HAJI DENGAN DIABETES

1K 352 240
                                    



The Sultan Ahmed Mosque, Istanbul

Seorang laki-laki tua sedang termenung di sebuah masjid megah di salah satu sudut kota Istanbul, ia kelihatannya baru saja menunaikan ibadah shalat Zuhur, kopiah putih bundar masih melingkar di kepalanya dengan sajadah yang ia selempangkan di pundaknya. Ia seakan tengah memikirkan sesuat sehingga tidak menyadari kehadiran Senad yang memasuki masjid itu untuk menunaikan shalat Zuhur.

Ia sama sekali tidak menyadari penyambutan sederhana yang dilakukan oleh masyarakat dan pengurus masjid bahwa itu untuk menyambut Senad. Ia tetap asyik dengan kesendirian dan lamunannya. Ketika Senad sampai, barulah ia menyadari bahwa ada tamu yang akan singgah di masjid tempatnya biasa melakukan ibadah. Namun dia tidak mengetahui siapa tamu itu.

Masjid cantik berornamen khas bangunan peninggalan-peninggalan Turki Utsmaniyah itu terlihat sudah begitu tua namun masih terawat; bersih dan asri. Lima menara menjulang ke langit menyimbolkan rukun Islam yang berjumlah lima, sedangkan kubah-kubah cantik tersusun seperti bukit-bukit kecil yang indah di atapnya. Di halaman masjid rumput lebat dan hijau memberikan kesan sejuk bagi yang memasuki masjid itu di samping pepohonan yang rindang.

Sesudah disambut dengan tasbih dan takbir, serta pelukan hangat masyarakat dan pengurus masjid. Senad berjalan memasuki masjid. Melihat laki-laki tua yang duduk di teras masjid dia berhenti, "Asalamu'alaikum," ucap Senad kepada laki-laki tua itu. Spontan laki-laki tua itu berdiri dan menyambut Senad sambil menjawab salam. Beberapa saat mereka berbicara sebelum Senad meninggalkan laki-laki itu dan menunaikan ibadah shalat zuhur.

Seusai shalat Zuhur, Senad menemui kembali laki-laki itu yang ternyata masih duduk melamun di sana. Ia penasaran apa yang sedang dilakukan laki-laki itu. Dia pun mendekat dan terjadi pembicaraan yang panjang di antara mereka. Laki-laki itu terlihat antusias dan bahagia ketika mengetahui bahwa orang yang dikenalnya hari itu adalah orang dari Bosnia, sebuah negeri mayoritas berpenduduk muslim yang jauh dari negaranya. Dan yang membuat dia takjub adalah bahwa laki-laki Bosnia bernama Senad itu tengah melakukan perjalanan kaki menuju Mekah.

Dalam obrolan itu, laki-laki tua itu bercerita kepada Senad bahwa ia dulu pernah menunaikan ibadah haji dalam keadaan terkena penyakit diabetes. Sebagai penderita diabaetes dia harus disuntik insulin sebelum sampai ke Mekkah. Namun ketika sampai di Mekah dan dilakukan pengecekan terhadap kesehatannya hasil tes menunjukan bahwa dia sehat dan tidak perlu dilakukan penyuntikan insulin lagi. Sungguh dia terperangah dan tidak percaya dengan hasil medis itu, tapi itulah keajaiban Allah. Dia sembuh dan tidak disuntik insulin lagi.

Senad hanya mengangguk-angguk mendengar ceritanya, cerita itu begitu menyentuh hatinya, bahwa keajaiban Allah bisa terjadi kapan pun, di mana pun, dan kepada siapa pun. Sesudah berbincang-bincang dengan laki-laki itu Senad mengucapkan terimakasih atas keramahan dan ceritanya dan hari itu Senad menjadi tamu istimewa di masjid bersejarah bagi masyarakat itu.

Keesokan paginya sesudah beritirahat Senad kembali melanjutkan perjalanannya. Masyarakat memeluk dan menyalami Senad satu persatu, dan mereka meminta agar Senad senantiasa berhati-hati, tak lupa mereka menitip doa dan salam untuk Rasulullah. ***

5700 KM Menuju SurgaWhere stories live. Discover now