TOD 11

19.7K 1.8K 399
                                    


Arga melebarkan matanya kala mendengar ucapan Linggar yang terakhir.
"Apa gue ga' salah denger...?"

Linggar menggela nafas lemah, pemuda itu melepas pegangannya dan perlahan berbalik hingga membuatnya kembali bertatap muka dengan Arga.
"Elo ga' salah denger, gue pengen ngesex sama elo sekarang"

"Tapi..."

"Udah ga' ada tapi-tapian...elo mau ga...?!"
Tanya Linggar meninggikan nada suaranya.

Arga tampak kebingungan untuk menjawab, akan tetapi akhirnya dia mengangguk.
Meski agak ragu dia menarik Linggar untuk masuk ke sebuah kamar yang tidak jauh dari dapur.

Ruangan itu tidak begitu besar.
Hanya ada lemari pakaian warna kuning gading.
Sebuah tempat tidur yang cukup untuk dua orang di gelar di atas lantai kamar tersebut.

Dada Linggar berdebar, sudah lama sekali sejak dirinya merasakan hal seperti ini.
Dia melihat Arga menutup pintu kamarnya dan menguncinya tanpa melihat ke pintu mengingat dia berdiri di depannya yang juga tengah menatap dirinya.

"Gar, apa elo serius mau ngelakuin ini sama gue"

Linggar memandang Arga dengan perasaan bercampur aduk.
Dirinya sudah tidak sanggup memungkiri perasaannya lagi, jika sejatinya dirinya juga punya rasa khusus terhadap laki-laki yang saat ini berdiri di depannya yang tengah kenatapnya dengan pandangan mata ragu.

Tanpa menjawab hal itu Linggar memilih melepas kancing kemejanya sendiri dan menjatuhkan kemeja itu ke lantai begitu saja setelah dirinya berhasil melepasnya.

Arga memandang tubuh Linggar yang putih mulus tanpa cacat, dia punya otot tubuh yang cukup kentara.
Pemuda itu mengulurkan tangannya dan menyentuh dada bidang Linggar yang agak berotot.
Arga melangkahkan kakinya kedepan, dia mendengar desahan pelan dari bibir Linggar di saat dirinya tanpa sengaja menyentuh ujung dada pemuda itu.

Suara deru nafas Arga terdengar sedikit berat.
"Elo punya badan yang bagus Gar"
Puji Arga jujur, karena dari sekian banyak mantan pacarnya tidak ada yang punya tubuh sebagus dan seindah Linggar.

Linggar menyunggingkan senyum tipis.
"Jangan cuma di raba, elo ga' mau nyium gue...?"

Arga memandang mata Linggar dalam-dalam.
Pemuda itu ikut tersenyum, dia lalu berjalan melewati Linggar dan duduk di atas tempat tidurnya.

Mata Linggar melotot, dia berbalik kebelakang dan melihat Arga yang duduk dengan santai sambil memangku sebuah gitar warna hitam yang dia ambil dari dekat meja.

"Kenapa elo malah duduk sih nyet...?!"
Pekik Linggar kesal sambil menendang kaki Arga pelan.

Arga menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya dari mulutnya.
"Gue mau mengalihkan perhatian gue dari elo, lo bener-bener bikin pertahanan gue hampir hancur"
Ucap Arga mencoba berkonsentrasi ke kunci gitar yang sedang dia coba untuk mainkan.
"Gue ga' bakal nyentuh lo sebelum kita jadian"
Imbuhnya dengan nada suara yakin.

Buru-buru Linggar duduk di samping Arga.
"Kenapa gitu...?"
Tanya Linggar minta penjelasan, wajahnya tampak tidak suka karena baru kali ini dirinya di tolak.

Arga memetik pelan gitar yang di bawanya.
Senar-senar yang dia sentuh menimbulkan alunan nada yang indah hingga membuat Linggar sedikit tenang.
"Karena gue ga' mau cuma jadi temen ngesex lo aja, yang cuma lo pakai sekali lalu elo buang"

Ucapan Arga membuat dada Linggar seperti di tikam.

Arga mendesah, dia berpaling ke arah Linggar yang terdiam menatapnya dengan pandangan terluka.
"Gue pengen elo berhenti main-main, jadiin gue satu-satunya cowok yang berhak nyentuh tubuh lo itu"

Truth or Dare (Selesai)Where stories live. Discover now