19~ With Tears~

697 100 9
                                    


Bab 49

Book 2 Chapter 19

Seorang anak balita terbaring diatas meja ranjang pasien. Dirinya kini sudah berada di ruang rawat khusus untuk satu orang. Matanya masih mengatup rapat akibat obat bius yang beberapa saat lalu diberikan.

Tidurnya nampak begitu tenang sehingga membingungkan orang yang melihat anak tersebut.

Apa anak ini sebuah boneka?

Seorang putri yang berada pada sebuah cerita?

Atau seseorang yang sedang koma?

Tak lama kelopak mata anak tersebut nampak bergerak sesekali, menandakan akhirnya anak tersebut terbangun dari tidur paksanya. Matanya membuka perlahan menatap langit-langit putih dihadapannya. Hidungnya dapat menyium aroma pewangi ruangan yang membaur dengan bebauan obat-obatan.

"Rui?"suara itu menghampiri anak yang sedang terbaring diatas ranjang pasien tersebut.

Mata anak itu mengarah keasal suara, menatap seorang pria yang mulai beranjak dewasa. Menatap wajah sendu pria yang menyebutkan namanya tersebut.

"Rui-"suara pria tersebut meraih tangan anak tersebut dan menggenggamnya kuat. Air mata mengalir deras di wajah pria tersebut. Isakan kecil muncul dari bibirnya.

"Ayah dan Ibu tidak bisa selamat"ujar pelan pria yang beranjak dewasa tersebut yang terdengar seperti rintihan.

"Rui bagaimana bisa ini terjadi?"pria itu masih meronta pelan dengan menggenggam kuat jemari kecil milik anak tersebut.
Seorang pria lain datang kemudian menepuk-nepuk pelan bahu pria tersebut dengan wajah sendunya.

"Tsurushi?"suara itu muncul dari pintu ruangan membuat pria yang berdiri tegak itu berbalik dan menatap seorang pria dengan jas putih panjang yang datang menghampiri mereka.

"Teruya-"ujar pria yang bernama Tsurushi tersebut membuat lawan bicaranya mengangguk dan mendekati anak yang masih terbaring pada ranjang tersebut.

Teruya memeriksa Rui yang yang sedari tadi sudah sadar dari efek tidue biusnya. Memeriksa bagian mata Rui dengan senter kecil dari saku jas putih miliknya.

"Rui? Kau bisa mendengar sensei?"suara Teruya membuat Rui dengan perlahan mengarahkan kepalanya pada pria tersebut.

Mata kosong itu menatap pria yang memanggil namanya tersebut. Menatap begitu kosong dan diam sehingga memebuat pria berjas putih tersebut menatapnya aneh.

"Rui- Bisa katakan sesuatu?"suara Teruya kembali terdengar.

Mata yang masih nampak kosong itu berkedip sekali kemudian mulai membuka bibirnya yang sedaritadi masih mengatup. Membuka perlahan bibirnya kemudian membentuk kata seakan mengucapkan 'sensei'.

Semua mata yang berada diruangan tersebut menegang manatap anak balita tersebut. Tak ada suara sedikitpun dari yang keluar dari bibir mungilnya, hanya hembusan angin dari bibirnya ketika mengucapkan kata tersebut.

"Teruya -han?!"pekik pria yang memegang tangan Rui sedari tadi.

"Sabar Rinji"ujar Tsurushi yang menahan pundak Rinji.

"Tapi- Paman- paman liat sendirikan? Rui tidak mengeluarkan suaranya!"panik Rinji.

"Tsurushi naikkan kepala tempat tidurnya"perintah Teruya yang nampak tak memperdulikan Rinji. Tsurushi mengangguk dan segera melaksakan perintah Teruya sedangkan Teruya menahan tubuh kecil Rui hingga posisinya terduduk.

"Rui kau mengenaliku?"tanya Teruya kembali, mata kosong itu kembali menatap Teruya kemudian mengangguk.

"Bagaimana dengan dua orang yang disamping kirimu?"tanya lagi Teruya menunjuk pada arah seberangnya.

Voice Later [Book 2] ✔️Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu