21. Vanilla[ 3rd POV]

En başından başla
                                    

" Kami tahu kamu masih memikirkan Lala, sayang. Mama dan Papa juga enggak bisa memaksakan kamu untuk ditunangkan dengan Felicia, anak Dokter Irwan. Mama dan Papa juga tidak keberatan dengan pilihan kamu yang selalu sama sejak umur kamu masih anak- anak. Tapi, Mama dan Papa juga mau kamu mempertimbangkan matang- matang keputusan kami untuk menguliahkan kamu ke Amerika. Setelah kamu tamat dan menjadi penerus di perusahaan keluarga kita, kamu bisa melamar Lala ataupun menghabiskan sisa umur kamu dengan dia," ucapan Mama terdengar serius dan terlihat sudah bulat akan keputusannya. Jordan masih memikirkan ucapan kedua orangtuanya.

" Lala udah enggak punya siapa- siapa lagi, Ma, Pa. Keluarganya udah enggak menganggap dia siapa- siapa lagi,"

" Kita juga keluarga Lala, Jordan. Mama dan Papa yang akan menjamin kehidupan Lala disini saat kamu di Amerika. Kami akan memastikan jika ada yang berani menganggu Ana di penjara, akan diurus dan didepak keluar," tegas Papa.

" Jordan akan mempertimbangkannya,"

***

" Gue bingung, Nat. Gue diminta lanjutin kuliah ke Massachusets," ucap Jordan kepada Natalie, kakak perempuannya. Natalie merupakan kakak Jordan yang kuliah di Universitas Harvard fakultas kedokteran. Kebetulan, saat ini Natalie sedang libur. Sehingga dia berlibur ke Indonesia selama dua minggu.

" Yah, gue sih setuju- setuju aja sih. Kenapa lo gak ninggalin si Lala itu? Bukannya gue enggak suka sama orangnya, Jo. Tapi kalau udah sampai masuk ke penjara gitu, kedengarannya agak gimana gitu," ucapan Natalie membuat keheningan beberapa saat.

" Gue enggak peduli apa yang didengar dari orang lain. Karena gue tau dia melakukan tindakan kriminal bukan karena kemauannya," balas Jordan dingin. Natalie menatap lamat- lamat kepada adik bungsunya.

" Lo mah luarnya aja yang kelihatan dingin. Dalamnya penuh dengan perasaan," ledek Natalie sementara Jordan terlihat acuh tak acuh.

" Kalo lo hanya mau ledek gue, balik sana ke Amerika," tukas Jordan jengkel. Natalie terkekeh sebentar lalu kemudian kembali terlihat serius.

" Jo, gue jelasin nih ya. Orang yang udah pernah melakukan kriminal dan pernah menjadi seorang narapidana, selamanya juga dia bakal dicap narapidana sekalipun dia udah bebas dan tobat. Sama kasusnya dengan Lala. Gue enggak mau, orang- orang malah ngejudge lo hanya karena lo ada hubungan dengan si Lala itu. Gue ngomong kayak gini, karena gue juga sayang sama lo," jelas Natalie membuat Jordan termenung.

" Enggak hanya satu orang cewek di dunia ini, Jo. Lo cakep, iya. Tajir, juga iya. Multitalent, apalagi. Lo juga kategori jenius, Jo. Buat apa lo menuai rasa sama seorang narapidana? Saat lo pikirkan soal hati, coba pikirkan bokap sama nyokap. Lo pikir karena mereka kelihatan fine- fine aja, hati mereka juga fine aja? Sebagai kakak lo, gue kasih tau lo yang bener. Coba lo belajar buat lupain si Lala itu. Turutin aja apa yang diminta bokap sama nyokap. Mereka terlalu sayang sama lo," lanjut Natalie membuat Jordan melirik tajam ke arah kakak perempuannya itu.

" Apa karena dia narapidana makanya lo enggak setuju gitu?" tukas Jordan dingin. Natalie meletakkan dagunya di atas kedua tangannya yang terlipat, kemudian mengangguk.

" Tapi gue hanya kasih saran, Jo. Lo boleh memilih apapun yang lo mau. Yang penting lo fokus sama UN lo aja dulu. Nanti aja deh lo pikirin masalah itu,"

***

" Gue bingung, Vin. Saran lo apa?" tanya Jordan pada Calvin via skype. Calvin terlihat sedang berpikir juga dari layar.

" Saran gue, lo coba lakukan saran Natalie. Saran dia itu bener. Untuk sekarang bagusan lo belajar yang bener, biar masa depan lo juga bagus. Enggak kayak si Ana," jawab Calvin dengan nada sedikit kaku.

" Keluarga lo masih marah sama kelakukan Ana?" tanya Jordan yang menduga kemungkinan besar keluarga Ana masih marah sama Ana. Calvin mengangguk pelan. Jordan dapat melihat kalau Calvin sangat merasa sedih.

" Gue heran sama bokap - nyokap yang hanya peduli sama harga diri keluarga. Mereka enggak mau dengerin penjelasan Ana. Padahal sebenarnya Ana juga korban, dia melakukan itu semua karena terpaksa. Lain halnya kalo Nicole dan Dinda. Mereka emang enggak terpaksa melakukannya. Kasihan Ana," ucap Calvin dengan nada dingin.

" Dia sekarang bener- bener enggak karuan, Vin," ujar Jordan pada akhirnya. Setidaknya, Calvin harus tahu keadaan adik kandungnya yang sebenarnya.

" Maksud lo apaan?"

" Dia jadi depresi dan semua orang kira dia gila," ucapan Jordan bagaikan petir di telinga Calvin.

" Apa maksud lo tingkahnya jadi enggak normal, jadi kekanak- kanakkan, atau jadi kayak gimana gitu?" tanya Calvin yang terlihat semakin khawatir. Jordan mengangguk.

" Gue belum bisa pergi ke Indonesia. Bokap sama Nyokap ketat banget jagain kita. Gue minta tolong sama lo, janji ke gue satu hal," ujar Calvin yang terlihat mulai frustrasi.

" Apa?"

" Meskipun lo mungkin jadi jijik atau mungkin enggak suka lagi sama Ana, gue mohon sama lo buat jagain dia. Dia introvert bertopeng ekstrovert. Di samping itu, dia mungkin setengah waras atau bahkan enggak waras. Gue mohon jaga dia, sebelum suatu saat bakal ada kejadian yang bakal disesali,"

PromisesHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin