Sebuah Larangan

599 52 36
                                    

Tidak terserasa sebulan telah berlalu, mereka sudah ziarah ke makam Mumu, 40hari Mumu juga sudah di lakukan, dan berakhir pada wisudanya Frida.

Selama sebulan itu tidak ada yang spesial di hari mereka, terkecuali Mira dan Frida tentunya karena mereka kini tinggal bersama saling berbagi apa yang mereka punya. Mira senang karena punya adik, dan Frida pun senang karena ada orang baik yang ingin menjadi saudara perempuannya.

Malam itu Rojali sedang duduk di depan teras rumahnya, dengan hanya menggunakan kolor, dia begitu menikmati kesejukan udara saat itu. Dengan secangkir teh hangat yang menjadi teman dia, tanpa Ela, dia merasa malam itu begitu indah. Tidak ada pocong atau pun kuntilanak yang mengganggunya.

Dengan satu kaki naik diatas kursi lainnya, jari-jemari Rojali mulai memasuki lubang yang ada di hidungnya, selain mengupil dia juga mencabutin satu demi satu bulu di hidungnya yang sudah panjang.

"Ahh monyong!" kata Rojali setelah mencabut satu bulu hidung yang terlihat sangat panjang, matanya berkaca-kaca. Setelah membuat bulu tersebut, dia menggosok hidungnya yang menjadi gatal dengan tangannya.

LINE!

Terlihat satu pesan masuk di handphone Rojali.

Liburan yuk! Gue lagi pengin naik gunung nih, sekalian ngajak Frida.
19.58

Rojali menggaruk kepalanya karena kebingungan dengan maksud Frida.

Ya memang saat itu mereka sudah libur sekolah, tetapi kan kenapa dia tidak menanyakan kepada Nada yang jelas-jelas sebagai orang terdekatnya dibanding Rojali.

Udah coba ngajak Nada? Gua mah gas, Joko pasti ikut kalo diajak.
Read
20.01

Ini dia lagi nginep dirumah gue, oke kalau gitu fix ya berati!
20.02

Oke, terus mau kapan? Apa perlu gua siap-siap dari sekarang?
Read
20.04

Rojali berniat bercanda kalau dia ingin mempersiapkan dari sekarang yang sebenarnya waktu perginya pun belum di tentukan.

Good! Harus itu, besok kalian pagi kerumah gue ya abis subuh. Setelah itu kita langsung jalan ke tempat tujuan.
20.04

Mira begitu cepat membalas pesan Rojali ketika dia tau kalau Rojali akan bersiap-siap, bahkan dia benar-benar menganggap itu sebuah kesungguhan.

"ARGHHH NYESEL GUA NGOMONG GITU" Rojali kelabakan karena ternyata Mira menganggap bercandaannya itu serius. Untuk seorang Rojali, harga diri itu diatas segalanya bila situasinya diluar rumah, kalau di dalam rumah ya emak dan babehnya diatas segalanya.

Rojali segera bangun dari duduknya lalu berlari kedalam.

"Emak tas gunung babeh mana yaa, Rojali pinjem" teriaknya saat masuk kedalam.

Dia pun segera bersiap-siap, dan langsung memberi kabar ke Joko.

Ternyata reaksi Joko sama dengan Rojali ketika tau liburan yang mendadak itu, entah harus kesal atau bagaimana Joko tetap tidak bisa menolak. Karena bagaimana pun dia seorang yang tidak pernah merasakan liburan dengan teman.

*Keesokan paginya*

"Jal, lu serius mau berangkat jam segini?" tanya Joko, tangannya memeluk perutnya sendiri karena merasa kedinginan.

"Lah iya se..se..serius Jok" jawab Rojali dengan menggigil.

"Lu ngapasi Jal segala ngomong begitu sama Mira, apesnya di gua juga ini" Joko mendorong mundur kepala Rojali.

Eh Ada SetanWhere stories live. Discover now