TOD 18

16.2K 1.5K 70
                                    


Hari ini malam minggu, dan malam ini adalah malam pertama Arga ngapel ke rumah Linggar.

Kejadian 2 hari lalu membuat Linggar akhirnya resmi jadi kekasih Arga.
Cowok 3 tahun lebih muda darinya, orang yang dengan nyali besar menantang perang mantan pacarnya.

Malam itu Linggar tengah duduk di sofa bersama ibunya yang sudah berdandan cantik dengan memakai pakaian yang sedikit glamor.
Wanita setengah baya itu tidak segan menunjukkan belahan dadanya yang bisa terlihat dengan jelas, karena dia memakai pakaian dengan potongan kerah pendek.

"Gar...kamu ga' keluar...?"
Tanya seorang pria yang baru saja turun dari lantai dua dengan memakai kemeja dan jas hitam.

Dia adalah Ayah Linggar, seorang Direktur utama di perusahaan yang bergelut di bidang jasa.

Linggar menoleh ke belakang, melihat ke arah Ayahnya yang berjalan seraya memasang jam tangan di pergelangannya.
"Linggar males Pa, apa lagi ada yang mau main ke rumah.
Makanya Linggar di rumah aja"
Ucapan Linggar di akhiri dengan suara yang sedikit tertahan karena dia mencoba menyembunyikan perasaan bahagianya.
Hingga semburat merah terlihat di wajah tampannya.

Ayah Linggar memicingkan matanya, pria itu terlihat begitu gagah di usianya yang sudah lebih dari 40 tahun dan hampir memasukki usia 45 bulan depan.

Bisa di tebak menurun dari siapa sikap tegas dan wajah tampan milik Linggar, perawakannya yang tinggi tegap itu jelas menurun dari ayahnya.
Sedangkan wajahnya lebih condong ke ibunya.

"Pasti Rendi kan yang mau datang...?"
Tebak sang Ayah sambil duduk di samping Linggar membuat pemuda itu sedikit beringsut dari tempat duduknya tadi.

"Bukan, emangnya Papa pikir temen Linggar dia doang"

"Sejauh ini cuma diakan yang sering kamu ajak main ke sini, emang ada opsi yang lain...?
Galang juga jarang datang kalau lagi ga' pulang ke Indo"
Ayah Linggar bicara sambil menatap Linggar yang tengah memfokuskan pandangannya ke arah layar plasma di depannya.

"Papa ga' tau ya, beberapa hari ini ada temen dia yang sering dateng ke rumah.
Namanya Arga, anaknya sopan banget.
Mama aja sampai kaget, masih ada anak yang sopan begitu di jaman sekarang"

Linggar melirik ke arah Ayahnya yang tampak mengerutkan dahi.
Ayah Linggar memang jarang ada di rumah, dia bahkan pernah pulang beberapa jam saja sebelum berangkat lagi ke luar kota ataupun keluar negeri.
Maka dari itu, dia tidak pernah tau ada perkembangan apa di rumahnya.

"Temen baru...?"
Tanya sang Ayah setelah lebih dulu menatap istrinya yang memberi penjelasan.
Pria itu menoleh ke arah Linggar untuk meminta penjelasan yang lebih lagi dari sang putra.

"Iya, dia anaknya baik Pa.
Ga' bakal macem-macem, apa lagi ngajakin Linggar main yang aneh-aneh"

Ayah Linggar terdiam sesaat.
"Jam berapa dia mau datang...?"

"Paling bentar lagi"
Jawab Linggar setelah pemuda itu melihat ke arah jam dinding yang di pajang di atas TV.

"Ya sudah, Papa mau lihat orangnya dulu sebelum Papa dan Mamamu pergi"

Wajah Linggar berubah kusut seketika.

Memang Ayahnya itu orang yang selalu ingin tau soal pergaulan Linggar.
Dia ga' mau melihat anak semata wayangnya terjerumus ke hal yang tidak benar.
Sebagai Ayah, dia merasa punya kewajiban untuk memilih mana teman yang bisa bergaul dengan putranya dan mana yang tidak.

''Udahlah Pa, Mama ga' sangsi lagi sama Arga.
Dia anak baik kok, Mama yang jamin"

Linggar mengangguk sebagai isyarat kalau dia menyetujui ucapan Ibunya barusan.

Truth or Dare (Selesai)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon