2. Dia Jodohku? (Part I)

3.5K 81 5
                                    

Pagi hari, Selasa.
Pak Aby bersiap-siap ingin berangkat ke sekolah untuk mengajar. Pikirannya kini benar-benar fresh tanpa memikirkan Aisyah lagi. Ia juga sudah menyelesaikan perangkat kerjanya tadi malam. Ia terlihat buru-buru. Saat hendak menaiki motornya ia lupa akan suatu hal ia masih mengenakan sarung belum memakai celana panjang.

'Astagfirullah! Ceroboh sekali kau, Aby', ucapnya dalam hati.

Lalu ia bergegas mengganti sarung dengan celana seragam. Setelah itu, ia mengendarai motornya menuju ke sekolah.

Pak Aby memang belum mempunyai rumah sendiri, ia masih dalam proses menabung untuk itu. Dia juga masih single jadi belum ada tanggungan lain.

Rumahnya ini cukup luas dan mewah. Berlantai dua, halaman depan yang luas penuh dengan pepohonan, rumput-rumput yang senantiasa dijaga pertumbuhannya serta terdapat sebuah kolam ikan koi. Di rumahnya terdapat seorang pembantu, seorang tukang kebun, dan seorang satpam.

Ya bisa dibilang Pak Aby ini terlahir dengan keadaan keluarga yang berada. Dia adalah anak tunggal. Ayahnya bernama Syafi'i Razali adalah seorang pria keturunan Arab dan merupakan kyai terkemuka, memiliki sebuah pondok pesantren di kota A. Pondok pesantrennya dikenal dengan ketatnya pengawasan disana karena sikap kedisiplinan dan ketegasan dari Gus Syafi'i. Mengapa dipanggil Gus? Karena beliau merupakan hafidz (penghafal) Qur'an 30 Juz. Tak hanya itu, ia juga menjalankan bisnis warisan dari almarhum ayahnya yang kini sedang berkembang pesat dan mempunyai saham yang melimpah. Ibunya bernama Fatimah Zulfah merupakan wanita keturunan Jawa ia hanyalah seorang ibu rumahtangga yang berfokus mengurusi urusan keluarga.

Setelah sampai di sekolah, Pak Aby sudah disapa oleh guru-guru dan murid-muridnya, terlebih siswi.

"Selamat pagi, Pak Aby."
Ucap anak kelas 10.

"Pak Aby, ganteng banget sih."
Ucap anak kelas 11.

"Pak Aby nanti lewat ke kelas saya dong!"
Ucap anak kelas 12.

Pak Aby membalas dengan senyum manisnya yang siap melelehkan wanita yang melihatnya.

Jam menunjukkan pukul 07.00, tanda bel masuk sudah berbunyi, saatnya Pak Aby melakukan kewajibannya. Lalu ia beranjak dari mejanya lalu menuju kelas 12 C. Ruang kelas ini berada di lantai 2. Saat ia hendak menaiki tangga, tiba-tiba dari belakang ada yang menubruknya. Dan buku-buku paket pun berjatuhan mengenai punggung Pak Aby. Saat Aisyah ingin mengambil bukunya yang terjatuh, tiba-tiba Pak Aby sudah mengambil bukunya terlebih dahulu.

"Lho, Aisyah kok jam segini baru masuk?"
Sambil mengambilkan buku Aisyah yang jatuh.

"Panjang ceritanya, Pak. Makasih ya, Pak. Saya duluan."

Pak Aby tersenyum tipis, melihat tingkah Aisyah yang polos dan pemalu itu. Semakin menambah keanggunannya saja.

°•°•°•°•°•°•°

08.30
Bel pergantian jam sudah berbunyi.

"Baik saya akhiri pelajaran hari ini, semoga dapat bermanfaat, Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh."

"Walaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh."
Ucap murid-muridnya serempak.

"Jangan akhiri dulu, Pak."
Ucap salah satu siswinya yang tidak mau ditinggal olehnya.

Sambil tersenyum, Pak Aby menjawab

"Nanti di lain waktu kita bisa berjumpa lagi."

Sosok guru tersebut memang mempunyai karisma tersendiri. Wajahnya yang selalu tersenyum membuat karisma itu semakin bersinar.

Pak Aby kembali ke kantor guru, ternyata hpnya tertinggal di meja. Lalu ia mulai membuka notif satu persatu di hpnya. Ia mendapati notif dari grup alumni pondok pesantren untuk mengadakan reuni. Pak Aby dulu merupakan lulusan pondok pesantren Darul Quran. Ia mulai masuk ponpes tersebut usia 15 tahun. Ia menempuh waktu 3 tahun di ponpes tersebut. Setelah itu ia melanjutkan kuliah S1 Pendidikan Agama Islam di Universitas Negeri X. Dia juga seorang hafidz(penghafal) Qur'an 30 Juz. Namun ia tidak mau dipanggil "Gus", cukup dipanggil "Pak" saja.

KAU BUKAN SEKEDAR JAWABANWhere stories live. Discover now