23. Sebuah jawaban

15.8K 1.5K 172
                                    

Qonita POV

“Qonita kamu mau kan?” Tanya ibuku. Aku terbangun dari lamunanku.

“Aku sedang hamil mi, mana boleh menikah?” Aku mencoba menolak secara halus.

“Memang Umi nggak bilang kamu menikah sekarang, Ustadz Yusuf hanya melamarmu sekarang, pernikahnnya nanti setelah kamu melahirkan.”

Aku diam, jika aku menikah lagi, maka pasangan di akhiratku adalah suami terakhirku dan itu bukan Galang. Aku tidak mau, aku sudah berjanji pada Galang, untuk menjadi pasangannya lagi di surga nanti, Aamiin..semoga Allah memperkenankan dan aku akan berusaha menepati janjiku. Apakah aku salah ya Allah?

“Mi, Qonita nggak akan menikah lagi sampai kapan pun.” Aku menegaskan.

“Apa maksud kamu tidak akan menikah lagi? Kamu masih muda nak.” Ibuku kembali membujukku.

“Mi, sungguh Qonita nggak kepikiran buat menikah lagi, tolong mengerti..”

Ibuku terdiam, dia terlihat kecewa dengan jawabanku. Aku sendiri sudah mantap tidak akan menikah lagi.

“Pikirkan lagi Qonita, Utsadz Yusuf pun tidak meminta jawabannya sekarang. Ingatlah anak kamu butuh sosok seorang ayah,” ucap ibuku, dia mengambil jeda. “Umi akan bilang pada ustadz Yusuf kalau kamu sedang mempertimbangkannya dulu, Umi harap kamu akan merubah keputusan kamu,” lanjutnya dan ibuku pergi begitu saja dari kamarku.

Aku bingung, memang anakku butuh sosok seorang ayah, tapi aku ingin anakku tahu bahwa ayahnya adalah Galang bukan orang lain, bahwa ayahnya meninggal karena mengungkapkan kebenaran, bukan kematian yang sia-sia.

Aku harus sholat istikharah dan menyerahkan semuanya pada Allah. Meskipun dari hati yang terdalam sebenarnya aku tidak mau menikah lagi, aku ingin seperti Nailah binti al-Farafishah yang ketika ditinggal Utsman bin Affan meninggal, dia tidak menikah lagi dengan pria manapun, dia mengurus anak-anaknya sendiri. Aku ingin seperti dia.

Aku pun teringat pada suatu hadits. Dari Hudzaifah radhiyallahu anhu berkata kepada istrinya: “Jika kamu ingin menjadi istriku di surga, maka jangan menikah lagi sesudahku, karena wanita di surga bersama suaminya yang terakhir di dunia oleh karena itu Allah mengharamkan kepada istri-istri Nabi untuk menikah lagi sesudahnya karena mereka adalah istri-istri Beliau di surga,” (dikeluarkan oleh Al Baihaqi dalam Sunannya (7/69-70)).

Aku sudah berjanji pada Galang akan menjadi pasanganya lagi, Ya Allah hamba ingin menepati janji hamba boleh kah?

🔥🔥🔥

Cuaca hari ini sangat cerah, tepat pukul 9 pagi, aku ingin menghangatkan tubuhku di bawah sinar matahari. Sambil berjalan-jalan di kebun milik ayahku, suasananya begitu asri, banyak bermacam-macam pohon dan bunga-bunga yang bermekaran, tak sedikit kupu-kupu yang hinggap dan menari-nari diantara bunga-bunga. Sangat indah. Aku merasa cuaca hari ini tak seperti biasanya, sungguh hari ini benar-benar cerah, membuat mood ku membaik.

“Qonita.” Ada suara memanggilku dan aku sangat mengenali suaranya. Aku melihat ke arah sumber suara dan aku menemukan sosok ayahku sedang berjalan menghampiriku.

“Ada apa Abi?” tanyaku.

“Ustadz Yusuf menanyakan kepastian kamu, jadi kamu mau menerima lamarannya atau tidak?” Tanya ayahku.

Aku menunduk, sepertinya kedua orang tuaku mengiginkan aku menikah lagi,  apakah aku harus mengiyakan keinginan mereka? Aku tahu pilihan ayahku selalu tepat.

“Nak, dia laki-laki yang baik, mapan dan juga mengerti agama, dia mampu menjadi pemimpin kamu dan anak yang ada di rahim kamu sekarang, menikahlah dengannya.”

The Truth (Hacker Vs Psychopath Director) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang