9. Bencana?

1.7K 53 11
                                    

Hari berganti.
Waktu telah berlalu.
Namun rasa ini tetap ada di hati.
Untukmu.

°•°•°•°•°•°
"Pak Aby" dengan nada rendah khas pria suara itu terdengar. Membuat Aby terbuyar dari lamunannya. Ternyata 'Waka Kurikulum' yang memanggilnya yaitu Pak Tri.

"Iya, Pak. Ada apa?" Aby memanggutkan kepalanya secara refleks seraya tersenyum dan sambil mencium punggung tangan tersebut sebagai tanda hormat. Persis yang dilakukan Aby saat masih di pondok.

"Begini, Pak. Saya kan punya keponakan nah dia masih sendiri. Kiranya Pak Aby ingin berkenalan dengannya" dengan nada lebih rendah dari tadi dan mimik wajah penuh harap.

"Mohon dengan sangat, Pak. Mohon maaf banget tapi saya sudah terpaku dengan satu hati dengan seseorang. Saya bukannya tidak mau, Pak. Hanya saja saya mengikuti kata hati saya. Mohon maaf ya, Pak. Mumpung besok Idul Adha, Pak mohon maaf lahir dan batin." Jawab Aby dengan nada penyesalan dan mata berbinar.

"Hehe, iya sudah, Pak. Tidak apa-apa saya akan coba mengenalkannya dengan yang lain." Sambil menjabat tangan Aby dan bergegas pergi tak lupa Pak Tri memberikan senyum tipis pada Aby pertanda putus asa.

Aby tenggelam dalam lamunannya kembali. Tak disangka banyak peristiwa yang terjadi menimpanya. Satu masalah belum selesai, dikasih lagi, begitu pikirnya. Jika dipikir kembali memang hidup itu berbanding lurus dengan masalah. Karena dari sana lah manusia tidak akan dapat mengatasi masalah hanya dengan kekuatannya sendiri. Betapa sombongnya manusia saat diberi solusi oleh Allah lalu ia mengatakan jika ia lah yang mengatasinya.

°•°•°•°•°•°
Sambil memegang benda persegi yang berwarna dan disana nampak wajah yang ayu nan menenangkan. "Ah dia kan hanya sebatas murid, dan aku hanya sebatas guru baginya tak lebih" gumam Aby. Namun ia lupa jika diantara kenyataan dan harapan pasti ada ketentuan, begitu kata hati kecil Aby.
"Astaghfirullah hal'adzim, terimakasih ya Allah engkau menyadarkan hamba kembali akan kekuasan-Mu."

°•°•°•°•°•°

Seumur Aby memang tak jauh dari 'cinta'. Mencari pasangan hati memang tak semudah mencari terasi. Seakan-akan kita mencari setengah dari jati diri kita yang hilang. Karena bagaimanpun suatu saat kita nanti tak perlu seseorang yang sempurna, cukup seseorang yang membuatmu menjadi sempurna.

Tiba-tiba handphone milik Aby bergetar dan mengeluarkan nada.

"Kita bersaing secara sportif. Wanita seperti Bella tak cukup kau beri kata -kata manipulatif."

Apakah ini Iqbal? Dibukanya foto profil yang tertera di akun sosial media tersebut. Dan memang. Iqbal.

Aby tak bermaksud untuk membalas pesan tersebut. Bukan, bukan dia tidak berani. Apa dengan berdebat akan menyelesaikan masalah? Tentu tidak. Dia mempunyai strategi lain. Di sosial media bukan level baginya untuk bertarung.

Supaya pikirannya tidak terpancang dengan masalah yang dihadapi, Aby mengambil sebuah majalah. Tipis dan berdebu. Diambilnya dari tempat yang berjarak satu meja di depannya.

"Majalah Kartini"

"Siapa tau ada kupon berhadiah di dalam sini" Batin Aby sambil tersenyum simpul

Dibukanya satu persatu halaman.

Lalu di halaman ke-15
Terpampang wajah tak asing.

"Aisyah" dengan judul

"Atlet Hijab"

"Wah juara bertahan ternyata dari sekian tahun. Semakin berkharisma saja anak ini. Menjuarai Lomba Panahan sekian meter. Pemecah rekor baru dalam dunia panahan wanita se-provinsi." Gumam Aby.

"Bapak kagum padamu, nak." Kata Aby

"Saya, Pak?" Sahut siswi yang melintas di depannya.

"Iya dong, saat siswa lain memilih menghabiskan waktu tanpa hasil, kamu disini membaca buku, kan salut saya" Aby menjawab refleks pertanyaan itu, meskipun siswinya bukan Aisyah.

"Pak Aby lebay deh, ah" Saut siswinya sambil cekikikan dan memerah wajahnya

°•°•°•°•°•°

Matahari memancarkan sinarnya yang hangat
Mulai enggan untuk menampakkan dirinya
Disitulah senja tercipta
Bukannya aku tak menyukai senja
Hanya saja aku lebih terkesan siapa yang menemani dalam menikmati senja

Waktu menunjukkan 17.00 WIB
Aby membereskan setumpukan kertas yang ada di meja kerjanya. Menata rapi dan memasukannya dengan cepat dalam tas punggung hitam. Kemudian ia bergegas meninggalkan kantor guru yang mulai dingin hawanya itu.
Bukannya takut ada hantu, Aby tidak suka hawa dingin yang menyeruak di sekitarnya. Mumpung matahari belum tenggelam, ia mempercepat langkah menuju parkiran.

Kunci motor ditusukkannya. Dihidupkannya benda besi tersebut. Diputarnya knop gas dan Aby mulai menyusuri jalan pulang.

Pikirannya agak terpecah belah antara konsentrasi dan lelahnya tubuh tersebut. Aby memaksakan diri supaya tidak keduluan dengan suhu dingin saat menjelang malam.

Aby merasakan jika tubuhnya kini tak tentu arah dan badannya mulai melayang. Mata tak lagi fokus ke jalanan dan...

"Braak"

Lubang yang cukup besar telah dilalui dan membuatnya setengah tersadar.



















Lalu terdengar hantaman keras
Mata Aby gelap
Ia tak merasakan apapun
Ia rasa ia dapat istirahat sekarang...










Thank you for 6K readers 👏
Tanpa kalian aku tidak bisa berkarya..
Tetap support karya ini dengan menekan tanda bintang dibawah ini👇
Maaf jarang up ya readers, karena aku sekarang sudah kelas 12 dan kalian tau lah yah sebentar lagi akan menghadapi apa..? Yap macam-macam ujian akan aku lalui nanti. Tolong pengertiannya ya readers 😞
Bantu doanya ya...

See you!

KAU BUKAN SEKEDAR JAWABANWhere stories live. Discover now