#1 | Xabiru

620 185 361
                                    

Hai gengs! I'm back.

Setelah cerita kemarin telah tamat, kini ada cerita baru dari gue. Masih seputar teenfiction atau fiksi remaja. Bertahan di zona nyaman, hehehe. Oke deh, langsung aja di nikmati masa putih abu-abunya. Semoga ceritanya lebih menyenangkan, ya...

Siap-siap di bikin baper dengan Xabiru, main role di ceritanya sendiri. Hehehe.

Jangan lupa untuk tetap menjadi reader yang baik dalam memberikan vote dan komentar yang banyak, karena apa? karena itu salah satu motivasi dan penyemangat gue buat terus menulis.

Thank you, gengs!

Iqbal Ramadhan HR

***

SEORANG cowok berjalan di koridor sekolah. Dengan postur tubuh yang tinggi serta sedikit atletis ia menggendong ransel di salah satu punggungnya. Telinganya disumpal earphone berwarna putih, mendengarkan beberapa lagu yang sering ia putar. Tatapannya ke depan tanpa memperhatikan sekitarnya yang hampir setiap orang di sana melempari pandangan kagum serta terpesona. Banyak bisikan kagum dari kaum hawa yang terdengar seperti memuji.

"Itu cowok siapa sih, ganteng banget?"

"Gila, itu pangeran dari mana, njirr?"

"Itu siapa sih? Gue mau terbang cium parfumnya."

"Dia anak baru, ya?"

Dan berbagai macam pujian yang diciptakan dengan bisikan mengagumkan lainnya keluar dari mulut para gadis-gadis itu.

Cowok itu terus berjalan dengan gagah dan pandangannya yang terus berfokus ke jalannya. Xabiru Airland. Cowok itu berstatus murid baru di SMA Pelita. Sepanjang koridor ia berjalan, pandangan dari puluhan pasang mata masih terus memandanginya. Tiba-tiba ada salah seorang murid cewek nekat mendekatinya saat Biru tengah berjalan.

"Hai! Anak baru, ya?"

Biru tak menghiraukan kalimat tanya cewek berkuncir kuda itu. Ia terus berjalan menuju ruang guru. Di SMA Pelita termasuk sekolah yang mudah untuk mencari tempat yang hendak dituju. Karena di setiap sudut diberi petunjuk untuk arah-arah tujuan, seperti toilet, kelas IPA, IPS, ruang guru, uks, kantin, dan sebagainya tertulis jelas pada setiap tanda di sudut tempat.

Mendapatkan Biru yang tidak mengindahkan pertanyaannya, cewek itu memonyongkan mulutnya. Banyak orang yang memandanginya dengan tatapan merendahkan. Cewek itu sebenarnya malu, cuma ia samarkan dengan senyum percaya dirinya.

Selepas dari koridor yang dipenuhi dengan tatapan risih banyak orang, Biru langsung masuk ke salah satu ruangan yang disinyalir adalah ruang guru. Seperti halnya murid baru yang masuk di pertengahan ajaran, ia harus konfirmasi terlebih dahulu dan mengambil beberapa seragam yang belum diterima.

***

Setelah percakapan singkat oleh salah seorang guru, Biru diantar ke kelas yang akan ia tempati selama beberapa waktu ke depan. Mereka sampai di salah satu kelas. XI IPA-3. Begitu tulisan yang tertera di atas pintu masuk.

"Selamat pagi anak-anak."

"Selamat pagi, Bu..." Koor membalas dengan semangat.

Biru berdiri di samping seorang guru berkacamata itu.

Beberapa pasang mata kaum hawa melotot melihat kehadiran sosok Biru di depan kelas. Ada yang senyum-senyum sendiri. Memuji ketampanan Biru di dalam hatinya. Ada yang tidak sabar mengetahui nama Biru.

"Hari ini kalian akan kedapatan teman baru. Silakan perkenalkan diri kamu."

"Gue Biru, Pindahan dari Nasional High." katanya.

Para kaum hawa ber-hai hampir serempak menyapa Biru dengan nada suara centil. Namun bagi para murid cowok, sosok Biru akan menjadi bencana baginya. Terlihat dari gayanya yang sok menjadikan murid-murid cowok menyimpan rasa tidak suka dengan sosok Biru.

"Segitu aja, Biru?" tanya seorang guru memastikan apakah ada kalimat lain yang akan ke luar dari laki-laki itu.

Biru mengangguk.

"Baik. Kamu bisa duduk dengan-" kata seorang guru yang belum tuntas karena kelas tiba-tiba gaduh. Tiba-tuba saja banyak murid cewek yang saling mendorong teman sebangkunya untuk mengosongkan kursi di sebelahnya agar Biru bisa duduk bersamanya.

"Diam semuanya! Biru, kamu duduk dengan Alana." Keputusan akhir pun membuat siswi lainnya putus asa.

Alana Karenia. Cewek berkuncir kuda itu sedari tadi memandangi Biru. Kebetulan kursi kosong hanya tinggal di sebelah Alana. Alana yang mendapatkan kesempatan duduk bersama Biru merasa bahagia sekali. Dia benar-benar senang. Setelah Biru duduk persis di samping Alana, banyak murid cewek yang mengeluh-eluhkan. Kenapa harus cewek aneh itu yang harus duduk dengan cowok setampan Biru. Dunia tidak adil. Seperti itulah keluhan para cewek-cewek di kelas yang sepertinya mulai sekarang bisa disebut sebagai penggemar Biru-ralat, penggemar berat Biru.

"Gue Alana." Cewek itu menyodorkan tangannya berkenalan sambil menyunggingkan senyum semangat.

Biru tidak mengindahkan manusia di sampingnya. Mendapatkan hal itu, Alana menarik napasnya. Tidak tumbang semangatnya untuk berkenalan dengan Biru secara personal.

"Gue cewek yang tadi di koridor. Yang tadi nanya kalau lo murid baru. Dan ternyata tebakan gue benar. Emang ya, gue-" Belum sempat Alana menghabiskan kalimatnya, Biru langsung memangkas sinis.

"Bisa diam, nggak!"

"Ada apa Biru?" tanya seorang guru ketika mendengar suara lantang Biru.

"Nggak, bu."

Jelas itu tidak murni kalimat tanya, itu perintah. Alana langsung bungkam, seolah menguci mulutnya untuk tidak bersuara. Menit berikutnya, Alana tidak kuat dengan kebungkaman antara Biru dengan dirinya. Ia ingin memastikan sesuatu.

"Lo Xabiru, kan? Xabiru Airland." Alana berbisik.

Mendengar kalimat dari cewek di sampingnya, Biru langsung melempar pandangan bingung ke arah Alana. Bagaimana ia bisa tahu nama lengkap dirinya. Tatapannya menyelidik sinis beberapa saat, kemudian kembali beralih ke depan, seolah memerhatikan tiap-tiap kalimat yang dipaparkan guru bahasa indonesia itu. Alana tertawa pelan.

***

Thank you yang udah baca Xabiru Bab 1. Yukk beri vote dan komentar untuk next chapter.

 Yukk beri vote dan komentar untuk next chapter

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

XABIRU☝☝

XABIRU (On Going)Where stories live. Discover now