43. Benci Untuk Mencinta

2.7K 289 89
                                    

Haiii gaisss! Happy satnight! Wkwkwkw semoga seneng yaaa dapet notif dari akuu wkwkwk

Yuk kita vote dulu sebelum perang batin(?)🤣
Play mulmednya yaa biar greget wkwkw

Naif - Benci Untuk Mencinta
X
Billie Eilish - Ocean Eyes

Sedetik setelah mengatakan itu, Giska merasakan tubuh Kievlan menegang di pelukannya

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Sedetik setelah mengatakan itu, Giska merasakan tubuh Kievlan menegang di pelukannya. Dengan gerakan kaku, Kievlan menjauh, matanya menyipit seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja gadis itu katakan.

Sorot mata biru itu langsung dipenuhi dengan tanda tanya dan dadanya mulai terasa sesak. Sudah cukup lama juga ia tidak merasakan ini.

Giska dapat melihat laki-laki itu menahan napasnya beberapa detik, ekspresi kagetnya tak dapat disembunyikan lagi.

Kievlan mengusap tengkuknya sambil menghela napas. "Kenapa harus begini, sih?," ujarnya.

Melihat rahang Kievlan yang perlahan mengeras, Giska juga tahu jika kekasihnya itu mati-matian untuk menahan diri agar tidak terlalu terpukul.

"I thought it's better for us."

"Kesalahan gue sefatal itu?"

Kievlan menggeleng tak percaya. Ia sama sekali tidak mengerti. Seberengsek itukah dirinya untuk Giska? Sampai-sampai kesalahannya tak termaafkan begini.

"Menurut lo aja." sahutnya pendek. Kedua tangan Giska mengepal. Ia tidak ingin mengulang kesalahan yang sama seperti di masa lalu.

Kievlan mendekat lagi ke arah Giska. Tidak pernah Kievlan merasa setakut ini. Ternyata hanya dengan mendengar kata break mampu menciptakan cabikan di dadanya sedahsyat ini.

"Gak ada cara lain apa selain ini?" Kievlan menelan ludahnya. Ia tercekat.

"Lo tau kan gue gak ada niatan buruk disini. Gue cuma mau jaga perasaan semua orang. Termasuk lo, Gis!"

Tidak ada sahutan dari Giska. Kievlan mengangguk samar, sangat-sangat mengerti sekarang posisinya tidak diinginkan sama sekali. Kievlan menarik napas panjang. Menunggu kata menyakitkan apa lagi yang akan Giska keluarkan.

Lama. Tidak ada suara. Embusan napas tak beratur dari Giska yang dominan terdengar.

"Gue udah gak punya perasaan apa-apa ke Estrella. Lo harus tau itu," ujar Kievlan dengan nada selembut mungkin.

Mata mereka bertemu lagi, mata gadis itu kembali berair. Namun tangan Kievlan terlalu kaku untuk melakukan aksi usap air mata layaknya di sinema. Jadilah laki-laki itu hanya mematung, dan menatap dalam mata hazel itu.

"Dengan cara lo masih simpen foto-foto sampe buat file khusus lo bilang udah gak ada apa-apa?"

"My bad. Gue gak pernah buka lagi flashdisk itu, sumpah," ungkapnya, jujur. "Terakhir gue buka mungkin pas masih kelas sepuluh."

[BHC #1] Naif | ✓ Onde histórias criam vida. Descubra agora