31. Last...(1)

Mulai dari awal
                                    

"Ba...baik, akan aku usahakan itu nanti," jawab Abraham.

"Oh satu lagi, kenapa kau tidak menangkap istrinya juga?" tanya Kusuma.

"Dia sedang hamil besar, setelah aku pikir-pikir, pasti dia akan meminta penangguhan tahanan, jadi aku akan menunggu sampai dia melahirkan."

Kusuma tampak sedikit kecewa, namun kemudian ia memikirkan sesuatu yang lain. "Ya sudah kau tidak usah menangkapnya, biar aku sendiri yang menangkapnya dan menyiksanya." Kusuma menaikkan salah satu ujung bibirnya, sementara yang lain masih merasa sangat heran.

"Maaf, Tuan Kusuma Jaya." Tiba-tiba seseorng menginterupsi, membuat pandangan semua mata teralihkan padanya.

"Oh Briptu Usep,.... Ada apa?" Tanya Kusuma.

"Kau berjanji padaku akan memberikan apapun yang aku mau bukan?"

"Oh ya, aku hampir melupakannya. Katakan apa yang kau mau?"

"Aku ingin salah satu perusahaanmu, rumah yang besar, kebun, sawah, juga aku ingin menjadi anak buahmu seperti Pak Tono."

Kusuma mengernyit. "Kenapa kau ingin jadi anak buahku?"

"Aku sudah lelah menjadi polisi, aku ingin bekerja bersamamu."

Kusuma tertawa terbahak-bahak. "Apa kau bisa kuandalkan?"

"Tentu saja! Seperti saat ini."

"Baiklah itu hal mudah."

 🔥🔥🔥

Aku merasa khawatir pada Galang, bagaimana kalau mereka menyiksa Galang, dan Galang benar-benar dihukum mati.

Tidak mungkin! Galang bilang padaku dia akan kembali, mungkin saja sebenarnya Galang sudah merencanakan sesuatu. Dia tidak mungkin bertindak tanpa berpikir panjang. Galang berkata seperti itu, pasti karena dia sudah memiliki rencana. Aku harus yakin itu.

Aku duduk kembali di kasur, sambil mengusap perutku. Aku harap aku tidak keguguran lagi. 

Tapi aku terus terpikirkan Galang, bagaimana aku bisa tenang, sementara aku belum mendapatkan kabar tentang Galang. Ya Allah tenangkan hati hamba.

Tok tok tok..

Suara pintu memecahkan lamunanku, aku mencoba bangun meski sedikit sulit, karena tulang belakangku terasa sakit.

"Qonita... assalamu'alaikum..." Itu seperti suara Adit. Apakah Adit membawa kabar tentang Galang.

Aku berusaha bangkit, dan segera membuka pintunya, sudah kutemukan Adit dan beberapa teman Galang lainnya.

"Wa'alaikumussalam.. " jawabku.

"Saya dan yang lainnya akan mengantar anda ke Jakarta sekarang," ucap Adit.

"Ke Jakarta? Kenapa?"

"Di sini kan tidak ada rumah sakit, dan perlengkapan untuk melahirkan pun belum begitu lengkap, khawatir terjadi apa-apa lebih baik tinggal di kota, agar lebih dekat dengan keluarga juga."

"Bagiamana keadaan Galang sekarang?" Tanyaku mengalihkan pembicaraan. Karena itu lah yang sejak tadi membuat hatiku tidak tenang.

Adit menunduk. Aku mohon, jangan berikan aku kabar buruk.. aku belum siap. Adit masih bergeming, aku mulai cemas. Beberapa detik kemudian, Adit mendongakkan kepalanya.

"Belum ada kabar, tapi anda tidak usah khawatir, kami akan selalu membantu Galang. Jadi, jangan berpikiran yang tidak-tidak. Nanti juga di Jakarta anda bisa menemui Galang."

The Truth (Hacker Vs Psychopath Director) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang