24~ Let's Start Again!

Start from the beginning
                                    

"Naik"ujar singkat Daiki. Rui menggeleng cepat sebagai penolakannya. Daiki menoleh pada Rui dengan wajah masamnya.

"Pilih aku gendong dibelakang atau didepan?"suara Daiki kembali. Wajah Rui seketika merona masih diiringi dengan gelengannya.

'Daiki juga akan lelah' angin berhembus dari bibir Rui.

"Hanya sampai ujung jalan ini. Setelah ini kita masih harus berjalan kestasiun. Kau yakin kuat?"suara Daiki yang menggoda Rui. Rui menggembungkan pipinya, pipi memerahnya semakin terlihat. Daiki terkekeh kecil kemudian meraih tangan Rui dan membawanya keatas punggungnya. Dengan mudah Daiki berdiri dari jongkoknya seraya membenarkan posisinya.

"Badan seringan ini, mana mungkin membuatku lelah"suara Daiki seraya melanjutkan langkahnya. Daiki dapat merasakan pukulan kecil pada bahunya, yang diperoleh dari Rui yang seakan menuai protesnya. Daiki kembali terkekeh dengan langkah ringannya.

"Jangan terlalu banyak bergerak. Aku bisa menjatuhkanmu"suara lembut Daiki terdengar, membuat Rui terdiam dengan wajahnya yang kembali merona. Rui menyesap aroma rambut Daiki, yang tak lama tangannya mulai melingkar pada leher Daiki. Tarikan bibir Daiki semakin menjadi saat merasakan kehangatan dari orang yang sedang dirinya gendong.

"Aku akan bekerja sangat keras untuk membeli mobil. Jadi kita tidak perlu berjalan seperti ini"Daiki yang kembali memulai pembicaraan. Tangan Rui mengerat tanda respon darinya.

"Tapi kalau aku membeli mobil. Aku tidak akan bisa memperlakukanmu seperti ini lagi"jawab Daiki pada dirinya sendiri. Rui nampak terkekeh tak bersuara memdengar hal kekanakan yang diucapkan oleh Daiki.

"Haaa~ Apa tidak perlu aja?"kembali Daiki bersuara.

"Ah! Paling tidak aku bisa membeli motor. Rui bisa memelukku sepanjang perjalanan"ujar Daiki seketika yang kembali mendapatkan pukulan dari Rui. Daiki terkekeh menerima perlakukan dari Rui, Rui pun tak bisa menyembunyikan rasa senangnya.

Perjalanan yang memakan waktu hampir sepuluh menit berjalan kaki akhirnya terlampaui. Seperti yang diucapakan Daiki sebelumnya. Dirinya akan menurunkan Rui usai mencapai jalanan utama. Keramaian baik orang maupun kendaraan telah terlihat. Suara bisingpun mulai terdengar walaupun hari masih begitu pagi. Daiki kembali meraih tangan Rui dan membawanya berjalan untuk mengikutinya. Mereka berjalan menuju stasiun terdekat untuk menaiki kereta pagi.

Rasa penasaran yang menyelimuti Rui semakin menjadi. Dia ingin bertanya pada Daiki, ingin kemana mereka pergi. Namun, rasa bahagianya saat ini juga begitu besar sehingga dirinya tak begitu memikirkan akan kemana mereka.  Hanya mengikuti langkah Daiki, dengan tangan dingin Daiki yang dapat Ia rasakan ditelapak tangannya sepanjang jalan. Semua hal yang menyelubungi pikirannya seakan lenyap begitu saja.

Perasaan bahagianya saat ini...

Yang paling dia inginkan adalah...

Berharap... Jika ini bukanlah mimpi.

***

Mereka kini duduk pada kursi dalam kereta yang sudah melaju. Daiki membuka sebuah kotak bekal yang sebelumnya mereka beli pada stasiun kereta.

"Ini-"suara Daiki yang menyodorkan kotak tersebut pada Rui.

Rui mengangguk dan menerimanya. Daiki kemudian meraih satu lagi kotak bekal dan membukanya. Memakannya usai mengatakan selamat makan.

Perjalanan dengan kereta memakan waktu yang cukup lama, melewati beberapa pemberhentian dan melakukan beberapa perpindahan stasiun. Beberapa kali Rui tertidur dan kembali terbangun dengan Daiki yang berada disisinya yang terus terjaga. Memperhatikan wajah Rui yang terlelap bukanlah hal membosankan untuknya. Tarikan dari kedua sudut bibirnya pun juga tak pernah menghilang. Tautan kedua tangan mereka juga tak terlepaskan. Jaket milik Daiki yang sebelumnya Ia kenakan, kini telah berpindah menutupi tubuh Rui guna menjadikannya selimut untuk tubuh Rui.

Voice Later [Book 2] ✔️Where stories live. Discover now