13. Kabar buruk

18.8K 1.5K 41
                                    

Qonita Pov

Saat ini waktu menunjukan tepat pukul 14.30, matahari sudah sedikit condong ke arah barat, sempat sekumpulan awan menutupi sinarnya namun, hanya beberapa saat. Aku berdiri di trotoar menunggu angkutan umum yang lewat. Beberapa kendaraan beroda empat dan dua sudah berlalu-lalang sejak tadi di depanku, namun aku mengabaikannya.

Akhirnya, setelah cukup lama aku menunggu, angkutan yang ramai penumpang itu ada. Aku segera memberhentikannya dengan tanganku, kemudian setelah mobilnya berhenti tidak jauh dariku, aku segera naik dan perjalananku menuju rumah mertua ku akan segera dimulai.

Sepanjang jalan, aku merasa orang-orang memperhatikanku, kenapa? Apa ini karena jilbab lebar dan warna gelap yang ku kenakan?

Ah, sepertinya karena pemberitaan tentang terorisme kemarin yang tiada henti, aku terkena imbasnya. Padahal Galang sudah menjelaskannya bahwa kejadian kemarin itu hanyalah skanario, masih saja ada orang yang mempercayainya.

Akhirnya aku sampai, aku turun dari mobil angkot, kemudian aku membayar ongkos pada supir angkot. Mobil angkot pun berlalu.

Rumah Galang, ada di seberang sana, aku melihat kanan dan kiri untuk menyebrang, kurasa jalanan tidak terlalu padat. Aku segera menyebrang. Namun apa yang terjadi? Tiba-tiba sebuah motor melaju dengan kecepatan tinggi datang dari arah kananku dan menabrak ku, hingga tubuhku terbanting dan aku hilang kesadaran.

🔥🔥🔥

Galang POV

Qonita kecelakaan? Aku benar-benar tak berdaya mendengarnya, jantungku berdetak lebih cepat karena panik, dadaku terasa sesak, mukaku sepertinya memucat tubuhku terasa lemas. Ya Allah tolong lindungi Qonita.

"Lang, ada apa sih?" Tanya Tukimin.

Aku terbangun dari rasa sesak yang menghujam, aku harus segera ke rumah sakit untuk memastikan kondisi Qonita. Aku segera berdiri.

"Min, Qonita kecelakaan, gue mau ke rumah sakit sekarang," ucapku.

"Innalilahi, gi..gimana ceritanya Lang?"

"Gue juga belum tahu, gue pergi ya," pamitku dan langsung pergi tanpa basa-basi lagi.

Aku mengendarai motorku dengan kecepatan tinggi, agar segera sampai di sana. Setelah mendapatkan informasi ruang Qonita dirawat, aku segera menuju ke sana. Ku temukan sosok ibu tiriku di sana.

"Mah..." panggilku panik sambil berlari menghampirinya. Wajah Ibuku terlihat sangat pucat.

"Bagaimana kondisi Qonita?" Lanjutku beritanya.

"Dia masih di dalam Lang, dokter belum ke luar sejak tadi," jawabnya.

Aku mengacak rambutku, per sekian detik kemudian, aku kembali bersuara. "Gimana kejadiannya mah, apa mamah ada di tempat? Lalu siapa tadi yang mengangkat telepon Galang?" Tanyaku lagi.

Tiba-tiba ibuku mengeluarkan sesuatu dari saku bajunya, ternyata itu ponsel Qonita.

"Tadi ada warga sekitar yang menolongnya, Qonita ditabrak motor tepat di sebrang rumah, sepertinya Qonita akan menuju rumah," jawabnya. Aku meraih ponsel Qonita, sedikit memeriksanya, memang sedikit lecet, kemudian ku masukkan ke dalam saku celanaku. "Kenapa dia tidak bilang kalau mau ke rumah?" Tanya ibuku.

Kenapa Qonita tidak bilang kalau ke rumah? Bukankah tadi ibuku yang meminta Qonita ke sana?

"Bukannya mama yang minta Qonita ke sana?" Tanyaku panik.

Ibuku terbelalak kemudian menggelengkan kepalanya. "Kapan? Ponsel ibu dicuri orang," jawabnya, kemudian ia duduk.

Aku mematung. Ponsel ibuku dicuri? Lalu siapa yang mengirim pesan kepada Qonita memakai ponsel ibuku?

The Truth (Hacker Vs Psychopath Director) ✓Where stories live. Discover now