nastra Constructions, but other companies in Natadisastra also seem to have the same problem, make sense mengingat sekarang di bawah pimpinan siapa."

"Banu Natadisastra, you know what?" celetuk Gara masih menatap laptop di hadapannya dengan tangan yang aktif bergerak di kursor. "Gue berhasil dapet informasi tersembunyi dari Banu," seluruh atensi orang yang berada di ruangan itu bergerak melihat ke arah Gara. "Banu's vegas club, jadi tempat transaksi buat mucikari, dan gilanya tempat itu jadi transaksi jual beli orang."

"Maksud lo, prostitusi?" tanya Arkan dan Gara mengangguk sebagai jawabannya.

Gara mengalihkan pandangannya menatap mereka bertiga. "Well, ini bakal nyeret beberapa nama pejabat."

"It looks like our game will be more interesting than usual, right?" Galva akhirnya mengangkat suara. Menyeret nama beberapa pejabat bukan hal yang susah bagi Janitra, apalagi power dari Tedja juga berada di pihaknya. "Lo udah dapet nama pejabat yang terlibat Gar?" Gara menggeleng. Berarti pertanda dia belum bisa menembus keamanan dari nama – nama itu. Powerfull people, jadi keamanannya juga harus membutuhkan waktu untuk dapat ditembus.

"Gue butuh waktu sampai besok, soalnya gue mau nyelesaiin revisian dari pak Jatmiko," ucap Gara lalu beralih membuka halaman skripsinya yang penuh dengan coretan dari dosen pembimbingnya itu. Galva mendengus, sedangkan Arkan tergelak mendengar penutusan Gara. Mahes hanya tersenyum kecil mengingat tiga orang yang berada di ruangannya ini masih kuliah. Ia akui, walaupun mereka sudah terjun ke perusahaan keluarga masing – masing tapi selalu saja ada yang diributkan mengenai masalah kuliah.

"Kalau aja gue engga disuruh daddy buat ngurus perusahaan yang disini, gue udah ikut Shava kuliah di NUS kali, bisa selesai cepet dan plus-nya engga ketemu pak Jatmiko," gerutu Gara.

"Bewarna nggak sih hidup kita ketemu pak Jatmiko," sahut Arkan sambil tertawa, sedangkan Gara terlihat menunjukkan ekspresi muntahnya. "Okay back to the topic, beberapa investor Nastra Construction gue kenal baik, kita bisa mulai dari sana right? Goncangan internal dan eksternal, I think it interesting," Arkan mengucapkan kata – kata itu sambil menyeringai tajam, ekspresi yang jarang sekali ia tunjukkan karena wataknya di luar sungguh berbanding terbalik dan terkesan cengengesan.

"Well, Janitra bakal akusisi Sentra Food and Beverage, tapi sebelum itu dia harus tau bagaimana power dari Janitra," Galva tersenyum miring sambil menyandarkan tubuhnya ke sofa.

ShavannaWhere stories live. Discover now