BAB 21 : PELANGI SETELAH HUJAN

1.1K 89 3
                                    

"Kamu, bagaikan pelangi setelah hujan badai menerpa hidupku."

🌜🌜🌜🌜🌜

Reksa dan papanya sama-sama bungkam. Sebelum sebuah tangan terangkat dan mendarat mulus di pipi kiri Reksa.

Plak

Reksa menyentuh pipinya. Pandangannya menatap papanya dengan pandangan sendu. Inikah sambutan yang ia dapat setelah tak lama bertemu dengan papanya.

"Papa gak pernah ngajarin kamu buat kabur dari rumah, Reksa!"

"Papa juga sudah memberi semua keinginan kamu! Tapi, apa ini balasan kamu untuk Papa?!"

Papanya menatap nyalang Reksa. Ia tak merasa bersalah sedikit pun karena telah bermain tangan pada anak semata wayangnya.

"Harusnya Reksa yang tanya begitu sama Papa. Apa Papa gak mau nurutin aja satu permintaan Reksa?" tanya Reksa pelan. Matanya masih menatap tak percaya pada papanya yang sedikit berubah.

Dulu, papanya tersenyum lembut dengan suara berwibawa. Dulu, papanya selalu bersikap baik, bagaimana pun itu sikap Reksa.

Tapi mungkin kata dulu tak berlaku lagi sekarang. Papanya yang sekarang, tak sedikit pun menunjukkan rasa senang bahwa ia sudah mau pulang ke rumah. Bahkan lebih buruknya lagi, papanya sudah memberikan hadiah yang tak pernah Reksa bayangkan.

Sebuah tamparan dari papanya itu, sama saja meruntuhkan segala pertahanan yang sudah Reksa persiapkan sebelum menghadapi papanya.

Apalagi tamparan yang masih berbekas itu hanya menambah luka yang sama sekali belum kering jauh di lubuk hatinya.

"Dasar an--"

"Pa, Mama pulang."

Sebuah teriakan menghentikan pertengkaran yang terjadi pada papa dan anak itu. Semuanya bungkam. Reksa tersenyum kecut, perempuan yang menjadi salah satu kepergiannya datang dan akan melihat segala kehancuran yang Reksa alami.

"Hakim! Bawa Reksa ke kamar dan kunci dia sampai besok pagi!"

Perintah itu terdengar menggema disunyinya malam. Mama tiri Reksa yang baru saja datang memandang terkejut Reksa yang ia tak tahu kapan tibanya.

Reksa tersenyum kecut. Papanya tak cukupkah menampar dirinya. Kenapa ia harus dikurung lagi, dan disaksikan pula oleh seseorang yang kini Reksa tak suka.

Reksa ingin muntah ketika Vega bermanja di lengan papanya.

"Gue bisa jalan sendiri!" sentak Reksa ketika mendapati kedua lengannya dipegang oleh kedua bodyguard.

Pegangan itu terlepas. Reksa dengan cepat membalik tubuhnya untuk melangkah menuju kamarnya yang lama tak ia jamah.

Reksa masuk kamar. Tangannya refleks menutup pintu dengan keras. Tak peduli jika pintu itu lepas dan harus diganti dengan yang baru.

Reksa menghela napas lelah mendengar kamarnya sudah dikunci dari luar.

Sekarang, Reksa benar-benar tak peduli. Ia ingin segera mengistirahatkan badan dan hatinya yang sangat lelah hari ini.

Reksa membanting tubuhnya di ranjang yang sudah sangat lama tak ia sentuh. Matanya perlahan memejam. Berharap, esok hari akan ada hal indah menanti.

🌜🌜🌜🌜🌜

Mata Reksa mengerjap, pandangannya menatap bingung sekeliling. Ia baru ingat. Ia sekarang tengah berada di rumah, bukan di kost-an.

Pening datang menghampiri karena dirinya kurang tidur. Matanya menatap jam dinding yang menunjukkan pukul 03.00 pagi.

Reksa bangkit dari tidurnya. Daripada tak ada hal yang dilakukan. Lebih baik ia mengadukan keluh kesahnya pada Sang Maha Pencipta.

