SEPULUH

2.3K 131 1
                                    

Tiga hari terlewati, akhirnya hari minggu pun tiba. Tampak Nara masih bergelung di selimut tebalnya padahal jam sudah menunjukkan pukul 08.15 ia lupa bahwa hari ini dia akan mengantarkan Tante Sis pergi membeli make up bersama Rajendra. Nara sangat mengantuk karena tadi malam ia begadang untuk menyelesaikan maraton drama koreanya. Sampai suara gedoran pintu mengagetkan Nara dari tidurnya.

"Astagfirullah, ganggu orang tidur aja," kata Nara pelan tetapi ia tetap melanjutkan tidurnya kembali.

Gedoran pintu di depan semakin keras terdengar yang membuat Nara mau tak mau membuka pintu kamar kostnya itu. Baru saja ia membuka pintu, ia sudah dikejutkan dengan kehadiran sosok makhluk tampan dengan pakaian rapi tengah memandangnya tajam.

"Jam," kata orang didepannya.

"Jam apa?" tanya Nara yang masih bingung dengan kehadiran sosok didepannya.

"Jam berapa ini?" tanya sosok di depannya lagi dengan kesabaran yang hampir habis.

"Jam delapan lebih, kok om disini sih? Ngapain?" tanya Nara yang penasaran.

"Janji," orang didepannya membalas. Nara dibuat semakin bingung. Janji? Janji apa? Janji palsu apa.

"Janji apa sih om? Kalau ngomong yang bener dong!" tanya Nara. Ya sosok didepan Nara itu Rajendra yang datang kemari entah untuk apa.

"Mall," jawab Rajendra. Nara mengerutkan dahinya. Minggu, janji, mall apa ya? Batin Nara yang tidak mengerti tujuan Rajendra datang kemari, sampai akhirnya ia berteriak nyaring.

"Ya Allah, aku lupa om beneran deh. Suer gak bohong" kata Nara mengangkat dua jarinya pertanda peace.

Rajendra hanya diam, masih memperhatikan Nara yang terlihat sedang mengumpulkan kesadarannya karena beberapa kali ia tampak memejamkan mata lantaran terlalu mengantuk.

"Mandi. Saya tunggu," kata Rajendra lalu meninggalkan Nara menuju ruang tamu.

"Iya mandi," kata Nara walaupun Rajendra sudah menghilang entah kemana. Nara langsung bergegas ke kamar mandi dan mandi secara kilat.

"Haduh pakai baju apa ya?" tanya Nara pada dirinya sendiri. Ia bingung ingin memakai baju apa. Wait tunggu, kenapa dia harus bingung kan cuma pergi bareng Om Rajendra. Pakai kaos aja udah bagus.

Setelah memakai kaos serta celana panjang ia langsung menggunakan cardigannya, ia langsung bergegas turun setelah memakai sepatu karena tidak ingin membuat Rajendra bertambah marah, karena kalau marah dia sudah seperti singa ngamuk.

Saat menuruni anak tangga, Nara melihat teman-teman kosnya sedang mengintip ke arah ruang tamu sambil berbisik-bisik. "Ganteng banget ya," kata Ayu mengamati seseorang di ruang tamu.

"Ya, masak mau sih sama Tante Sis," kata Sekar menimpali.

"Sama gue aja kali masih kinyis-kinyis. Masak maunya sama tante-tante girang kayak Tante Sis sih," balas Cindy dengan pedenya

"Heh pada ngapain," kata Nara bermaksud untuk mengagetkan teman-temannya yang mengintip itu.

Mereka serempak langsung salah tingkah karena ketahuan mengintip. Nara punya ide jahil untuk mengerjai mereka semua. "Gue denger apa yang kalian bicarain. Mau gue aduin Sis ya?" tanya Nara dengan mimik serius membuat ketiga orang di depannya membelalakkan mata mereka.

"Haduh jangan dong Nar," kata Cindy kelabakan sendiri karena dia yang mengatai Tante Sis tadi.

"Gimana ya? Aduin gak ya?" kata Nara menaik turunkan alisnya.

"Jangan dong Nar. Gue takut nih," kata Ayu yang terlihat benar-benar ketakutan.

"Bakso deket kampus gue enak kayaknya deh. Besok kalau makan enak ya. Beli ah," Nara cekikikan dalam hati.

Satu....

Dua....

Ti-

"Besok deh kita beliin," kata Sekar yang tau maksud Nara. Yes, bakso gratis I'm coming, batin Nara berteriak senang.

