14. Meet Lukas & Rahajeng

Start from the beginning
                                    

Plakkk .... Plakkk ....

"Tuh, hadiah pernikahan kalian dari saya."

Kalau kalian kira aku nampar Rahajeng, salah. Aku cuma nampar Lukas dua kali karena aku masih punya hati untuk sesama perempuan. Soal tangisan Rahajeng yang makin kencang dan juga satpam yang datang, aku sih masa bodo. Orang juga ngiranya aku lagi syuting acara yang putus-putus disakiti itu dan aku yang terlihat sebagai pihak korban kan? Iya lah, orang Lukas berduaan gitu sama Rahajeng.

Udah, iya aja. Kalau nggak ngerti coba pahami maksudku.

***


"Demi apa lo nampar Lukas?"

Ya Allah, kenapa aku dipertemukan orang seheboh ini?

"Ya kali, lo kira gue boong," jawabku sambil merebut toples berisi kacang dari dekapan Sashi.

Iya genks, setelah pulang dari restoran yang bahkan aku sendiri nggak pesan apa-apa, aku langsung ngeluyur ke rumah Sashi. Ya, numpang ngadem abis ngebakar emosi.

"Kenapa ceweknya nggak lo tampar sekalian?"

"Nanti gue masuk komnas perempuan, jadi terkenal. Ogah ah, tiap hari ditanya wartawan mulu."

"Yah, lo mah nahan banget orangnya. Lo tampar juga dia gak bakal lapor."

"Gue masih punya hati kali, Sas." Aku memasukan kacang ke dalam mulut, "eh, Sas. Air dong, lo nggak tau apa gue nggak dipesanin minum di sana."

"Iya?" Dia terbahak-bahak. Kurang ajar emang. "Lo menderita banget sih, Ta."

"Nggak tau. Gue kayaknya emang sial banget, ya?"

"Lo mau jawaban jujur atau nggak?"

"Gue udah tau jawabannya."

Hmm, ternyata tadi aku cukup berani ya buat nampar orang setelah dipikir-pikir. Aku takut? Ya, nggak lah. Justru bangga bisa berbuat demikian terhadap orang yang udah nyakitin batinku.

"Sashi, turun dulu. Ada anaknya Budhe Ulan, nih. Arettanya diajak kenalan juga."

Mamanya Sashi teriak dari bawah. Heboh juga kayak Sashi. Sementara, anaknya malah nyenggol-nyenggol tanganku sambil naik-naikin alis.

"Apa sih, Sas? Turun sana."

"Lo mau kenalan gak? Ganteng, lho."

"Ya, mau lah." Aku bangkit berdiri dan langsung lari keluar kamar, sedangkan Sashi malah cekikikan dibelakangku.

***


Aku, Sashi, dan laki-laki yang bernama Rekha ini lagi duduk bareng sambil sharing-sharing apapun di ruang keluarga Sashi. Asli, ganteng banget, Beb. Ini masih sodaranya Sashi, makanya itu dia gak ngegas kayak biasanya.

"Lo udah lama kerja di sana, Ta?" Rekha bertanya padaku. Ih, senang deh.

"Tiga tahun ini. Tapi, gue lebih lama di Surabaya terus baru pindah ke sini beberapa bulan lalu."

Rekha manggut-manggut. Hari ini dia pakai kaos bergaris sama jeans, ditambah bomber. Ganteng deh, susah ngedeskripsiinnya.

"Lo kerja di mana emang, Kha?"

"Gue lagi nunggu lamaran. Baru wisuda bulan kemarin."

Hah? Berondong dong? Yah, Sashi kenapa gak bilang sih kalau dia lebih muda dari aku. Bukannya apa, aku memang nyari pasangan yang seumuran atau lebih tua. Biar keliatan dewasa gitu.

"Eh Kha, abang lo si Rakha apa kabar? Betah amat dia di Melbourne."

Wah, Rekha punya abang. Masih ada kesempatan buat ngegebet abangnya ini. Soalnya kalau liat Rekha aja ganteng, kemungkinan kakaknya ganteng.

"Gimana gak betah? Gajinya gede di sana."

"Lho, udah kerja dia?"

"Iya, jadi kelar magister kemarin langsung ditawarin kerja."

"Gila .... "

Aku di sini mencoba menyimak dengan baik. Bodo amat diam dari tadi, orang aku sendiri nggak tau apa-apa. Yang aku harapkan cuma informasi.

"Dia mau balik minggu depan, Sas."

"Demi apa? Gila, kita kudu syukuran."

"Lebay lo, ah." Tuk .... Bagus, jitak aja palanya Sashi, Kha. "Ngapain syukuran segala."

Sashi malah nyengir. "Kali aja gitu saking senangnya. Eh, dia udah punya cewek?"

"Nggak tau, Bang Rakha mana punya waktu buat hal remeh kayak gitu, sih? Dari dulu lo kan tau sendiri dia sok sibuk gitu."

What? Berarti jomblo dong. Yes, ayo Aretta minggu depan dia datang kamu harus siap. Tapi, kok kalau dengar Rekha ngomong tentang abangnya barusan, kayak abangnya itu gak butuh pendamping hidup.

"Nih, kenalin Aretta sama abang lo, deh. Kasian yang satu jomblo kelamaan, yang satunya lagi abis patah hati."

Kurang ajar si Sashi. Tanganku langsung gatel kan buat cubit perutnya. Dianya malah ketawa ngakak bukannya ngerasa sakit.

"Boleh juga. Nanti gue tawarin ke abang gue."

Aku melotot seketika. "Heh, lo kira gue barang main tawar-tawarin aja."

"Canda sih, Ta. Maksudnya gue kenalin."

"Dah, Ta. Lo tenang aja gak usah takut jomblo, gue jamin ini berhasil."

Wah, ini anak ya kalau ngomong. Ya, iya lah harus berhasil masa gagal.

***


Terima kasih banyak buat kalian semua yg udah baca cerita ini, diriku rada gak nyangka aja ternyata banyak yg suka ceritanya. Sekali lagi, terima kasih.

08:20Where stories live. Discover now