BAB 11 : SAATNYA BANGKIT

1.4K 118 0
                                    

"Obat dari melupakan masa lalu adalah bangkit dan ikhlas tanpa harus mengingat luka yang hanya bisa menyakiti."

Reksa Ardana Sakhi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Reksa Ardana Sakhi

🌜🌜🌜🌜🌜

Kota Semarang, akhir-akhir ini sering hujan. Seolah mendukung semua kesedihan Anta. Hujan turun saat dirinya tersesat lagi dengan masa lalu.

Anta tak pernah membenci hujan. Malah hatinya dapat ketenangan hanya dengan memandang rinainya.

Berbicara tentang Reksa, beberapa akhir ini Anta selalu menghindarinya. Antara takut mengingat masa lalu lagi dan malu karena kabur tanpa pamit, membuatnya enggan bertemu dengan pria berambut kecoklatan itu.

Seolah tak cukup. Masa lalu itu juga akhir-akhir ini selalu hadir dalam mimpinya. Selalu dihantui saat melakukan kegiatan apapun, membuatnya membenci dirinya yang tak bisa berdamai dengan masa lalu.

Kata orang, masa lalu itu dibuang dan jangan dikenang. Tapi kata-kata itu hanya gampang diucapkan namun sulit dilaksanakan.

Kakinya melangkah cepat saat sekelebat bayangan sosok yang ia sayang namun paling ia benci di dunia ini, lagi-lagi menghantui dirinya.

Membenci sosok yang disayang adalah hal yang menyakitkan bagi Anta. Apalagi sosok itu sudah menorehkan luka fisik dan batin bagi dirinya dan orang tercinta lainnya.

Anta lelah. Ia ingin pulang dan meminum obat tidur agar bayangan paling menyeramkan itu hilang. Apalagi ingatan tentang orang yang mendekatinya sambil membawa gesper membuat ia menahan diri untuk tidak berteriak. Ia tidak ingin mempermalukan diri, dengan berteriak dikeramaian kampus.

Terduduk di bawah pohon beringin yang berada di belakang fakultas ekonomi membuatnya menekuk kaki hingga dada, memejamkan mata dan menutup kuping rapat.

Tentang pohon ini, ini bukanlah tempat favorit Anta. Karena letaknya yang lumayan jauh dari gedung jurusan PGSD dan tempatnya yang tak senyaman pohon beringin kesukaannya.

"Argghh." Anta berteriak saat pukulan tak kasat mata menamparnya dan mengingatkannya pada setiap inci kesakitan yang ia alami.

Airmatanya luruh membasahi pipi, ia sudah tidak kuat lagi. Ia butuh obat tidur yang ada di kamarnya.

Kesakitannya itu sudah menguasai dirinya. Biasanya Anta dengan mudah mengusir bayangan masa lalu dengan tarikan napas dan beberapa sugesti yang ia hapal diluar ingatan.

Ketika kedua tangannya yang menutup telinga disentuh seseorang. Anta tersentak kaget. Ia tak membuka matanya. Ia masih ingin menenangkan diri lagi.

"Anta, lo gak papa?" tanya seseorang dengan suara bas yang Anta hapal bahwa itu adalah suara Reksa. Bukan suara penjaga pohon beringin yang terganggu dengan isak dan teriakannya.

When I Meet You (Completed) #ODOCTheWWGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang