Part 2- Masalah Arthur

Start from the beginning
                                    

Awalnya mereka akan membantah habis-habisan, namun setelah gue menyodorkan bukti konkret pada akhirnya mereka dengan rasa malu mengakuinya. Itulah mengapa gue selalu menolak dan selalu menggagalkan perjodohan. Karena gue udah tahu kelakuan mereka dibalik wajah manis dan cantiknya. Dan gue memilih untuk memperioritaskan karir gue dibandingkan mencari jodoh. Gue masih merasa belum mampu menjadi kepala keluarga, menafkahi istri dan anak-anak gue nanti.  Masih banyak resolusi hidup gue tahun ini yang belum tercapai. Disamping itu juga karena gue masih ingin bebas menikmati masa muda gue, kumpul bareng temen, menekuni hobi, dan satu lagi gue masih pengen ngejar gelar magister. Karena gelar pendidikan yang semakin tinggi, itu akan mempermudah gue untuk naik jabatan.

Sebenarnya orang tua gue sudah punya dua cucu dari kakak tiri gue, Mbak Risa. Ibu gue adalah istri kedua Ayah. Istri pertama Ayah meninggal saat mbak Risa SMP, kemudian menikahi Ibu setelah dua tahun Ayah menduda. Hubungan keluarga kami bahagia dan tentram saja, sikap Ibu gue juga tidak seperti ibu tiri yang ada di sinetron TV yang selalu jahat. Meskipun Mbak Risa bukan anak kandung Ibu, tetapi beliau tidak pernah membedakan kami. Ibu menyayangi Mbak Risa seperti anak kandungnya sendiri.

***

"Berapa pelamar lagi Firman yang harus saya interview?" tanya gue pada sekertaris kepercayaan gue

"Satu lagi Pak. Saya panggilkan sekarang?" Tanya dia dengan sopan.

"Ya panggilkan saja. Biar cepet kelar. Saya ada urusan soalnya."

"Baik Pak," Firman menutup pintu ruangan dan memanggilkan pelamar kerja terakhir.

"Selamat sore Pak," jawab seorang wanita cantik, putih, dengan tubuh yang proporsional. Semoga saja kecantikan dan kemolekan tubuhnya sesuai dengan otak yang dia punya.

"Silahkan duduk."

"Terima kasih Pak."

Gue mulai membaca dan memahami Resume miliknya.

"Silahkan anda ceritakan secara singkat riwayat hidup anda hingga melamar kerja ke perusahaan kami," ujar gue dengan mimik serius.

Dia mulai menceritakan riwayat hidup dia dari kuliah hingga bekerja dan melamar ke sini. Gue merasa aneh, mengapa dia melamar kerja lagi? Padahal dia sudah mendapat posisi yang bagus ditempat kerjanya. Banyak sekali orang yang menginginkan untuk menjadi pegawai pemerintah. Gaji yang dia dapat suadh UMR, belum bonus dan tunjangan. Lalu mengapa dia merasa masih kurang? Gue memeng kurang paham dengan sisitem birokrasi pemerintahan yang gue tahu Pegawai Honorer, CPNS dan PNS. Ternyata masih terdapat kategori pegawai pemerintah lainnya : PPNPN  seperti pekerjaan dirinya sekarang dan P3K (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja). Itulah mengapa gue kurang berminat bekerja di lingkup pemerintahan. Gue yang mempunyi jiwa bebas, tidak ingin terikat dan selalu tidak pernah puas dengan pencapaian merasa kurang cocok bila bekerja disana.

Gue malah jadi penasaran dengan tujuan dia sampai ingin resign dari posisinya yang menurut gue sudah cukup bagus dari segi jenjang karir. Gue menduga jika pelamar ini masih labil, usianya saja baru 24 tahun. Belum mapan dan belum banyak pengalaman.

"Mengapa Anda ingin bekerja di perusahaan kami?" tanya gue sambil menaikan alis.

"Saya ingin mencari pengalaman baru, menambah wawasan dan pengalaman baru ..."

"Alasan yang sangat mainstream. Saudari Nabila Salsabina, S.E. Apaakah ada alasan lain yang lebih logis?" potong gue cepat karena sudah jengah dengan alasan klasiknya. Apakah tidak ada alasan lain yang relevan dan lebih kreatif daripada kalimat itu? Hampir semua pelamar jika ditanya selalu saja jawabannya seperti itu, bosan gue mendengarnya.

Cewek itu hanya diam membisu. Sudah gue duga pasti alasan dia adalah merasa tidak nyaman di tempat kerjanya. Entah gue kagak tahu masalahnya yang jelas, dari mimik wajahnya sudah terbaca sama gue. Dan perusahan ini tidak butuh dengan orang yang tidak loyal dan tidak memliki integritas seperti dia.

"Maaf, Anda tidak bisa bekerja di tempat kami. Saya pikir sebaiknya anda bersyukur dengan posisi anda sekarang. Banyak sekali orang yang menginginkan posisi anda ini. Saya mengerti karena anda masih muda, masih ingin mencari hal baru, dan ingin mencapai sesuatu secara menggebu. Saya sarankan anda tetap bertahan bekerja disana. Sabar saja, nanti juga anda akan diangkat menjadi PNS. Lebih baik anda tingkatkan kinerja anda dalam bekerja," tegas gue panjang lebar mencoba menasihatinya. Niat gue baik, supaya dia tidak menyesal dikemudian hari.

"Kok begitu Pak?! Bapak subjektif dong menilai saya? Saya sudah memenuhi kriteria posisi yang dibutuhkan perusahaan Anda. Pelamar lain disuruh langsung ikut dan dijadwalkan training padahal mereka bukan lulusan yang diutamakan disini?" protesnya tak terima dengan keputusan gue.

"Maaf Saudari Nabila, ini sudah keputusan mutlak dari Kami. Maaf karena saya ada urusan lain. Pertemuan kita dicukupkan sekian, Terima Kasih," tegas gue mengakhiri sesi wawancara yang sangat melelahkan ini.

"Tapi Pak ..," dia mencegah tangan gue yang hendak membukakan pintu.

"Silahkan Anda bisa keluar dari ruangan saya," tegas gue kembali sambil melepaskan tangannya di lengan gue.

"Biasa aja kali Pak. PERMISI!" ucapnya sarkastik.

Gue hanya mengangkat bahu dan kedua tangan seolah menandakan tidak peduli alias masa bodo dengan respon darinya.

Bandung, 6 September 2018

Source of Photos:
https://www.pinterest.co.uk/pin/565483296953018713/

Terimakasih semoga terhibur...
Dilarang Keras Menjiplak, meniru, menyontek, mencomot, meng copast baik dikit atau banyak tanpa seijin penulis.
Mari Hargai Hasil Karya Orang lain

NABILA-ARTHUR (END)Where stories live. Discover now