15. Wanita Hebat.

14.1K 1.3K 49
                                    


"Mbar, kali ini rencana kamu keknya berhasil deh," ujar Andi.

"Rencana apa?"

"Itu si bossy. Dia tadi udah rapat sama semua karyawan divisi produksi. Mereka setuju dengan ide kamu buat meminimalisir produk kita dan mengubah kemasan semenarik mungkin."

"Oo, itu."

Aku meraih mouse komputer dan membuka file yang akan aku serahkan hari ini pada Pak Lewis.

"Masa ekspresinya cuma gitu, Mbar," sungut Andi membuatku terkekeh pelan.

"Harusnya gimana?"

"Ada euforianya gitu."

"Gak ah, lebay," ucapku.

Aku bangkit dan menyeret kursi ke belakang. Setelahnya aku berjalan menuju arah ruangan Pak Lewis. Aku mendengar suara Miranda di dalam. Aku ragu hendak mengetuk pintu ruangan Pak Lewis apa tidak. Tapi file yang kugenggam di flashdisk ini begitu penting dan harus segera kuserahkan.

Setelah kupikir lagi, aku melaksanakan niatku. Mengetuk pintu ruangan Pak Lewis. Dan benar saja, Miranda sudah ada di dalam dengan aksi andalannya bersikap manja pada si bossy. Tapi apa peduliku. Itu urusannya dengan Pak Lewis.

Tapi aku tertegun seketika saat melihat wanita di sampingnya. Aku seperti menelan pil pahit saat melihat wanita ini.

Yah. Aku masih ingat dengan jelas wanita yang pernah kulihat ini. Foto yang disimpan Akbar di bawah bajunya itu adalah gambar wanita ini.

Aku membuang muka dan langsung menyerahkan flashdisk pada Pak Lewis. Lalu mempercepat langkah dan tak ingin melihat wanita ini lagi. Namun langkahku terhenti saat si bossy memanggilku.

"Ada apa, Pak?" tanyaku.

"Ambar, kemarilah!"

Aku mendekati Pak Lewis dengan tetap menganggap wanita yang kunilai cukup cantik ini tidak ada. Anggap saja dia makhluk halus dan aku tak melihatnya.

"Ambar. Kenalkan ini Anggrek. Anggrek, ini Ambar. Admin keuangan di sini."

Terpaksa aku menyalami wanita itu dengan senyum palsu.

"Pak, saya harus pergi cepat-cepat. Tugas saya masih banyak," ucapku kemudian.

"Ambar. Jangan lupa sebentar lagi kita rapat. Dan Anggrek ini akan menjelaskan detail apa yang harus kita lakukan."

Lakukan? Lakukan apa?

Baiklah. Aku akan lihat apa yang akan dilakukan wanita ini.

"Oke. Tapi saya harus segera pergi," kilahku lagi.

Pak Lewis mengangguk dan mempersilakanku keluar ruangan. Sempat ekor mataku melihat perutnya yang sudah rata. Rupanya ia sudah melahirkan.

Hebat. Cepat sekali dia hamil dan melahirkan. Dan lihatlah sekarang, dia sudah bekerja kembali. Mungkin itu yang disuka Akbar darinya. Wanita karir yang menjadi wonder woman.

Semua wanita juga bisa seperti Anggrek. Bekerja di luar menjadi wanita karir yang sukses dan memiliki penghasilan sendiri tanpa merengek uang gaji suami, tapi apa dia bisa melayani rumah tangganya dengan baik? Kukira wanita hebat itu yang bisa menahan diri dari keinginan bersenang-senang dengan dunia luar dan memilih mengurus suami serta anak-anaknya.

Apa Akbar tidak suka dengan wanita yang ada di rumah saja sepertiku dulu?

Buktinya sekarang aku bisa bekerja di luar. Menjadi wanita karir. Kupikir, setiap wanita bisa menjadi apa yang dia inginkan. Hanya saja, terkadang wanita memilih jalan sesuai prinsip dan keinginan hidupnya. Seperti diriku dulu. Demi kamu, Akbar, aku mau menjadi istri sempurna di rumah saja. Aku tak tahu jika kau malah tak menyukainya.

Inayat HatiWo Geschichten leben. Entdecke jetzt