LIHATLAH NENA SUDAH BANGUN DARI RANJANG

892 330 226
                                    



Senja sudah mulai memeluk Turki, dan lampu-lampu penerangan di jalan-jalan kota sudah mulai menyala satu persatu. Di sebuah kota, Senad bertemu dengan seorang kakek-kakek yang menunggunya di pinggiran jalan yang akan ia lalui, kakek itu adalah orang Sandzak, Serbia, yang sudah pernah menunaikan ibadah haji. Ia ingin sekali menghormati dan memuliakan Senad dengan memberikannya tempat istirahat dan makan.

Kakek yang belakangan diketahui bernama Makrim Abdullah itu seakan begitu merindukan kehadiran Senad, ketika Senad melewati jalan yang tidak begitu jauh dari rumahnya, ia berjalan menghampiri Senad. Usai memeluk dan menyalami Senad, ia membawa Senad menuju rumahnya untuk beristirahat. Di ruangan tamu Makrim, Senad dan kakek itu berangkulan seumpama anak dan bapaknya yang sudah lama tak bersua. Begitu perhatian dan sayang kakek tersebut kepada Senad sehingga segala keperluan Senad sekecil apa pun berusaha ia layani di tengah kondisi isterinya yang sedang terbaring lemah karena sakit.

Di tengah-tengah pembicaraan mereka, kakek itu bercerita kepada Senad bahwa isterinya, Nena yang berusia 80 tahun sedang sakit dan hanya bisa berbaring di ranjang. Berbagai upaya medis sudah dilakukan untuk menyembuhkan Nena, namun sampai saat ini Nena masih juga belum diberikan kesembuhan. Ucap kakek itu sambil menahan kesedihan. Matanya mulai berkaca-kaca menceritakan kondisi isterinya.

Senad tidak kuasa mendengar cerita Makrim Abdullah, kakek nan tulus dan lembut itu, sesudah kakek itu selesai bercerita kepada dirinya mengenai kondisi Nena, Senad bergegas mendatangi kamar Nena. Ia ingin sekali bertemu dan melihat kondisi Nena.

"Engkaukah Senad pejalan kaki menuju Allah itu," ujar Nena berusaha menyambut kedatangan Senad di tengah kelemahan kondisi fisiknya. Nena tersenyum sambil menatap Senad, Senad membalas dengan salam sambil tersenyum. Dia begitu sedih melihat kondisi Nena, mukanya begitu pucat dan badanya kurus kering. Terlihat bahwa Nena sudah lama berbaring di ranjang karena sakitnya.

Tidak banyak pembicaraan antara dirinya dan Nena, selain Senad banyak bertanya mengenai sakitnya. Senad duduk di samping Nena kemudian berdoa di hadapannya, memohon kepada Allah agar memberikan kesembuhan kepada keluarga yang mulia ini. Mata Senad ikut berkaca-kaca. Ia begitu tersentuh dengan kondisi Nena yang begitu lemah seakan tiada bertenaga. Usai menemui Nena, malam itu, Senad tidak begitu bisa mengistirahatkan badannya, pikirannya selalu dipenuhi dengan bayangan Nena yang menyedihkan. Malam harinya ia melaksanakan shalat hajat dan tahajud, memohon kepada Allah agar memberikan kesembuhan kepada Nena.

Setelah dua hari para tetangga terlihat bahagia dan tersenyum. Senad pun bertanya, "Apa yang membuat kalian begitu bahagia?" Mereka balik bertanya kepada Senad,"Apakah engkau berdoa kepada Allah untuk kesehatan Nena?" Dan Senad menjawab,"iya, iya." Lalu mereka mengatakan,"Lihatlah Nena bangun dari ranjang dan sekarang sedang menyiapkan kopi." Senad terdiam. Dia begitu bahagia dan sejurus kemudian memasuki rumah kakek itu. Kakek itu memeluk Senad dan mengucapkan terimakasih. ***

5700 KM Menuju SurgaWhere stories live. Discover now