DI DAMASKUS SANG IMAM MENANGIS SAMBIL BERDOA

784 218 182
                                    


Senad hari itu memasuki kota penuh pesona, begitulah kata orang-orang ketika menggambarkan kota Damaskus. Bahkan seorang musafir muslim dari Spanyol, Ibnu Jubair, 12 M, menyebut Damaskus sebagi surga di muka bumi seperti dalam barisan kata-kata indahnya,"Seandainya surga itu ada di muka bumi, maka tanpa diragukan lagi Damaskus-lah surga itu. Tapi apabila surga itu berada di tempat sebagaimana Allah menciptakannya, maka Damaskus adalah pengandaian keindahan surga Allah di bumi."

Senad begitu antusias memasuki kota ini sesudah melewati kota Alepo yang senyap dan mencekam. Damaskus memang cantik pikir Senad, kota yang menghadap ke gunung Qasyum itu begitu rupawan laksana gadis perawan yang bersolek. Apalagi ketika Senad menatap kota Damaskus di sore hari dari Yousef al Azmeh Square. Maka kota Damaskus seperti ditaburi jutaan gemintang yang berkerlap-kerlip di atasnya.

Tapi keindahan Damaskus yang begitu memesona itu menyiratkan kesedihan di hati Senad karena Syiria hampir secara keseluruhan sedang diselimuti perang. Toko-toko dan tempat perbelanjaan tutup. Bahkan kota yang berpenduduk sekira 10 juta orang itu tak mempunyai denyut ekonomi. Semua bank dan ATM bukan hanya tutup tapi digembok besar-besar.

Sepeser pun uang takkan bisa ditarik di kota ini. Ketika Senad melakukan shalat jumat di kota yang meliburkan semua aktifitas karyawan di hari itu, dalam doanya sang imam menangis ketika dia berdoa untuk negerinya. Sungguh sang imam begitu sedih dengan konflik yang mendera umat Islam khususnya di Syiria.

Seusai shalat, Senad menemui dan memeluk sang imam, sang imam menyambut pelukan Senad, untuk kemudian mereka berbincang-bincang. Dalam obrolan tersebut imam masjid itu baru mengetahui kalau Senadlah orang yang sedang dalam perjalanan menuju Mekah. Sang imam pun menyambut Senad dengan hangat dan membantu Senad menyediakan tempat untuk beristirahat. Ketika Senad akan meninggalkan rumahnya, sang imam mendoakan Senad agar selamat dan tidak terjadi apa-apa di Suriah yang tengah dilanda perang itu. ***


SYIRIA: MASUK MUDAH KELUAR SUSAH

Sesudah beristirahat di Damaskus, pagi harinya usai shalat subuh, Senad meninggalkan kota itu dengan tetap memasang bendera Bosnia dan Syiria di punggungnya. Selama di Syiria, Senad lebih banyak berjalan kaki di siang hari dibandingkan malam. Banyak yang menasehati agar dia tidak melakukan perjalanan malam demi keamanan. Betapa buruk keamanan di negeri ini apalagi ketika malam hari. Kala itu, di Alepo, pukul 3.00 dini hari, Senad sedang berjalan ketika hampir saja ia dirampok oleh dua orang penjahat. Tapi tiba-tiba penjahat itu tidak jadi merampok Senad dan berlari menjauhi Senad sesudah Senad berdoa kepada Allah SWT.

Pagi itu Senad berjalan bersama-sama dengan tiga orang Syiria. Kebetulan mereka sama-sama satu arah. Dalam perjalanan mereka sampai di pos pemeriksaan yang dikendalikan oleh militer Syira. Mereka langsung meminta dokumen-dokumen untuk kemudian dokumen itu diperiksa satu persatu. Senad pun memperlihatkan paspor Bosnia. Setelah diperiksa, Senad dipersilahkan melanjutkan perjalanan sambil memberikan kembali paspor Senad.

Tapi Senad tidak langsung meninggalkan pos pemeriksaan, ia melihat tiga orang yang tadi berjalan bersamanya tidak diperbolehkan meninggalkan pos pemeriksaan. Senad merasa kasihan dengan orang Syiria itu jika dia tidak dibiarkan melewati pos pemeriksaan. Selama setengah jam orang Syiria itu memohon kepada aparat militer agar membiarkan mereka lewat, namun para penjaga pos yang memakai senapan menyuruhnya berpaling.

