TOD 8

19K 1.7K 58
                                    


Pemuda yang baru saja turun dari motor itu perlahan berjalan mendekati Linggar.

Wajah Linggar tampak begitu tegang, dia menahan nafas untuk sesaat.

"Don, elo bikin dia takut tuh.."
Ucapan itu menghentikan langkah pemuda yang berjalan mendekati Linggar.
Dia ingat kalau masih memakai helm, dan buru-buru membuka helm tersebut.

"Sorry, gue bikin elo takut ya...?"

Linggar memicingkan mata melihat pemuda yang sama sekali tidak di kenalnya berdiri di depannya.
Itu orang ganteng dengan tubuh tinggi tegap dan mata abu-abu cerah, setelah membuka helmnya Linggar baru tahu kalau cowok di depannya pasti punya darah campuran eropa, entah dari ayahnya entah dari ibunya.
"Elo siapa...?"
Tanya Linggar

"Gue temennya Arga, nama gue Doni"
Ujarnya seraya mengulurkan tangannya.

Linggar bisa bernafas lega setelah nama Arga di sebut.
"Gue Linggar...''
Tanpa keraguan Linggar menjabar tangan pemuda yang mengaku bernama Doni itu.

"Serahin kunci mobil lo sama Doni biar nanti gue yang urus"
Perintah orang yang masih duduk di motornya.

Linggar menoleh ke arah pemuda itu, melihat tatapan Linggar terpaksa si pengemudi motor melepas helm full face yang dia pakai.

Senyum tipis tersungging di bibir Linggar kala dia melihat orang yang duduk di atas motor besar itu.
Dialah Arga, orang yang beberapa hari ini pergi dari kehidupannya yang membuatnya jadi menelan getirnya rasa rindu yang entah bagai mana dengan lancang mengusik relung hatinya.
"Ternyata elo nyet, gue pikir tadi begal"

"Mana ada begal yang wajahnya ganteng kayak gue, bakal rela aja, itu korbannya di begal"

Celetukan Arga barusan membuat Linggar tersenyum.
Dia lalu menoleh ke arah Doni sambil merogoh kunci mobil yang dia kantongi.
"Makasih ya, sorry ngerepotin"
Ujar Linggar seraya menyerahkan kunci mobilnya.

"Nyantai aja Bro, sama gue ini"
Doni bicara sembari menyerahkan helmnya balik kepada Linggar setelah dirinya menerima kunci mobil pemuda itu.

Linggar berjalan sambil memakai helm mendekati Arga.
"Elo ganti motor ya nyet...?"

"Iya"

"Kenapa...elo tersinggung sama ucapan Galang kemarin...?
Sorry, waktu itu gue nyuruh elo pergi.
Gue ga' mau elo berantem sama Galang, anak itu bakal jadi rese kalau udah ngadu kebokap dia"

"Gue ga' tersinggung pas dia ngatain gue, tapi gue tersinggung pas dia ngerendahin elo dengan bawa-bawa nama gue.
Tapi dari situ gue malah terpancing buat nunjukin kalau gue juga pantas ada di samping elo.
Gue ga' bakal bikin elo malu, kemaren itu seperti tamparan buat gue.
Kasih gue waktu 5 sampai 10 tahun lagi, itu sudah cukup buat gue ngebeli mobil kayak punya dia.
Tapi elo keburu tua ya..."
Arga tertawa.

Mata Linggar melebar, dia terdiam.

Dirinya bahkan sama sekali tidak tertawa mendengar candaan Arga yang terakhir.

Dia malah merasa kalau kata-kata Arga barusan adalah sebuah janji yang tanpa sadar dia ucapkan.
Linggar juga baru tau kalau Arga punya mental yang lebih baik dari Galang.
Dari segi kemampuan finansial memang Galang di atas angin.
Tapi dari segi kemauan dan usaha, Arga ga' ada yang menandingi.
Dia bakal jadi orang sukses kalau selalu bekerja keras seperti ini.
Senyum kecil tersungging di bibir Linggar, pemuda itu segera duduk di motor Arga.

"Pakai nih"
Ucap Arga yang melepas jaket denimnya dan menyerahkannya kepada Linggar.
"Ini naik motor bukan naik mobil.
Bakal dingin entar"

Linggar mengambil jaket yang di sodorkan Arga padanya, tanpa ragu pemuda itu memakai jaket milik Arga.
Hangat tubuh Arga tertinggal di jaket itu, Linggar jadi merasa di dekap langsung oleh cowok yang duduk di depannya ini.

Truth or Dare (Selesai)Where stories live. Discover now