BAB 13 : FLASHBACK (ANTA)

1.3K 96 1
                                    

"Aku hanya tahu para lelaki hanya mampu menyakiti hati wanita. Dan daripada itu, aku membenci mereka atas masa lalu burukku."

My playlist now : Geisha - Lumpuhkan Ingatanku.

Lumpuhkanlah ingatanku
Hapuskan tentang dia
Hapuskan memoriku tentangnya
Hilangkanlah ingatanku
Jika itu tentang dia
Ku ingin ku lupakannya

🌜🌜🌜🌜🌜

Seorang anak kecil berbaju putih merah mencibikkan bibirnya, kakinya menghentak setiap langkah karena rasa kesal menghampirinya.

"Mama kok gak jemput Anta lagi, sih." Anta berucap kesal pada dirinya sendiri. Jalanan kompleks yang sepi membuatnya leluasa untuk meluapkan rasa marahnya.

Jalannya melangkah cepat saat cat rumahnya sudah terlihat di depan mata.

Tangannya sudah menggenggam knop pintu. Tapi suara isak tangis dan teriakan dari dalam rumahnya, membuat Anta melepas pegangan pada pintu.

Pikiran Anta langsung menuju ke sosok Sang Ayah yang jarang pulang. Kalau pun pulang, pasti membuat keributan yang tak boleh didengar olehnya.

Dengan gerakan cepat, Anta membuka pintu saat telinganya menangkap suara pecahan barang dari dalam rumah.

Mata kecilnya melotot saat melihat Sang Mama yang menangis menghadap tembok, ia melihat tubuh Sang Mama terdapat beberapa goresan merah bahkan dahi mamanya juga mengeluarkan darah.

"Mama," jerit Anta yang membuat satu lelaki emosi dan satu wanita yang menangis mengalihkan perhatiannya.

Mamanya menggeleng dan terisak. "Pergi Anta! Kamu jangan ada di sini!"

Anta menggeleng tak setuju. Matanya menatap tegas ke arah Sang Ayah yang hanya memberikan kebahagiaan semu.

Mamanya mungkin menceritakan kehebatan Sang Ayah yang membuat Anta kagum. Tapi jauh di lubuk hatinya, ia sudah tahu sejahat apa Sang Ayah padanya, di umurnya sekarang.

Gadis kecil berumur 9 tahun itu sudah mengerti atas ketidakadilan Sang Ayah kepada dirinya. Tak ada senyum di pagi hari saat ia berangkat sekolah. Tak pernah sekalipun Ayahnya mengantar sekolah saat teman-teman sebayanya diantar oleh papanya yang juga sibuk seperti Ayahnya.

Tak banyak cerita yang bisa ia bagikan kepada temannya, saat temannya yang lain menghabiskan waktu bersama Ayahnya.

Anta iri. Dan Ayahnya tak pernah tahu. Walaupun cukup dengan kehadiran Sang Mama tapi dia masih membutuhkan sosok hero dalam hidupnya.

"Ayah jahat!" kalimat yang tak pernah Anta inginkan, keluar dari mulut kecilnya.

"Enggak sayang, Ayah cuma kecapean, makanya Ayah kayak gini," jelas mama Anta yang berjalan ringkih, tak peduli pening menyerangnya. Ia tak ingin anaknya membenci sosok Ayahnya.

Anta menatap mamanya dengan mata yang berkaca-kaca. Dihadapannya, Mamanya berjongkok menyamakan tinggi dengannya. Dengan matanya, Anta melihat Sang Mama menggeleng. Tak suka akan kalimat yang baru saja ia ucapan.

"Anak kecil kayak kamu emang tahu apa!" bentak Sang Ayah dengan emosi yang menggebu.

"Mas, jangan ngomong gitu sama anak sendiri," tegur mama Anta dengan suara lemah.

Tawa sumbang terdengar menggema di rumah yang hening itu. "Hahaha. Kamu bilang dia anakku? Bukannya dia anak dari selingkuhanmu si Haris, Haris itu!?"

"Demi apapun, Anta anak kamu Mas! Hiks."

Anta tak mengerti apa yang menjadi masalah orang tuanya, tapi ia paham. Bahwa orang tuanya sedang memperdebatkan status dirinya di keluarga ini.

When I Meet You (Completed) #ODOCTheWWGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang