ALLAH, ALLAH, ALLAH

2.3K 265 172
                                    




Pukul 2.00 malam hari, di tengah sakit yang mendera, Senad terbangun. Rasa sakitnya makin menjadi-jadi. Kepalanya makin pening sedangkan panasnya makin meninggi, badannya ia rasakan lemas sekali seperti tidak bertenaga lagi. Matanya terlihat makin cekung dengan bola mata yang lemah.

Senad berusaha merengkuh air mineral yang berada di sampingnya, tanganya yang lemas seakan tak kuasa lagi untuk memegang botol air mineral itu sehingga menyebabkan botol air mineral itu hampir jatuh dan tumpah. Senad meneguk air itu untuk menambah energi di tubuhnya yang selama ini ia rasakan habis karena tidak ada asupan makanan yang masuk ke tubuhnya.

Usai meminum air itu, Senad kemudian tenggelam dalam tahajud dan munajat kepada Allah. Sesekali tubuhnya terhuyung-huyung ketika ia sedang berdiri dalam shalat. Ia merasakan kedua kakinya tidak kuasa lagi menyanggah tubuhnya yang kurus itu, matanya berkunang-kunang, dan kepalanya berdenyut-denyut kencang. Namun, ia berusaha menyelesaikan shalatnya walau pun beberapa kali ia hampir terjatuh. Ia berusaha untuk tetap khusyuk beribadah kepada Allah, Sang Kekasih sejatinya. Setiap tubuhnya hendak terjatuh ia berusaha untuk tetap tegak dengan tangan bersedekap berdiri menghadapNya.

Senad berjuang keras untuk menyelesaikan dua rakaat tahajudnya, walau di dalam hatinya, sebenarnya ia ingin menambah bilangan salat tahajudnya, namun ia merasa kedua kakinya sudah tak kuasa lagi menyangga tubuhnya.

"Asalamu'alaikum," ucap Senad lirih menutup salatnya. Diusapnya mukanya lembut. Wajah tirus itu terlihat cerah dan menyejukan dengan tatapan mata yang lembut dan teduh. Pantulan-pantulan kebaikan memendar seperti ingin melukiskan kebaikan hatinya. Wajah itu ternyata basah. Dipenuhi dengan tetesan air mata. Usai melakukan shalat, Senad melanjutkan dengan berzikir dan berdoa kepada Allah, ia memohon kepada Allah agar diberikan kesehatan dan dimudahkan untuk mendapatkan visa dari Arab Saudi.

"Ya Allah, kini tubuh hamba telah lemah sekali. Seakan hamba tidak kuasa lagi untuk menunggu lebih lama lagi di sini. Andai Engkau tidak memberikan kesembuhan kepada hamba, maka perjalanan hamba menuju ke Mekah hanya akan menjadi kenangan yang akan hamba bawa mati. Ya Allah, hamba tidak ingin jasad lemah hamba ini menghadapMu tanpa pernah bersujud dan bersimpuh di RumahMu yang mulia; Ka'bah. Hamba ingin ketika hamba meninggal nanti, badan ini sudah pernah khusyuk beribadah kepadaMu di kota suciMu, hamba ingin badan ini telah puas mengunjungi pusara suci nabiMu di Madinah yang Engkau muliakan. Ya Allah Mudahkanlah semua urusan ibadah hamba ya Allah! Kabulkanlah doa hamba sebagaimana Engkau mengabulkan doa Hanna binti Faqudz isteri Ali Imran yang memohon kepadaMu dikarunia anak sedangkan ia adalah seorang yang tua renta, " pinta Senad dalam doanya dengan suara pilu. "Ya Allah maafkan dan ampuni orang-orang yang selama ini mengacuhkan dan tidak memedulikan hamba. Andai mereka tahu apa yang hamba alami dan rasakan, mungkin mereka akan mempermudah urusan hamba ya Allah.Amin, amin, amin."

Senad kembali mengusap mukanya pelan. Ketika tanganya baru saja menyentuh keningnya tatapan mata Senad makin berkunang-kunang, ia seperti tidak bisa melihat apa-apa lagi. Gelap gulita. Ia tak kuasa lagi menahan rasa sakit di kepala dan tubuhnya yang menggigil. Mulutnya terus mendaraskan kata, "Allah, Allah, Allah......" untuk kemudian tubuh Senad akhirnya terjatuh tak sadarkan diri. Kepalanya membentur pasir yang dialasi karpet seadanya. Berjam-jam tubuh kurus itu tergeletak bak seonggok jasad korban kejahatan manusia yang dilemparkan ke tengah padang pasir dengan sepatu kets penuh lobang yang menempel di kakinya, jaket rusak, dan tubuh yang penuh dengan debu karena puluhan hari dipanggang terik matahari gurun pasir.

Udara malam gurun pasir menerpa tubuh ringkih yang tergolek tak berdaya itu, seandainya ada ular gurun atau binatang-binatang buas, mungkin tubuh tak berdaya itu sudah terkoyak oleh taring-taring tajam dan yang tersisa hanya tulang belulangnya saja dengan darah bercucuran membasahi pasir di gurun yang kecokelatan. Kisah Senad, pejalan kaki menuju Allah itu pun akan ditangisi siang dan malam oleh Aqueena isterinya, anak-anaknya dan juga keluarga Senad, dan jasadnya akan diratapi oleh seluruh umat Islam di dunia karena Senad meninggal dengan kondisi tragis dan memprihatinkan selama menunggu visa berbulan-bulan di perbatasan Arab Saudi. Umat Islam di seluruh dunia akan menyalahkan keangkuhan manusia yang mempersulit proses birokrasi pengurusan visan ibadah Senad. Manusia yang tidak merasa kasihan atau menaruh simpati pada perjuangan laki-laki miskin yang ikhlas ini.

Tubuh masih Senad tergeletak tanpa ada seorang pun tahu akan kondisinya. Matanya terpejam menyimpan penderitaan dan kesulitan hidupnya. Nafas laki-laki itu begitu lemah selemah tubuhnya yang hampir kehabisan tenaga terpanggang sinar matahari gurun pasir atau diterjang dinginnya udara malam. Hanya sinaran cahaya rembulan yang menerangi tubuhnya, seakan ingin menunjukan kepada seluruh mata umat Islam, bahwa di sana, dipinggiran perbatasan Arab Saudi nun panas di padang pasir sana, sesosok tubuh laki-laki mulia terkapar tidak berdaya. Tanpa makanan, obat-obatan bahkan tanpa seorang pun tahu bahwa jasad kurus itu kini telah terkapar laiknya mayat gelandangan yang tak tau dimana keluarganya dalam perjuangannya untuk bersujud dan bersimpuh di rumah Allah dan menjiarahi pusara suci Rasulullah Saw. ***



You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 22, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

5700 KM Menuju SurgaWhere stories live. Discover now