| EXTRA 2.1|

264 27 2
                                    

..............
... Cerita Sesudah Cerita ...
part : Date
............

Apartement kecil dengan ukuran yang hanya dapat ditinggali satu orang itu, nampak dengan beberapa kardus coklat yang masih sangat rapi berserakan pada lantai. Apartemen itu memiliki dapur yang menyatu dengan genkan serta kamar mandi dan toilet, kemudian pada pintu lainnya terdapat ruangan yang cukup untuk menaruh sebuah meja kotatsu berukuran sedang dan tempat tidur yang berada pada sisi kanan ruangan. Seorang pemuda dengan tinggi dan proporsi tubuh yang sangat baik masuk dengan satu buah kardus tangannya, meletakannya pada lantai lebih tinggi dari genkan dan meregangkan tubuhnya. Keringat nampak jatuh dari wajah dan lehernya, membuatnya menyeka cairan itu dengan leher kaosnya. Cuaca memang tidak panas, namun kegiatan yang dia lakukan membuatnya cukup berkeringat.

"Ini yang terakhir, Daiki -kun", suara itu membuat sang pemuda dengan cepat meraih kardus dari tangan pria terlihat lebih tua darinya yang baru saja memasuki pintu yang memang dia biarkan terbuka. Meletakkan kembali pada lantai yang lebih tinggi dari genkan dan ikut keluar dari ruangan tersebut.

Disambut dengan angin sejuk musim semi benar-benar menghilangkan lelah mereka sebelumnya. Tentu saja cukup lelah, memindahkan beberapa barang ke lantai dua dengan akses tangga cukup melelahkan.

Suara langkah mengalihkan pandangan mereka, membuat sang pemuda dengan rambut blonde itu kembali melangkahkan kakinya menuju pada pemuda kecil yang berjalan dengan bungkusan besar ditangannya. Mengambil alih bungkusan besar ditangan pemuda yang lebih lecil darinya dan menatap bungkusan itu dengan bingung. Terdapat dua bungkusan yang terpisah, bungkusan pertama berisi penuh dengan berbagai macam minuman dan bungkusan lainnya berisi penuh dengan makanan.

"Kenapa kau membeli banyak sekali?", suaranya terdengar. Wajah pemuda kecil didepannya memerah, entah karena lelah atau malu.

"A, aku tidak tau harus membeli minuman dingin, hangat, atau yang biasa saja", suaranya setelah tergagap diawal. Pemuda yang lebih tinggi itu terkekeh membuat sang pemuda kecil menatapnya dengan kesal. Tentu saja, baginya itu terdengar sebagai ejekan.

Pemuda kecil itu bukannya terlalu bodoh untuk tidak tau apa yang dia beli. Hanya saja pilihannya menjadi terlalu banyak mengingat keadaan orang yang ingin dia berikan minuman tersebut. Pertama, ini akhir bulan Maret dimana cuaca sangat tidak mungkin panas atau terik. Kedua, dua orang yang Ia maksudkan untuk minuman tersebut sedang melakukan kegiatan yang cukup menguras tenaga. Dan ketiga, dirinya tidak mungkin memberikan minuman dingin dalam cuaca yang masih terbilang dingin kemudian juga tidak mungkin dirinya memberikan minuman hangat pada orang yang habis bekerja keras. Pilihannya pada minuman yang biasa, namun pikirannya mengatakan mungkin saja mereka ingin yang dingin atupun hangat?

"Ini berat. Lihat tanganmu, memerah seperti ini", suara lembut bersaman dengan elusan ditelapak tangan kanannya segera menghilangkan wajah kesal sang pemuda kecil. Wajahnya lagi bertembah merah.

"Ti, tidak begitu berat", elak sang pemuda kecil. Mengalihkan pandangannya dan menarik tangannya. Senyuman lembut dari pemuda tinggi itu muncul melihat tingkah sang lawan bicara.

"Ayo", ujar pemuda tinggi dan mulai berjalan ketempat sebelumnya.

"Mamiya -san, kau ingin yang dingin, hangat atau yang biasa saja?", suara pemuda tinggi itu dan lagi-lagi wajah pemuda kecil dibelakangnya memanas karena ulanhnya. Dari belakang telapak tangan kecilnya menampar ringan punggung pemuda yang lebih tinggi darinya itu. Sedikit terkejut, sang pemuda tinggin mengerutkan punggungnya dan dengan cepat memutar tubuhnya menatap sang pelaku yang menatapnya kesal. Lagi-lagi bagi sang pemuda kecil itu, ucapan dari pemuda bersurai terang itu terdengar sedang mengejeknya.

Voice Later [Book 2] ✔️Where stories live. Discover now