Senad bersembunyi di belakang semak-semak, kemudian ia mengangkat tangan kepada Allah Yang Maha Esa, Senad lalu berbisik pelan-pelan, "Allah bantulah orang-orang Syiria ini agar dibiarkan melewati perbatasan ini!" Sekitar 40 menit kemudian, seorang tentara menyuruh mereka lewat. Mereka begitu bahagia. Mereka mendekati Senad, menjabat tangannya, dan mengucapkan kata dengan bahasa Arab "Syukron Senad. Terima kasih Senad". ***


DI DAMASKUS SANG IMAM MENANGIS SAMBIL BERDOA

Senad hari itu memasuki kota penuh pesona, begitulah kata orang-orang ketika menggambarkan kota Damaskus. Bahkan seorang musafir muslim dari Spanyol, Ibnu Jubair, 12 M, menyebut Damaskus sebagi surga di muka bumi seperti dalam barisan kata-kata indahnya,"Seandainya surga itu ada di muka bumi, maka tanpa diragukan lagi Damaskus-lah surga itu. Tapi apabila surga itu berada di tempat sebagaimana Allah menciptakannya, maka Damaskus adalah pengandaian keindahan surga Allah di bumi."

Senad begitu antusias memasuki kota ini sesudah melewati kota Alepo yang senyap dan mencekam. Damaskus memang cantik pikir Senad, kota yang menghadap ke gunung Qasyum itu begitu rupawan laksana gadis perawan yang bersolek. Apalagi ketika Senad menatap kota Damaskus di sore hari dari Yousef al Azmeh Square. Maka kota Damaskus seperti ditaburi jutaan gemintang yang berkerlap-kerlip di atasnya.

Tapi keindahan Damaskus yang begitu memesona itu menyiratkan kesedihan di hati Senad karena Syiria hampir secara keseluruhan sedang diselimuti perang. Toko-toko dan tempat perbelanjaan tutup. Bahkan kota yang berpenduduk sekira 10 juta orang itu tak mempunyai denyut ekonomi. Semua bank dan ATM bukan hanya tutup tapi digembok besar-besar.

Sepeser pun uang takkan bisa ditarik di kota ini. Ketika Senad melakukan shalat jumat di kota yang meliburkan semua aktifitas karyawan di hari itu, dalam doanya sang imam menangis ketika dia berdoa untuk negerinya. Sungguh sang imam begitu sedih dengan konflik yang mendera umat Islam khususnya di Syiria.

Seusai shalat, Senad menemui dan memeluk sang imam, sang imam menyambut pelukan Senad, untuk kemudian mereka berbincang-bincang. Dalam obrolan tersebut imam masjid itu baru mengetahui kalau Senadlah orang yang sedang dalam perjalanan menuju Mekah. Sang imam pun menyambut Senad dengan hangat dan membantu Senad menyediakan tempat untuk beristirahat. Ketika Senad akan meninggalkan rumahnya, sang imam mendoakan Senad agar selamat dan tidak terjadi apa-apa di Suriah yang tengah dilanda perang itu. ***


SYIRIA: MASUK MUDAH KELUAR SUSAH

Sesudah beristirahat di Damaskus, pagi harinya usai shalat subuh, Senad meninggalkan kota itu dengan tetap memasang bendera Bosnia dan Syiria di punggungnya. Selama di Syiria, Senad lebih banyak berjalan kaki di siang hari dibandingkan malam. Banyak yang menasehati agar dia tidak melakukan perjalanan malam demi keamanan. Betapa buruk keamanan di negeri ini apalagi ketika malam hari. Kala itu, di Alepo, pukul 3.00 dini hari, Senad sedang berjalan ketika hampir saja ia dirampok oleh dua orang penjahat. Tapi tiba-tiba penjahat itu tidak jadi merampok Senad dan berlari menjauhi Senad sesudah Senad berdoa kepada Allah SWT.

Pagi itu Senad berjalan bersama-sama dengan tiga orang Syiria. Kebetulan mereka sama-sama satu arah. Dalam perjalanan mereka sampai di pos pemeriksaan yang dikendalikan oleh militer Syira. Mereka langsung meminta dokumen-dokumen untuk kemudian dokumen itu diperiksa satu persatu. Senad pun memperlihatkan paspor Bosnia. Setelah diperiksa, Senad dipersilahkan melanjutkan perjalanan sambil memberikan kembali paspor Senad.

Tapi Senad tidak langsung meninggalkan pos pemeriksaan, ia melihat tiga orang yang tadi berjalan bersamanya tidak diperbolehkan meninggalkan pos pemeriksaan. Senad merasa kasihan dengan orang Syiria itu jika dia tidak dibiarkan melewati pos pemeriksaan. Selama setengah jam orang Syiria itu memohon kepada aparat militer agar membiarkan mereka lewat, namun para penjaga pos yang memakai senapan menyuruhnya berpaling.

Senad bersembunyi di belakang semak-semak, kemudian ia mengangkat tangan kepada Allah Yang Maha Esa, Senad lalu berbisik pelan-pelan, "Allah bantulah orang-orang Syiria ini agar dibiarkan melewati perbatasan ini!" Sekitar 40 menit kemudian, seorang tentara menyuruh mereka lewat. Mereka begitu bahagia. Mereka mendekati Senad, menjabat tangannya, dan mengucapkan kata dengan bahasa Arab "Syukron Senad. Terima kasih Senad". ***


5700 KM Menuju SurgaWhere stories live. Discover now