"Oke deh gak gue aduin, dadah semua," kata Nara melanjutkan jalannya menuju ruang tamu. Meninggalkan mereka bertiga yang mendengus kesal termakan tipuan Nara.

Rajendra mengecek jam tangannya lalu menghela napas kasar. Apa semua wanita itu lama jika berdandan? Pikirnya. Ia sudah bosan menunggu Nara yang dari tadi belum keluar dari kamarnya juga. Awas saja dia kalau keluar nanti.

"Hallo assalamualaikum selamat pagi good morning guten morgen semuanya," salam Nara lalu duduk disamping Sis dengan senyuman tanpa dosanya yang membuat Rajendra rasanya ingin menjitak kepala Nara karena sudah membuatnya menunggu lama.

"Lama," desis Rajendra tajam yang hanya dijawab dengan senyum pepsodent dari Nara.

"Biasa lah om, perempuan kalau make up ya lama," bela Nara.

"Tetap jelek," kata Rajendra tanpa disaring dulu yang membuat Nara jadi jengkel setengah mati padanya. Nara memilih diam daripada membalas lagi.

"Aduh kalian tuh ya, tante gak bisa ikut pergi ke mall. Tante ada urusan penting," kata Tante Sis tiba-tiba setelah menerima sebuah sms di handphonenya.

"Loh kok gitu sih tante? Aku udah bangun pagi buat tante lha ini, tante malah batalin seenaknya," kata Nara mendramatisir. Sebenarnya ia suka sih jika tidak jadi pergi bareng Rajendra.

"Kamu tetap pergi bareng Rajendra," kata Tante Sis sementara Nara tampak melebarkan matanya.

"Om Rajendra gak mau. Iya kan om?" tanya Nara berharap Rajendra menganggukkan kepala. Tapi nasi sudah menjadi bubur Rajendra menggeleng tanda tak setuju.

"Saya mau," balas Rajendra penuh penekanan, oh dan jangan lupa smirk menyebalkannya.

Oh ini namanya balas dendam, batin Nara yang tau maksud Rajendra yang ingin membalas apa yang ia lakukan padanya kemarin. Ia harus kuat mental setelah ini.

"Yaudah sana pergi!" perintah Sis yang malah seperti mengusir itu. Lihatlah, siapa yang kemarin tampak sangat bersemangat itu? Kenapa malah sekarang Nara yang menjadi tumbalnya?

"Tante ngusir aku ya?" tanya Nara berniat mengulur waktu supaya Rajendra berubah pikiran.

"Nara please deh gak usah drama. Tante tau kamu cuma mau ngulur waktu," balas Tante Sis tepat sasaran. Membuat Nara terdiam seketika.

Baiklah Nara mengalah sekarang, lebih baik cepat-cepat ia keluar dan mengatakan tuduhannya pada tersangka yang sedang berjalan di belakangnya itu.

"Om sengaja kan?! Mau balas dendam ha?!" tuduh Nara pada Rajendra setelah sampai di teras rumah.

"Fitnah," balasnya dengan suara dingin nan datar yang sebenarnya membuat bulu kuduk Nara merinding.

"Siapa yang fitnah om? Om sendirikan yang setuju kemarin, terus sekarang om kasih apa Tante Sis sampai dia batalin pergi ke mall padahal kemarin-kemarin dia seneng banget?" tuduh Nara lagi karena ia sangat yakin dengan opininya itu.

"Itu keinginan dia sendiri," bela Rajendra yang masih terlihat santai padahal Nara sudah sangat menggebu-gebu sekali.

"Oke kalau itu kemauannya sendiri, terus kenapa tadi om mau pergi sama aku? Om kan bisa nolak. Oh aku tahu, ini pasti cuma akal-akalan om yang mau pergi bareng aku," kata Nara yang tak habis pikir dengan Rajendra.

"Terserah saya," kata Rajendra lalu meninggalkan Nara memasuki mobil.

Rajendra sangat kesal dengan tuduhan Nara yang seratus persen salah itu. Seharusnya Nara tidak sepercaya diri itu. Mana mungkin seorang Rajendra ingin pergi berdua bersama Nara. Kalau balas dendam sih memang benar.

Nara yang tak tau harus berbuat apa pun akhirnya memilih masuk ke dalam mobil Rajendra. Bisa saja Rajendra mentraktirnya makan kan jadi dia juga yang untung.

"Jalan!" perintahnya pada Rajendra yang duduk di kursi pengemudi. Rajendra yang mendengarnya pun menghela napas kasar. Dasar perempuan menyebalkan.

TBC

Fall In LoveWhere stories live. Discover now