Pukul 06.00, Reksa mendudukkan diri di kursi belajar . Dirinya sudah merasa lebih tenang karena sudah melaksanakan shalat tahajud dan shalat subuh.

Tangannya terulur mengambil miniatur super hero yang diberikan oleh mamanya ketika Reksa pertama kali masuk sekolah di taman kanak-kanak.

Senyum Reksa mengembang hanya karena mengingat sosok mamanya yang kini Reksa sangat rindukan.

Jari-jarinya mengusap pelan miniatur Spiderman. Hingga sebuah panggilan masuk dari ponsel yang berada di meja belajar membuat Reksa menghentikan kegiatan.

"Halo, Gel. Kenapa?"

"Gue kemarin malam lihat, lo diikuti sama orang yang baju hitam-hitam gitu. Terus kemarin malam juga, gue cek ke kost-an lo, eh lo malah gak ada."

"Gue sebenarnya udah pulang ke Banjarmasin. Dan orang itu suruhan Papa. Gue gak papa kok. Maaf ga sempat pamitan sama kalian."

Reksa merasa tak enak. Dirinya lupa mengabarkan pada kedua sahabatnya itu. Bahwa dirinya sekarang tengah pulang untuk sementara waktu.

"Syukur kalo lo gak apa-apa. Gue kira, orang itu mau nagih hutang gitu sama lo. Tapi gue pikir-pikir, lo gak mungkin ngutang kayak Oberon, haha."

Mendengar tawa Rigel dari seberang sana. Mau tak mau membuat Reksa ikut tertawa.

"Haha... Yaudah gih, gue titip salam aja sama Oberon. Secepatnya gue usahain balik."

"Oke, bro."

Panggilan terputus. Reksa tersenyum tipis, jika dirinya masih di sana. Ia sudah sibuk mempersiapkan diri untuk mata kuliah pagi.

Pikiran Reksa melayang pada sosok cewek yang beberapa bulan ini telah menarik hatinya.

Tak ada lagi seorang gadis yang ia lihat saat berada di bawah pohon beringin.

Reksa juga tak tahu pasti. Apakah ia bisa kembali ke Semarang, setelah pertengkaran itu terjadi. Reksa sudah menebak, akan sangat susah jika meminta izin langsung pada papanya saat keadaan sudah seperti ini.

Lamunan Reksa buyar ketika ada pesan masuk. Dan yang membuat Reksa senang lagi adalah itu pesan yang berasal dari Anta.

Anta
Reksa?

Dengan cepat, Reksa menelepon nomor Anta. Ia tak mau hanya berkirim pesan dengan cewek itu. Karena kalau Reksa boleh ungkapkan. Ia mulai merindukan cewek berparas manis itu. Reksa tidak menyangka, bahwa tadi malam adalah hari terakhir ia akan melihat Anta, mungkin.

"Hallo," ucap Reksa dengan semangat.

"Iya. Kenapa nelpon?"

Terdengar nada kaget dari suara Anta. Mungkin karena Reksa langsung menelepon saat gadis itu baru saja mengirim pesan padanya.

"Kalau boleh gombal. Gue pengen denger suara lo."

Tak ada sahutan dari seberang sana. Tahu bahwa lawan bicaranya tak mau membuka suara. Reksa kembali membuka suara.

"Lagi apa?"

"Eh. Gue lagi siap-siap mau berangkat. Btw, gimana kabar lo?"

Reksa tersenyum. Tumben Anta mau menanyakan kabarnya.

"Gue baik."

Terdengar helaan napas lega. Dari tadi malam, Anta sangat mengkhawatirkan cowok itu.

Keduanya kembali melanjutkan obrolan. Dan Reksa sangat bersyukur, karena hanya sebatas telepon dari Anta, mampu mengusir mendung di hatinya.

🌜🌜🌜🌜🌜

Thanks for read, vote and comments 🙇

See you 🙋

Binuang, Kalimantan Selatan.
Selasa, 28 Agustus 2018
Salam sayang 💕
tasyaauliah_

When I Meet You (Completed) #ODOCTheWWGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang