Part 2- Masalah Arthur

9.6K 402 4
                                    

Minta Vote dan Komennya ya
Happy Reading..😊

Arthur POV

Baru saja minggu lalu, ibu menjodohkan gue dengan anak dari teman arisannya. Dan sekarang gue harus ikut kencan buta lagi untuk ke 15 kalinya. Setelah kencan minggu lalu gagal total karena gue secara halus namun menusuk saat menolak semua cewek yang ibu kenalkan ke gue. Dan sabtu nanti, gue harus mengikuti kencan buta lagi dengan anak dari teman SMP ibu. Gue bahkan sudah di cap sebagai gay, homo atau sejenisnya karena selama ini gue belum pernah mengenalkan pacar kepada orang tua. Setiap kencan buta selalu saja gagal total karena gue selalu menolaknya. Dan itu membuat ibu selalu marah dan kesal kepada gue.

"Oke, Ibu janji ini terakhir kalinya Ibu kenalin kamu ke anaknya temen Ibu. Kalo kali ini kamu gak cocok juga. Ibu bakal nyerah deh, capek," ujar Ibu dengan nada kesal.

'Yes! Akhirnya ...,' sorak sorai dalam batin gue saking senang dan bahagianya.

"Tapi sebagai gantinya, kamu yang cari istri sendiri! Kamu kan selalu gak cocok sama pilihan Inu. Ibu kasih waktu sebulan buat kamu!" Tegas Ibu gue dibalik suara teleponnya.

"Yahh Bu ... kok gitu," protes gue tdiak terima.

"Kamu normal kan, Thur? Masih suka cewek kan? Ibu heran deh kamu gak pernah kenalin cewek ke Ibu," omelan Ibu terdengar sarkas.

"Arthur normal Bu, cuman sampe sekarang Arthur belum nemu cewek yang cocok. Jadi masih jones ...," jawab gue dengan tenang tanpa emosi.

"Apa tuh jones?" tanya Ibu penasaran.

"Jomblo ngenes Bu ... maksudnya."

"(Terkekeh) Oh, kirain apa ibu gak ngerti. Yaudah, intinya kalo kamu nolak, Ibu bakal nekad supaya kamu dipecat disana. Dan bawa kamu pulang ke Jakarta!" Tukas ibu dengan lantang.

"Lho!? Bu, isshh... Ibu kok gitu sih?! Arthur udah seneng kerja di Bandung," protes gue sarkartik.

"Ya sudah ... turutin permintaan Ibu kalo begitu. Lagian udah enak kerja bareng Ayah, lebih gede gajinya. Malah pilih jalan sendiri! Aneh kamu! Orang lain tuh ya ...," omelan Ibu semakin melebar dan memanjang, merembet kemana-mana. Maklum Ihu gue ini cerewetnya minta ampun.

"Udah deh Ibu, gakpapa Arthur seneng kok meskipun gajinya gak sebesar kerja di kantor Notaris Ayah. Udah ah, Arthur mau kerja lagi," sergah gue menutup topik pembicaraan Ibu.

"Inget lho! Sabtu ini di Sunshine café, sekalian pulangnya anterin. Rumahnya gak jauh dari apartemen kamu," omel Ibu memperingatkan kembali.

"Iya Ibuku Sayang," ujar gue supaya beliau berhenti mengomel.

Sambungan telepon dari ibu gue terputus, dan gue mulai menggaruk kepala gue yang tidak gatal. Gue mulai furtasi dan tertekan dengan ancaman ibu. Kali ini beliau benar-benar serius. Padahal usia gue belum 30 tahun, tapi orang tua gue udah ngotot minta cucu. Itu karena ketakutan mereka jika anak laki-lakinya ini masih tetap betah membujang. Gue memang belum pernah sekalipun ngenalin cewek entah itu statusnya pacar atau frinendzone ke orang tua gue. Ya, karena gue gak pernah hubungan yang terlalu serius dengan cewek.

Terakhir gue pacaran saat baru kerja di perusahaan ini. Dan itu pun tidak bertahan lama, karena mantan gue hanya mengincar materi saja. Sampai sekarang gue belum pernah bertemu dengan cewek yang tulus mencintai gue. Bukan dari segi materi, jabatan atau tampang gue. Itulah mengapa gue betah membujang dan selalu menolak perjodohan.

Tiap kali kencan buta, semua cewek yang gue temui itu gak ada yang masuk tipe gue. Yang gue temui hampir semuanya matre, agresif, dan tidak jujur dengan statusnya. Sebelum gue ketemu atau kencan buta dengan cewek pilihan ibu, terlebih dahulu gue pasti stalking untuk mencari tahu latar belakang dan sifat orang itu. Sekertaris gue, Firman sebagai agen intel gue yang selalu kasih tahu informasi cewek yang akan dijodohkan dengan gue.

NABILA-ARTHUR (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang