Chapter 19 - Departure

9.8K 783 12
                                    

Pangeran Kegelapan itu berdiri memunggungi naga biru yang kini sedang bersidang di atas paparan rumput, naga-naga lain mengelilinginya sambil mengeluarkan hingar-bingar geraman yang mengepulkan sedikit asap hangat pada udara panas di pagi hari yang cerah. Para pasukan iblis, penyihir, dan vampir di bawah komando Sang Pangeran sibuk mempersiapkan instrumen dan komuditi keperluan mereka untuk misi North-West lima hari ke depan, mondar-mandir sambil membopong barang-barang yang kemudian mereka talikan pada kendaraan mereka.

Kami berdua memperhatikan pria berjubah yang tak sedang menggunakan tudungnya itu, sinar mentari memancarkan pantulan matanya yang semerah batu ruby dan rambutnya yang biru kegelapan. Kedua tangannya membelai pundak Stella yang berada di sampingku sambil menyorotkan tatapan kukuh. Stella balas memandangnya dengan mata sembab dan pipi yang berkilat lengas. Ia merasa berat hati saat akan melepas kepergian abangnya itu, walau sekarang ia terlihat sedikit lebih rela. Kelopak matanya memaksa guratan-guratan bengkak di matanya untuk tetap terbuka dan menampakkan iris kristal ungu-nya.

Stella memaksakan senyuman ikhlas. "Berhati-hatilah," katanya, kedua tangannya melingkupi tubuh Pangeran Zveon sambil mendekapkan diri di dadanya. Pangeran Zveon memeluknya erat.

"Tentu saja." Pangeran Zveon mengelus-elus punggung adiknya itu. Tak lama, mereka melepaskan diri dan menatap ke satu sama lain sambil saling melemparkan senyuman penuh kasih.

Pangeran beranjak beberapa langkah ke samping untuk menghadapku, senyum penuh semangat kuterpakan padanya. "Semangat, Pangeran. Kau pasti bisa. Semoga kemenangan selalu ada di tanganmu." Matanya berbinar begitu mendengar komentarku. Tangannya menepuk pundakku, ia mengangguk. "Baik-baiklah di sini. Jaga Stella untukku," sahutnya. Aku mengerlingkan mataku.

Angin kencang tiba-tiba meniup sekeliling kami, membuat rumput-rumput bergejolak heboh. Rambut kami berkibar-kibar diiringi bayangan hitam yang melesat di atas kami. Aku mendongak ke atas dan mendapati Ratu Anna telah selesai dengan putaran terbangnya di atas langit dengan phoenix putih berekor pelangi yang berkaok nyaring di udara. Ratu Anna mengerahkan phoenix-nya tepat di samping naga biru yang nampak terkejut di atas rumput, membuat tanah yang kami pijak bergetar pelan sewaktu phoenix itu memijakkan kakinya. Bulu-bulu putih yang mencuat pada kedua sayap burung raksasa itu mengkilaukan cahaya emas mentari sekilas sebelum ia melipat sayapnya, ekornya yang panjang terjuntai seperti selendang warna-warni di belakangnya.

Ratu Anna meloncat turun dengan gesit, mendarat tepat di belakang Pangeran Zveon, rambut merah pendeknya tersibak namun dengan cepat kembali terurai rapih begitu ia berdiri tegap. Ratu Anna mendatangiku dan Stella, mendesak Pangeran Zveon untuk mundur beberapa langkah. Aku nyaris akan mengagumi sepasang mata biru dan merahnya yang berkilat sebelum ia mengatupkan tangan-tangannya dengan erat, aku dan Stella memekik kaget selagi kami terhimpit di dekapannya.

"Aku akan sangat merindukan kalian berdua! Doakan kami semoga kami berhasil, kawan-kawan!" Ratu Anna menjerit sambil mengernyit pilu. Aku dan Stella memberontak agar kami dapat bernapas.

"Anna, hentikan itu, kau mencekik mereka," ketus Pangeran Zveon sambil menyeringai.

"Ah, maaf!" Ratu Anna menghempaskan kami berdua. Aku dan Stella menghela napas panjang setelah udara segar akhirnya merasuk dalam paru-paru kami. Ratu Anna tergelak malu sambil menggaruk kepalanya.

Aku memandangnya sambil tersenyum geli. Paras Pangeran Zveon dan Ratu Anna tak menampakkan wajah resah sama sekali sebelum mereka akan menjalani misi yang berbahaya, sebaliknya, semangat membara terbias pada mata-mata mereka. Mereka pasti sudah sangat siap dengan berbagai kemungkinan yang akan mereka temui kelak, dan apa pun yang terjadi, aku tahu mereka takkan menyerah. Itulah yang membuatku tak merasa terlalu sedih melepas mereka, walau segelintir perasaan takut bersemayam di dadaku karena aku takut mereka akan mengalami kesulitan dalam misinya.

Dark and Light (Wattys 2016 Winner)Where stories live. Discover now