#7 | Xabiru

178 19 0
                                    

"AKU pulang!" Alana baru saja memasuki pintu utama rumahnya. Wajahnya lesuh. Sedikit terlihat kusam karena mungkin debu-debu asap kendaraan yang ia temui dijalan pulang.

Alana berjalan menuju dapur karena ibunya atau siapapun tidak ada yang menjawabnya. Dan benar saja, perempuan paruh baya itu tengah sibuk masak.

"Mama, aku pulang kok nggak disambut," ujar Alana menggerutu.

"Aduh, maaf ya, sayang. Mama nggak dengar. Lagi sibuk bikin pesanannya Bu Endang," ujar perempuan paruh baya itu sambil melakukan pekerjaan dapur.

"Emangnya kapan mau diantar, ma?"

"Habis ashar. Kamu ikut mama ya, bantuin bawain, banyak nih. Ada 50 box."

Alana melihat jam dipergelangan tangannya. Lalu berkata, "yaudah, nanti aku ikut. Aku ganti baju, ya, ma."

"Yaudah. Sekalian mandi, Al. Dekil banget tuh kamu."

"Udah dari dulu dekil, ma." Alana terbahak merendahkan dirinya sendiri.

Dan diikuti oleh ibunya yang menahan tawa namun masih melakukan tugas dapurnya.

***

"Gimana, enak?" tanya Ibu Febri saat melihat mereka menyantap makanan di atas meja makan.

"Maknyus, tan." Rayn berucap dengan wajah menikmati makanannya.

"Makasih." Bale menimpali.

"Dih!" Rayn menggeli.

"Kenapa? Orang yang lo makan itu bikinan gue. Iya, kan, tan?" Bale mencari dukungan dari Ibu Febri.

"Iya, Ray, itu buatan Bale." Ibu Febri mengakui.

Mendengar hal itu, Rayn merasa malu karena salah memuji orang. Ia melirik ke arah Bale sambil menyengir kuda.

Setelah percikan kecil kesalah pahaman antara Rayn dan Bale, topik pun berganti menjadi sesi tanya jawab antara Ibu Febri dengan Biru.

"Biru pindahan sekolah dari mana?" tanya perempuan paruh baya itu.

"National High, tante."

"Wah! Hebat. Kenapa pindah ke SMA Pelita?"

Biru seolah terpaku. Bingung harus menjawab itu bagaimana. Biru bukan orang yang terlalu terbuka selain dengan ibunya. Masa iya ia harus mengatakan bahwa Biru pindah karena dikeluarkan dari sekolah lamanya. Di sekolah baru, ia ingin memiliki jalan cerita yang baru.

"Masalah internal tante, nggak bisa saya jelasin."

"Mah, udah nggak usah kepo dong sama Biru," ujar Febri.

"Oh iyaiya. Maaf, ya, Ru."

"Iya, tante, nggak apa."

"Yaudah, tante ke belakang dulu ya. Kalian habisin ya, makanannya."

Kemudian perempuan itu berlenggang menuju dapur sesuai tujuan dari kalimatnya itu.

"Sorry, ya, Ru, nyokap kepo." Febri jadi tak enak hati.

"Iya, santai aja."

Mereka pun melanjutkan sesi makan bersamanya lagi. Sambil melempar cerita-cerita tak penting dari mereka masing-masing.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

XABIRU (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang