Kilas Balik (Lulus Sidang)

9 4 0
                                    

Ribuan perasaan yang ingin Rara ungkapkan disaat-saat terakhirnya ia berhasil melalui sidang skripsi untuk dua jurusan berbeda dalam satu minggu yang sama dan berhasil dengan nilai yang sangat memuaskan.

Perjuangannya selama kurang lebih tiga setengah tahun menjalani kuliah dengan dua jurusan dan dua kampus berbeda tak hanya membuatnya sangat lelah, bahkan apa yang ia dapatkan saat ini adalah suatu bentuk penghargaan yang ia berikan pada almarhum ayah dan sahabatnya itu.

Rara merupakan mahasiswa yang tergolong pintar, ia berhasil lulus dengan cumload dan merupakan mahasiswi lulusan termuda. Dikampusnya didaerah Jakarta Utara ini, ia berhasil mendapatkan gelar sarjana ekonomi. Suatu kebanggaan dalam dirinya ia berhasil mewujudkan keinginan sahabatnya untuk meraih gelar tersebut, begitu juga dengan keinginan yang almarhum ayahnya sempat ucapkan bahwa ia ingin Rara menjadi seorang pengajar untuk itu ia berhasil meraih gelar pendidikan dan langsung mendapatkan akta atau sertifikat pengajar.

"Selamat ya Ra." Ucap Amel sambil memeluk sahabatnya itu,"Akhirnya pencapaian itu bisa lo raih, saatnya membahagiakan diri lo Ra."

Rara tersenyum,"Ini juga udah bahagia kok, bahagia dan lega, akhirnya janji yang pernah terucap bisa terbayarkan ya Mel."

Amel menangkup pipi Rara dengan kedua tangannya,"Bukan bahagia karena itu, tapi bahagia untuk ini." Katanya sambil meletakkan satu tangan tetap didada Rara.

"Kebahagian yang harus lo rasakan untuk diri lo sendiri Ra, sepuluh tahun terakhir kebahagian itu gak pernah ada dihati lo, difikiran lo, dan dijiwa lo."

Rara memeluk sahabatnya itu, meneteskan air mata, seolah beban berat yang dirasakan selama ini sudah saatnya ia hempaskan bersama apa yang telah ia raih.

"Assalamualaikum Ayah, Rara datang bawa kabar bahagia, Alhamdulillah berkat doa dan keinginan ayah, Rara berhasil lulus kuliah dengan nilai yang sempurna, semoga ayah disana bahagia liat semua ini, Rara sayang ayah, ayah yang tenang ya disana karena semua yang ayah inginkan sudah tercapai sudah berhasil Rara wujudkan."

Salam perpisahan dengan memberikan doa dan tak lupa menaburkan bunga dan air melati diatas batu nisan ayahnya. Rara dan Amel melangkah tepat dimakan sahabat mereka, sahabat kecil yang memberi ribuan kenangan indah.

"Assalamualaikum Dan, aku sama Rara datang nih, maaf ya baru sempet kesini, sekarang Rara dah lulus lho, doain aku ya biar bisa cepet nyusul Rara." Amel tersenyum sambil menatap Rara,"Ada yang mau Rara sampein ke kamu, dia bawa kabar bahagia banget lho Dan."

Rara menunduk dihadapan batu nisan bertuliskan nama Rendana Adi Kusuma,"Dana udah lama ya aku gak tenggok kamu, maaf ya sibuk banget ngerjain skripsi, hari ini aku datang bawa hadiah buat kamu, aku berhasil dapet gelar sarjana ekonomi, seperti yang kamu ingin, seperti cita-cita kamu yang udah kamu ucapin ke aku, janji kamu buat lulus dari fakultas ekonomi sekarang udah terwujud, kamu bahagia ya disana, perasaan aku lega banget akhirnya aku bisa mewujudkan keinginan kamu, kangen banget aku sama kamu, kangen bisa makan ice cream bareng, kangen bisa main dipantai lagi sama kamu, sekarang kamu bisa bahagia tanpa terikat janji yang dulu, semoga kamu selalu tenang disana, tunggu aku disana sampai waktunya tiba, selamanya aku sayang kamu Dana " Rara tersenyum sambil menghapus air mata yang mengalir bebas dipipinya, meletakkan setangkai mawar merah dan mencium batu nisan sang pemilik nama tersebut.

