19. Nicole's Crime [ 3rd POV]

11 6 0
                                    

Jordan mengemudikan mobilnya ke apartemen pribadi Dinda. Sudah sejak tadi, Jordan menelepon Dinda namun tetap saja cewek psikopat itu tidak menjawab panggilannya. Bukannya Jordan khawatir akan keadaan Dinda, pasalnya hari ini juga Dinda berjanji akan memberikan semua bukti- bukti yang mengarah kepada Ana kepada Jordan sehingga Jordan sendiri yang memutuskan untuk diapakan bukti- bukti itu.

Setelah 17 menit kemudian, akhirnya Jordan sudah berada di depan apartemen. Namun Jordan sangat terkejut saat menjumpai begitu banyak mobil polisi dan teradapat police line. Seperti ada penggerebekan.

Dengan perasaan tegang, Jordan bergegas cepat menuju ruang apartemen Dinda yang berada di lantai 7. Atmosfer di sekitar lift menjadi sedikit mencekam. Saat lift terbuka, Jordan langsung menuju ke arah ruangan Dinda. Dan betapa terkejutnya Jordan saat mendapati bahwa begitu banyak polisi yang sedang melakukan penggerebekan di ruangan Dinda. Keluarga Dinda juga ada disana.

" Pak, ini ada apa?" tanya Jordan pada salah seorang polisi yang berada di luar untuk mengawasi keadaan di luar ruangan. Polisi tersebut menoleh ke arah Jordan lalu mencermati wajah Jordan.

" Ada laporan terjadinya pesta narkoba di sini dan juga percobaan pembunuhan. Anda siapa?" tanya sang polisi dengan tatapan menyelidik. Sementara itu, Jordan sudah terpaku mendengar jawaban polisi itu.

" Siapa yang melakukan percobaan pembunuhan?" tanya Jordan, tidak mengacuhkan pertanyaan dari polisi itu.

" Nicole Pramudya yang melakukan percobaan pembunuhan terhadap penghuni ruangan ini," Jordan mencerna kembali perkataan sang polisi. " Anda ini siapa?" tanya Polisi itu dan kini Jordan melirik tajam ke arah polisi itu.

" Saya Jordan Panduwinata, anak dari dokter Darwin," ketus Jordan acuh tak acuh. Polisi itu seketika berubah menjadi hormat, diam dan tidak memasang wajah menjengkelkan. Tentu saja polisi itu diam tidak berkutik karena Jordan merupakan anak dari dokter Darwin sekaligus keponakan dari Alden Panduwinata dan Haris Panduwinata. Alden merupakan panglima besar TNI AL sedangkan Haris adalah pengacara andalan yang memiliki banyak jaringan di kepolisian dan biasanya beliau menangani kasus- kasus besar. Haris sering menang ketika menghadapi kasus- kasus besar itu, tak heran jika beliau sangat disegani.

Jordan mengamati polisi yang berdiri di hadapannya. Kalau dipikir- pikir tidak ada salahnya jika dia memanfaatkan status yang dimiliki keluarganya untuk mencari bukti- bukti yang disimpan oleh Dinda melalui polisi ini. Namun, Jordan masih ragu.

Secara tidak sengaja, mata Jordan melihat Dinda yang sudah pingsan tepat digotong oleh beberapa pihak polisi. Ada begitu banyak luka sayatan di tubuh Dinda dan yang membuat Jordan tercengang adalah beberapa jari gadis itu dimutilasi.

Jordan rasa ia perlu konsultasi ke yang ahlinya.

***

" Hey, Claudio! Ada apa malam- malam datang ke rumahku?" tanya Haris dengan nada gaul pada umurnya sudah pertengahan 40- an. Beliau pergi ke dapur tanpa menunggu jawaban Jordan sementara Jordan melirik ke segala arah. Aunt Lena dan Geovani tidak ada disini.

" Aunt Lena dan Vani mana, Haris?" tanya Jordan. Jordan memang tidak memanggil Haris dengan sebutan Uncle karena Haris sendiri yang memintanya. Alasan Haris, karena dia merasa tua jika dipanggil Uncle.

Haris datang dari dapur dan membawa dua gelas cangkir berisi kopi hangat.

" Lena dan Vani pergi ke Perancis. Mereka ingin mengabiskan liburan di sana," ujar Haris dengan santai lalu menyodorkan secangkir kopi kepada Jordan.

" Wanna a cup of coffee, boy?" Jordan menerima kopi yang disodorkan oleh Haris. Jordan meminum kopi panas itu secara perlahan, membiarkan aroma kopi terhirup oleh hidungnya dan menetralisir keadaan jantung Jordan.

PromisesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang