21~ The Moment

735 113 17
                                    

Alur maju mundur. Saya harap kalian masih memahami isi cerita

Bab 51

Book 2 Chapter 21

Rui melangkahkan kakinya dengan gontai meninggalkan pintu rumah Daiki yang sudah tertutup rapat. Wajahnya begitu pucat dengan air mata yang mulai mengering pada pipinya. Rui berjalan tanpa tujuan dengan kakinya yang terus melangkah. Menatap kosong pada depannya dan berjalan tanpa memperhatikan sekitarnya.

'Membunuh'

Hanya satu kata itu sudah mampu membuat tubuh Rui bergetar. Wajah pucatnya terus memucat, kedua kakinya terus melangkah tanpa tujuan mengabaikan getaran ponsel yang berada disaku celanannya, hingga tanpa sadar hari mulai gelap.

"Kau... Yang membunuh ayahku"

Kembali suara dan bayangan wajah Daiki yang sangat marah terlintas dalam pikiran kosong Rui. Satu kalimat yang muncul dari bibir seseorang yang sangat Ia kasihi.

Jalan besar sudah lebih ramai dari sebelumnya. Lampu-lampu kendaraan memenuhi jalanan. Lampu lalu lintas sudah berganti warna menjadi merah untuk para pejalan kaki menghentikan langkah para pejalan kaki.

Namun tidak dengan langkah kecil milik Rui, Rui terus berjalan tanpa memperdulikan suara klakson kendara yang mendekat padanya.

"Hey! Kau!"suara itu nampak diarahkan pada Rui. Namun layaknya tak mendengar, Rui terus berjalan.

Sorotan lampu mobil mengarah pada Rui yang berada ditengah jalan. Dengan seketika kaki Rui terhenti dan tubuhnya menegang. Matanya menatap besar kearah mobil tersebut dan seluruh tubuhnya tak dapat Ia gerakan.

Sebuah tangan meraih lengan Rui dan membawa Rui dengan paksa ke pinggir jalan. Suara deruan napas terdengar serakah menghirup oksigen.

"Tsk! Orang-orang ini bahkan tidak memikirkan orang lain"umpatnya yang kemudian matanya beralih pada Rui yang hanya berdiri diam tak bersuara maupun bergerak.

"Oi! Kau baik-baik saja?"suara pria itu menyentuh bahu Rui. Tubuh Rui seketika terjatuh membuat pria yang menarik Rui sebelumnya dengan cepat menahan tubuh Rui dan membuat dirinya bersandar pada dinding toko dibelakangnya.

"Hey! Yang benar saja. Kau ping-"suara pria tersebut tertahan saat melihat wajah Rui dimana mata Rui masih terbuka dengan lebar namun pandangannya tak berada dimanapun.

"Hey?-"suara pria itu melembut yang kemudian menepuk pelan pipi Rui.

Tak ada respon dari Rui. Pria tersebut terlihat bingung sampai akhirnya merasakan sebuah getaran pada saku cekana Rui. Dengan cepat pria tersebut merauh saku Rui dan menemukan sebuah benda kotak yang digunakan untuk berkomunikasi. Pada layar muncul sebuah nama.

'Fu -chan' batin sang pria saat membaca. Tanpa menunggu lama pria tersebut menjawab panggilan tersebut.

"Ah! Hey! Rui! Kau kemana saja huh?! Kau tau seberapa khawatirnya aku? Aku sampai berkeliling Tokyo demimu"suara dari seberang telpon cukup mengagetkan pria tersebut.

"Kau jangan bilang kau dan Da-"

"Maaf-"pria tersebut menyela ucapan dari lawan bicaranya.

Voice Later [Book 2] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang