TOD 19

16.6K 1.5K 198
                                    

Linggar sudah naik ke atas sepeda, walaupun tadi dia dan Arga sempat beradu argumen karena Linggar dari tadi hanya berdiri mematung tanpa berani menyentuh sepeda itu.

Tapi kini pemuda 23 tahun itu sudah berani duduk di sadel bahkan ia mengayuh sepeda itu perlahan walaupun dirinya masih begitu kesulitan menyeimbangkan tubuhnya.
"Ga...awas jangan lo lepas, gue takut nih nyet...!!"
Pekik Linggar yang mencoba terus menyeimbangkan badannya.

"Iya...ga' gue lepas kok"
Desah Arga yang memegang sepeda itu dari belakang.
"Udah sana, lo lihat ke depan.
Jangan lihat setang sepedanya, lihat jauh ke depan...!"

"Iya, gue tau...!!"
Dengus Linggar.
"Elo cerewet amat jadi orang, masih kayak dulu"

Arga tertawa ringan.
"Sekarang aja ngomongnya gitu, kalau bokap lo ga' inget sama gue.
Elo pasti ga' bakal tau kalau ini gue"

"Ngehek lo, udah tau temen lama ngapain lo diem aja!"
Protes Linggar yang masih mengayuh sepedanya pelan dengan Arga yang berlari pelan di sampingnya untuk mengimbangi kecepatan kayuhan Linggar.

"Sengaja ga' gue kasih tau, biar elo inget sendiri"

"Kalau gue tetep ga' inget, terus gimana...?"

"Itu berarti elo udah pikun"

"Anjing lo, selama gue pacaran baru kali ini gue di katai pikun sama pacar sendiri"

Arga makin keras tertawa.
"Sama"

"Sama apanya, guekan ga' ngatain elo pikun"

"Bukan itu, gue juga baru kali ini punya pacar yang manggil gue anjing"

Linggar langsung terdiam, hal itu malah membuat Arga tertawa makin keras hingga pegangannya pada sepeda yang di naiki Linggar bergoyang.

"Woooiiii....!!! Nyet ati-ati lo...!!!
Pegangin yang bener, bisa jatuh nih gue"

"Iya...sorry..."

Setelah beberapa kali putar balik di jalan komplek itu Linggar mulai agak lancar, pemuda itu tertawa kegirangan dengan hasil latihan dua jam itu.

Sedangkab Arga nampak mulai terengah karena dari tadi menjaga Linggar agar tidak jatuh.
"Istirahat bentar ya, gue capek"
Pinta Arga.

"Udah, elo istirahat aja...gue udah bisa sendiri nih"

"Iya tau, udah berhenti dulu"

"Ga' mau, lo lepasin aja ga' apa-apa"
Perintah Linggar.

"Elo serius...?"
Tanya Arga Ragu.

"Iya, gue serius.
Udah lepasin"
Imbuhnya dengan nada yakin.

Meski awalnya ragu Arga akhirnya melepas pegangannya, senyum lebar tersungging di bibir pemuda itu.
Dia melihat Linggar sudah mengayuh sepeda itu sendirian, mengajari orang  yang berumur ternyata lebih mudah dari mengajari anak kecil.
"Hati-hati, udah gue lepas tuh...!!!"
Teriak Arga yang berdiri di bawah lampu jalan dengan mata masih memperhatikan Linggar.

"Iya...iya...ga' apa-apa, gue ini udah gede Ga.
Ga' perlu khawatir, bukan Linggar namanya kalau gue sampai jatuh dari sepeda ginian"
Ujar Linggar menyombong sambil teriak-teriak kegirangan.

Arga mendesah, pemuda itu melepas kemejanya dan mengikatnya di pinggang sebelum duduk di tepian jalan.
Peluh nampak membasahi tubuhnya yang kekar, pemuda itu tampak mengenakan kaus warna putih dengan corak tulisan berwarna hitam.

Dia mengeluarkan rokoknya dan menyelipkan sebatang ke sela bibirnya.
Baru saja Arga ingin menyalakan rokoknya itu, dia mendengar teriakan Linggar yang membuat pemuda itu menoleh ke arah kekasihnya.

Truth or Dare (Selesai)Where stories live. Discover now