21. Vanilla[ 3rd POV]

12 6 0
                                    

Jordan menatap ke arah gadis yang sedang duduk termenung di dalam selnya. Di dalam sel penjara itu hanya dia sendiri yang ada. Pakaian gadis itu sangat lusuh, tidak terawat dan jelas sekali kali ini Lala benar- benar sangat terpuruk.

Ingatan tentang percakapannya dengan Haris beberapa hari yang lalu membuat Jordan merasa kembali sangat terpukul. Hukuman Lala tidak bisa diringankan. Selain itu Lala dianggap sudah tidak waras lagi. Karena itu pulalah, sel Lala tersendiri. Tapi itu tidak terlalu penting. Yang terpenting saat ini adalah Lala tetap akan mendekam di dalam penjara selama 5 tahun.

Nicole dan Dinda juga mendekam di dalam penjara. Tetapi keduanya jauh menerima hukuman yang lebih berat daripada Lala. Nicole dihukum selama 15 tahun sedangkan Dinda dihukum selama 20 tahun.

" Nama aku Vanilla! Va- ni - lla!" teriak Lala membuat Jordan menoleh ke arah keributan berasal. Tampak Lala yang terlihat sedang marah kepada salah seorang petugas tahanan. Petugas itu menertawai Lala dan beberapa kali menyebut Lala bodoh sekaligus orang gila.

Pemandangan itu membuat Jordan semakin merasa bersalah. Jordan berjalan mendekat ke arah sel tahanan Lala. Jordan sempat terpaku saat Lala menatap lamat- lamat ke arahnya, lalu sedetik kemudian gadis itu membuang pandangan.

" K- kamu siapa?" Jantung Jordan mencelos saat mendengar pertanyaan Lala yang dilontarkan dengan suara pelan dan terdengar seperti Lala tidak memiliki memori apapun tentang dirinya.

" Lebih baik Anda menjauhi orang gila itu! Nanti anda malah jadi ikut gila karena berinteraksi dengan gadis gila dan bodoh itu," celetuk salah seorang petugas yang sedang menonton acara TV dengan temannya. Jordan memutar kedua bola matanya. Sejak kapan gila menjadi sebuah penyakit menular?

" Aku Claudio," ucap Jordan yang merasa sedikit aneh. Dia sudah tidak terlalu terbiasa dengan penggunaan panggilan aku- kamu. Ini adalah kali pertama dia menggunakan panggilan itu setelah 7 tahun lamanya ke pada seorang perempuan.

Sesuatu yang agak mengejutkan terjadi. Lala berjalan mendekat ke arah Jordan lalu dari balik jeruji besi, dia mendongak menatap Jordan.

" Claudio? Nama kamu bagus! Kamu juga diculik sama orang- orang jahat itu, ya?" kali ini dalam hati, Jordan tersenyum miris. Apa jangan- jangan gadis ini juga lupa ingatan? Jordan menggeleng.

" Oh, kalau gitu kamu harus hati- hati sama mereka ya! Mereka itu yang duduk di sana..." tangan Lala menunjuk ke arah petugas polisi yang sedang sibuk menonton TV. " Mereka itu jahat. Hati- hati," lanjut Lala dengan berbisik sementara matanya memancarkan kekosongan. Setelah mengucapkan itu, Lala melambaikan tangan dengan sedikit kekanak- kanakkan lalu kembali duduk ke sudut dan terlihat termenung.

Ingin rasanya Jordan meminta kepada pihak kepolisian untuk menggantikan posisinya dengan posisi Lala. Jordan rela mendekam di penjara selama seumur hidupnya daripada harus melihat Lala dalam keadaan seperti ini.

Seandainya saja saat itu, Jordan berada di posisi Reza, maka Jordan pasti akan melarang Ana untuk melakukan kegilaan yang hanya menjerumuskan gadis itu ke mimpi terburuknya.

***

" Jo, Mama dan Papa mau ngomong serius ke kamu," ucapan Tante Aurelia membuat Jordan berhenti menyuapkan sesendok macaroni ke dalam mulutnya.

" Ada apa?" tanya Jordan dingin.

" Mama dan Papa sudah memutuskan untuk menguliahkan kamu di Massachusets. Mama dan Papa ingin kamu lebih mendalami bidang yang akan kamu teruskan seusai kuliah nanti," otak Jordan sudah berputar menduga- duga kemungkinan terburuk yang selalu menjadi mimpi buruknya.

" Kami ingin kamu yang akan menjadi pewaris dari perusahaan robot Panduwinata, Jo. Kakak dan Abang kamu sudah menemukan jalan mereka masing- masing. Satu- satunya yang kami harapkan saat ini hanya kamu, nak," ujar Dokter Darwin kepada putra bungsunya. Jordan mencerna kembali ucapan kedua orangtuanya. Itu berarti dia akan berpisah dengan Lala sekitar 7 atau 8 bulan lagi.

PromisesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang