2. Misi dimulai

32.4K 2.3K 81
                                    

Galang POV

Qonita diterima sebagai dokter di SMA Kusuma Jaya? Tidak! Bagaimana kalau terjadi sesuatu dengan Qonita? Apalagi di sana sering terjadi kasus pembunuhan pada perempuan berjilbab secara sadis. Aku pasti tidak bisa tenang kalau Qonita bekerja di sana.

“Janganlah, lebih baik cari tempat kerja yang lain saja, yang lebih aman. Di situ berbahaya, apalagi kamu berjilbab,” ucapku, mencoba kembali membujuk Qonita agar ia mengurungkan niatnya untuk bekerja di sana.

Raut wajah Qonita menunjukan kalau dia merasa berat dengan jawabanku. Aku tahu Qonita merasa bosan diam di rumah terus, karena kami belum memiliki anak, tapi bagaimana kalau sekarang atau nanti di dalam perut Qonita ada Galang kecil dan Qonita bekerja di sana, itu  bisa membahayakan kedua-duanya.

“Galang, kalau Allah berkehendak aku mati hari ini, maka aku akan mati hari ini juga, meskipun aku nggak bekerja di sana, apa kamu ragu akan hal itu?” Tanya Qonita.

Pertanyaan Qonita seakan membuatku skatmat, apa aku yang tidak mau menerima takdir Allah? Tapi sungguh, aku masih merasa sangat berat jika harus kehilangan Qonita sekarang. Tapi aku tidak memilliki alasan kuat untuk menolak permintaan Qonita.

“Baiklah, aku pikirin dulu ya,” jawabku ragu.

“Sampai kapan?”

“Secepatnya.”

“Tapi aku harus datang besok.”

“Coba kamu bicara lagi saja, kalau memang dia butuh dokter, pasti mau menunggu,”  Qonita menunduk, dia terlihat kurang setuju dengan pendaptku. Tapi aku benar-benar khawatir padanya.

“Baiklah, akan aku coba bicara kayak gitu,” ucap Qonita sambil mendongkkan kembali kepalnya.

🔥🔥🔥

Keesokan harinya aku kembali mendiskusikan kasus ini bersama team ku, Karena setelah mematai-matai sekitar sekolah, di jam keberangkatan siswa sampai jam pulang siswa, kami belum juga mendapatkan petunjuk apapun.

“Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?” Tanya jaksa Adit dengan raut wajah yang sudah pasrah dan seolah menyerah.

“Kita harus mengintrogasi semua pihak sekolah secara tegas!” Usul Briptu Usep.

“Bukannya kita udah pernah ngelakuin itu, dan hasilnya semua staf sekolah menjawab nggak tahu,” ucap Iptu Tukimin.

Semua kembali terdiam, hening kembali menyapa, semua fokus dengan pikirannya masing-masing.

“Gue ada ide!” ucap jaksa Adit dengan tiba-tiba, serentak kami yang ada di sini melihat ke arahnya yang duduk ditengah-tengah kami.

“Apa?” Tanyaku.

Jaksa Adit memajukan posisi dukuknya, dan menyuruh kami medekat ke arahnya dengan gerakan tangannya, seraya ia berkata,”kita nyamar jadi anak sekolah SMA Kusuma Jaya aja,” jawabnya,

“Apaan? Emang gue masih kewajahan jadi anak sekolah?” tukas Tukimin, sembari memundurkan kembali posisi duduknya.

“kalau lo merasa wajah lo tua, nggak usah ikut,” ledekku.

"Jangan gitu dong Lang, gue cuma takut wajah gue gak pantes jadi anak sekolah," sanggahnya.

"Ya udah gini aja, sebagian jadi anak sekolah, sebagian jadi guru, gimana?" Tanya jaksa Adit.

Tiba-tiba aku teringat sesuatu, Qonita! Dia mau bekerja di sana, kalau aku menyamar sebagai anak sekolah atau guru di sana, maka aku  bisa memperhatikan Qonita dan memastikan bahwa dia baik-baik saja, terlebih Qonita pasti senang, jika aku mengijinkannya bekerja di sana.

The Truth (Hacker Vs Psychopath Director) ✓Where stories live. Discover now