Tak ada kata selain bersyukur untuk saat ini yang menggambarkan perasaan Rara. Janji yang pernah terucap untuknya mampu ia wujudkan dan ia persembahkan untuk sang pengucap janji.

♥♥♥

Rara dan Amel duduk disebuah café yang berada tepat dibibir pantai menunggu tenggelamnya matahari untuk dapat menatap senja beriringan dengan derunya ombak dan semilirnya angin.

Hal yang sudah sangat jarang mereka lakukan bersama semenjak kesibukan masing-masing untuk menyelesaikan kuliahnya. Terlebih Rara yang mengambil dua tempat kuliah berbeda dan mampu menyelesaikan dalam waktu yang sangat cepat dibandingkan mahasiswa seangkatannya yang juga mengambil jurusan yang sama.

"Ra, semua janji itu udah lo wujudkan, apa gak coba buka kesempatan untuk mewujudkan kebahagian diri lo sendiri?" tanya Amel sambil menatap Rara,"Mereka bakal sedih kalo lo terus menghukum diri lo untuk gak lepas dari bayang-bayang sebuah janji Ra."

Rara masih menatap lurus kearah pantai, menatap gulungan ombak yang terbentang luas didepan matanya,"Gak mudah untuk melalui ini Mel, tapi gue akan coba."

Amel nampak tersenyum,"Coba mulai berdamai sama diri lo sendiri deh Ra?"

Rara menyipitkan matanya kearah Amel mencari penjelasan lebih,"Lebih sulit kalo yang harus berdamai itu adalah perasaan Mel."

Amel tersenyum,"Maka dari itu, lo coba deh sadari, sebenernya udah mulai kebuka lho," Goda Amel," Cuma lo nya aja yang gak nyadar."

Pipi Rara nampak merona mendengar godaan sahabatnya itu,"Apaan sih Mel, ngaco ahhh."

Amel masih berniat menjahili sahabatnya itu,namun tiba-tiba ia teringat sesuatu,"Ohh iya, bukannya Yudha sidang skripsi juga ya bareng lo, gimana hasilnya, lo tau gak Ra?

Rara mengalihkan pandangannya,"Gue gak tau."

"Tar gue yang cari tau Ra, biasanya dia bakal heboh ngubungin Rico apalagi kalo udah cerita tentang lo."

Masih dengan pandangan lurus kedepan, semenjak hari dimana mereka melewati malam minggu bersama. Rara berniat menjauh dari Yudha, bukan karena masalah ia tidak nyaman dengan kedekatan yang mereka ciptakan, namun ada gejolak aneh yang Rara rasa belum saatnya ia terima. Dan beberapa hari terakhir ini Rara tidak menjawab dan membalas semua panggilan telfon dari Yudha, ia hanya ingin mencoba membiasakan dirinya tanpa bayang-bayangnya.

Mungkin waktu yang begitu cepat akan kehadirannya saat ini, Rara belum siap untuk ini, Rara sangat merasakan kenyamanan dan kedamaian dengan kehadiran Yudha ditengah kehidupannya saat ini, ia bagaikan oase ditengah padang pasir. Namun rasa takut lebih mendominasi ketimbang perasaan ingin mencoba.

"Ra, semoga suatu saat nanti lo bisa membuka lagi apa yang pernah lo rasain dulu."

Rara hanya tersenyum, entah kapan ia akan mulai membuka dan menerima semua yang pernah ia rasakan dulu.

♥♥♥

PUZZLEWhere stories live. Discover now