Yudha menatap Amel, nampak matanya merah menahan air matanya,"terus kenapa dia ngilang gitu aja tanpa kasih tau gue?"

FLASH BACK,. (JAM MAKAN SIANG)

"Gue punya kabar gembira." Seru Tania sambil menatap kedua sahabatnya yang duduk diseberang bangkunya,"Gue mau nikah." Katanya sambil menununjukkan cincin emas melingkar dijari manisnya.

"Wah, selamat ya Tan, kok gak pernah cerita lo punya pacar." Seru Nay

Rara hanya tersenyum bahagia sambil memperhatikan wajah Tania,"Iya kok lo diem-diem sih Tania, tau-taunya udah mau nikah aja."

"Liat donk calon suami lo, secara lo kan gak pernah kasih tau kita siapa pacar lo."kata Nay sambil menyenggol-yenggol tangan Tania,"Yes, saingan gue buat dapetin bos yudha berkurang deh."

"Bukannya gak mau cerita, sebenernya dia tu temen lama, gue dulu sempet deket banget dan dia juga temen abang gue, tapi entah kenapa kita sama-sama ngejauh tanpa omongan apapun, dan sebenernya disaat gue mau mencoba membuka hati buat yang lain tiba-tiba dia muncul dan nunjukin keseriusannya langsung ngelamar gue" nampak binar kebahagian didalam diri Tania.

"kalo jodoh ya gak ada yang bisa tebak."

"Bener banget Ra, setuju deh jodoh bener-bener gak bisa ditebak." Sahut Nay,"Lihat donk Tan, calon lo gantengnya kayak Pak Yudha apa gak."

Tania membuka kunci di handphonenya, dan mulai membuka galeri untuk menunjukkan foto calon suaminya itu,"Nih." Langsung menyodorkan foto kepada Rara dan Nayla.

Rara nampak tercekak saat melihat foto tersebut namun ia langsung menyembunyikan ekspresi terkejutnya itu, berbeda dengan Nayla yang langsung menanggapi parah dari pemilik gambar di handphone Tania,"Wah lumayah juga Tan, tapi masih kalah sama Pak Yudha."

Tania dan Nayla tertawa lepas dan Rara hanya tersenyum, sambil mencoba menetralkan degub jantung yang saat ini semakin kencang."Calon lo kerja dimana Tan?" tanya Nayla penasaran,"Trus lo tanya gak selama lo berdua gak ada komunikasi apa dia punya pacar?"

"Gue baru tahu, ternyata selain bekerja di perusahaan dia juga ngajar ditempat bimbingan belajar gitu, trus dia sempet cerita dulu pernah deket sama satu cewek yang juga pengajar ditempat itu juga, tapi cewek itu kayak cewek yang gak punya tujuan hidup gitu katanya, intinya nolak enggak, ngeiyain juga nggak." Cerita Tania sambil mengaduk-aduk gelas jus nya dengan sedotan.

"Maksudnya gak punya tujuan hidup gimana?" Nayla masih sangat penasaran

Rara hanya terdiam, karena sebenarnya yang dimaksud Tania adalah dirinya dan orang yang akan menjadi calon suaminya adalah orang yang berusaha mendekati Rara yang saat itu masih aktif mengajar disebuah tempat bimbingan belajar siswa.

"Iya tu cewek bego kali ya diajak serius sama cowok yang udah mapan kok gak ngerespon." Terlihat Tania mendengus.

"Mungkin ada alasan lain kenapa cewek itu gak bisa menjalani hubungan dengan calon suami kamu Tan." Rara mencoba ikut bersuara."Dan mungkin Tuhan juga sedang menunjukkan kalo dia yang pantas jadi pendamping hidup kamu."

"Iya bener Tan, kan untung di lo juga." Sahut Nayla.

"Iya kali ya Ra."kata Tania sambil membereskan bekal makannya,"Tapi Ra, kata Tomi, cewek itu kayak orang yang enggan bahagia gitu, kayak ngehukum dirinya dengan masalah yang ada, bahkan dia tu kadang dingin, katanya cantik sih tapi mana ada cowok yang tahan juga kalo sifatnya terlalu angkuh tiap dideketin cowok jual mahal, atau jangan-jangan dia punya masa lalu yang bikin dia trauma kali ya buat deket sama cowok."

Seketika Rara tersentak, ia serasa kehabisan oksigen dalam paru-parunya karena menahan tangis, bukan karena ia menyesal karena menolak cowok yang ingin menjalin hubungan serius dengannya, tapi kalimat terakhir yang keluar dari bibir Tania itu seolah tamparan yang teramat pedih, seperti kepalan tangan yang menonjok bagian uluhatinya dan ia sangat ingin mengeluarkan semua isi perutnya.

"Yaudah Tan, kalo gak gitukan Tomi malah gak jadi jodoh lo." Sahut Nayla.

Tania tersenyum,"Iya juga ya, mungkin memang harus seperti ini dulu jalannya, dan gue makasih banyak deh sama cewek itu, yuk ahh balik keruangan."

Rara beranjak ke toilet sebelum kembali ke meja kerjanya, ia tak kuasa menahan air mata yang sudah tertahan sejak tadi. Didalam toilet iya menumpahkannya, cuaca siang ini sedikit mendung, namun hati dan pikiran Rara sangat bertolak belakang dengan cuaca diluar sana, tamparan halus namun mampu merobek hatinya.

Rara melirik kearah kalender yang tertempel note kecil berwarna kuning yang ditulis Yudha untuknya :

Dear Rara,

Besok ada meeting, jangan lupa siapkan

Data-data yang minggu lalu kita bahas,

Jangan telat makan, see you tomorrow.

I Will always love you .

-Yudha-

Pikiran Rara sangat kacau, bahkan kalimat terakhir yang terucap dari bibir Tania masih sangat jelas terngiang ditelinga mungilnya, "menghukum dirinya dengan masalah yang ada," Rara memijat keningnya yang terasa sangat pening, tanpa ia sadari Tania memperhatikan dari meja kerjanya,"Ra, lo kenapa sih gak tenang gitu, sakit? Mata lo juga sembab, abis nangis ya, ada masalah apa?"

Rara menggeleng,"Gak Tan, Cuma pusing nyiapin presentasi buat Pak yudha besok." Sahutnya singkat.

"Mau gue bantu?" Tanya Tania

Rara menggelengkan kepalanya dan tersenyum tipis,"Gue cuma butuh kopi aja kayaknya biar hilang pusingnya."

Rara kembali dengan dirinya yang seolah kehilangan arah, bahkan ia sangat ingin berlari ketempat yang ia anggap dapat membuat menenangkan pikirannya. Berlari dan sangat ingin memeluk orang yang sangat teramat ia rindukan yang kini tak akan pernah ada disampingnya. Kenyataan yang sebenarnya sulit untuk ia terima, namun nyata dihadapannya.

♥♥♥

Bạn đã đọc hết các phần đã được đăng tải.

⏰ Cập nhật Lần cuối: Sep 26, 2018 ⏰

Thêm truyện này vào Thư viện của bạn để nhận thông báo chương mới!

PUZZLENơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