TOD 30

31.7K 1.9K 572
                                    


Linggar membawa Galang menuju rumah sakit.
Begitu keduanya turun dari dalam mobil, tangan mereka saling bertautan mengingat sekarang ini Linggar menggenggam erat lengan pemuda itu.

"Gar, elo sarap ya...lepasin gue...!"
Pinta Galang yang mencoba meronta, akan tetapi Linggar sama sekali tidak mengendurkan cengkramannya.

"Terserah bacot lo mau ngomong apa, yang penting sekarang elo harus minta maaf ke Arga"

"Gue, ga' bakal minta maaf sama tuh orang"

Linggar menghentikan langkahnya, dia berbalik dan menatap mata Galang dengan tajam.
"Apa lo bilang....?"
Tanyanya dengan ekspresi menantang, dia berdiri di depan Galang yang melihat keangkuhan seorang Linggar yang baru pertama kali disaksikannya.
"Elo itu salah, dan harusnya elo itu minta maaf...!!"

Galang menelan ludah, dia lupa berapa tahun dia meninggalkan Linggar.
Mantannya itu berubah drastis, tidak seperti Linggar yang dulu.
Yang hanya bisa menangis dan selalu ketakutan sambil bersembunyi di belakang punggungnya.

Mantan kekasih yang pernah dia hianati itu kini dengan gagahnya berdiri di hadapannya dan memintanya untuk menemui rivalnya dan meminta maaf pada orang itu.

Galang mencoba menahan getaran yang kian hari kian menjadi-jadi di dalam dadanya.
Dia jatuh cinta lagi dan lagi pada Linggar, itu sebabnya sejak keduanya putus pemuda itu tidak bisa berhenti memikirkan Linggar.
Rasa penyesalan atas penghianatan yang dirinya lakukan dulu membuat Galang makin terpuruk.
"Bukan Arga yang harusnya gue mintai maaf, tapi elo"

Linggar memiringkan kepalanya sedikit sembari memicingkan matanya.
"Elo ngomong apaan sih...?"

Galang mengusap tengkuknya, pemuda itu mendesah lemah.
"Gue ngelakuin semua itu karena gue mau kita balikan lagi, kalau aja gue bisa nyingkirin Arga.
Ga' bakal ada orang lain yang ngalangin gue dapetin elo"

Linggar mengatupkan rahangnya kuat-kuat.
Dia melepas genggaman tangannya dan tanpa basa-basi pemuda itu mengayunkan tinjunya ke wajah Galang hingga membuatnya jatuh tersungkur ke tanah.

Suasana di tempat parkir itu nampak mencekam bagi beberapa orang yang melihat kejadian tersebut.

"Berdiri lo bangsat...!!!
Gue dari tadi nahan diri buat ga' mukul lo, tapi emang elo itu perlu di giniin biar bacot sama otak lo yang kosong itu bisa elo pakai buat mikir...!!"
Bentak Linggar seraya menarik kerah baju Galang.
"Gimana elo bisa ngira dengan elo nyakitin Arga gue bakal mau balikan sama elo...??
Anak SD aja bakal ketawa denger logika lo yang cetek itu...!!"

Nafas Linggar terlihat memburu menandakan dirinya sedang dalam kondisi emosi tingkat tinggi.
Jika saja dia tidak melihat darah mengucur dari bibir dan hidung Galang.
Mungkin dia tidak akan berhenti memukul orang yang pernah di cintainya.

Galang mencoba melihat Linggar, matanya nampak berkunang-kunang.
Dia di paksa berdiri sebelum sebuah tendangan dari lutut Linggar mengenai perutnya dan membuatnya jatuh terduduk.

Galang terbatuk-batuh, dia berusaha menahan sakit tapi suara rintihan akhirnya lolos juga dari bibirnya.
Dan sesaat kemudian pemuda itu mendongak melihat Linggar.
"Udah puas lo, atau masih mau mukul gue lagi...?"
Tanyanya dengan nada pasrah.

Dada Linggar naik turun dengan cepat, matanya memicing melihat senyum Galang.
"Elo kok malah senyum...?
dasar masokis"

Galang hampir saja tertawa terbahak mendengar ucapan Linggar barusan, tapi dia menahan diri buat tidak melakukan ke anehan itu.
"Elo salah"
Galang berusaha berdiri, dia mengusap darah yang mengalir dari bibirnya.
"Gue bukan masokis, tapi gue ga' nampik kalau gue puas karen elo dah mukul gue, dengan begini gue udah bayar kesalahan gue yang dulu ke elo"
Galang menepuk bahu Linggar, dia melihat ke arah pintu lobi rumah sakit.
"Jadi elo bener-bener sayang sama Arga ya...?
Gue bakal minta maaf ke dia, tapi inget gue ngelakuin ini buat elo.
Kasih tunjuk kamarnya..."

Truth or Dare (Selesai)Where stories live. Discover now